28 - Orang Tua Raka

335 32 0
                                    

Raka dan Alea turun ke lantai satu untuk makan malam. Tadinya Raka bersikeras untuk makan di luar, namun Alea terus membujuknya supaya makan bersama saja di rumah.

Raka dan Alea duduk berdampingan. Tidak lama kemudian Dimas dan Mira datang menghampiri meja makan itu. Alea melirik Raka. Benar saja, Raka bersikap tak acuh dengan keberadaan kedua orang tuanya itu.

"Wow, cantik sekali kamu, Alea. Untung baju-baju tante yang udah kekecilan masih tante simpan" Ucap Mira seraya duduk di kursinya seraya memandangi Alea yang menggunakan dress peach polos selutut miliknya. Lalu Mira mengerling jahil ke arah Raka yang malah membuang pandangannya. Mira tersenyum, ia tahu betul Raka diam-diam mengambil bajunya untuk digunakan Alea. Mira tidak marah, ia justru merasa lucu dengan tingkah anak sulungnya itu.

"Makasih, tante" Alea tersenyum. Sebenarnya Alea merasa dress ini terlalu berlebihan baginya, namun melihat situasinya seperti ini Alea pun hanya bisa memasrahkan dirinya saja. Makan malam ini dirasa seperti makan malam bersama calon mertua baginya. Oh tidak, ternyata ia sudah terlalu jauh berimajinasi.

"Sama-sama, sayang. Bajunya cocok kok sama kamu, tante jadi ingat masa-masa masih punya badan langsing"

"Tante masih kelihatan langsing kok"

"Iya, tapi masih jauh kecilan kamu badannya, Al"

"Gak usah iri sama anak muda. Sadarlah, Mira, kamu itu udah tua" Ucap Dimas yang matanya terus mengawasi Raka. Raka yang menyadari dirinya sedang ditatap pun balas menatap tajam papinya.

Mira terkekeh. "Gak apa-apa dong, yang penting kan jiwanya masih kayak anak muda, iya kan, Al?"

Alea tersenyum seraya mengangguk.

Dari bagian depan kediaman keluarga itu, keluarlah Vanno dari dalam mobilnya. Ia pun berjalan santai memasuki rumahnya, namun seketika langkahnya terhenti karena tanpa disangka ternyata rumah mewah yang biasanya sepi itu terdengar ramai di telinga Vanno. Yah, bagi orang lain mendengar suara orang bicara dan tertawa di rumahnya adalah hal yang sangat amat biasa, namun tidak bagi Vanno yang hubungan antara orang tua dan anaknya tidak akur. Tidak pernah sekalipun ia melihat kedua orang tuanya akrab di satu meja makan yang sama khususnya setelah mereka memutuskan untuk bercerai 7 tahun yang lalu. Terlebih kini Vanno melihat kakaknya sedang duduk di meja makan bersama kedua orang tuanya. Lagi-lagi itu bukanlah sesuatu yang wajar baginya karena kakaknya itu biasanya lebih memilih mengundur waktu makannya daripada harus satu meja dengan mami atau papinya. Vanno menyipitkan kedua matanya, ada seorang cewek yang duduk di samping Raka. Vanno pun akhirnya memutuskan untuk ikut makan malam di sana.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" Ucap mereka bersamaan.

"Sini, duduk, nak. Kita makan sama-sama. Udah lama banget gak kumpul kayak gini" Ucap Mira dengan antusias. Vanno mengernyit lalu melirik Raka bingung. Alea menangkap bekas lebam yang membiru di kedua pipi dan area bibir cowok yang baru saja datang itu. Ia menduga lelaki yang kini duduk di hadapannya itu pasti adiknya Raka, Vanno. Kemudian matanya pun bergantian melirik Vanno dan Raka yang sama-sama tidak mengindahkan ucapan Mira. Alea menghembuskan napasnya, kedua kakak beradik ini bertingkah sok cuek ternyata.

"Woy, bro. Udah punya yang baru lagi aja lo!"

Raka menatap Vanno penuh dengan isyarat. Vanno pun menggerakkan mulutnya seakan mengatakan 'siapa?' pada kakaknya. Raka pun berdeham.

"Oh iya. Alea, kenalin ini adik gue, Vanno"

Vanno langsung paham saat Raka menyebutkan nama Alea, hingga ia pun spontan membentuk mulutnya seperti huruf O dan menahan senyumnya seraya menatap jahil kakaknya.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang