~Selamat membaca~
Alea keluar dari kamar mandi, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar Raka. Ia tidak melihat ada tanda-tanda keberadaan lelaki itu. Alea menggedikkan bahunya dan memakai mukena.
"Tunggu! Gue wudhu dulu sebentar" Ucap Raka yang tiba-tiba berlarian masuk ke dalam kamar mandi saat Alea hendak sholat duluan. Alea pun duduk di sisi ranjang Raka.
Tok tok tok.
Alea menoleh ke arah pintu.
"Non, makan malamnya sudah siap. Sudah ditunggu juga sama nyonya di bawah"
"Oh, iya, bi. Nanti Alea sama Raka turun kok habis sholat isya"
"Kalau gitu bibi permisi ya, non"
"Iya, bi, makasih ya"
Tidak lama kemudian Raka keluar dari kamar mandi dan langsung memposisikan dirinya berdiri di depan Alea sebagai imam.
Alea merapihkan mukena dan menaruhnya di atas meja sebelum beranjak ke meja makan.
"Alea, tunggu! Gue perlu bicara sama lo" Raka buru-buru menaruh sajadahnya di atas tumpukan mukena, kemudian menyusul Alea yang sudah keluar dari kamarnya.
Raka meraih lengan Alea. "Tunggu dulu kenapa sih, ada yang mau gue omongin, Lea. Penting"
"Bisa diomongin nanti aja gak? Nyokap lo udah nungguin kita dari tadi" Ucap Alea akhirnya. Raka mengangguk, ia juga membiarkan Alea berjalan mendahuluinya. Raka menatap punggung Alea. Entah apa yang gadis itu rasakan setelah mendapat ancaman dari orang yang tidak dikenalnya. Marah? Risih? Sedih? Takut? Atau biasa saja? Raka tidak tahu. Namun yang jelas Raka merasa diamnya Alea ada hubungannya dengan ancaman itu. Apa maksud dari diamnya Alea, Raka akan menanyakan itu nanti, setelah makan.
Mereka pun kini sudah duduk di meja makan bersama Vanno dan Mira, Dimas tidak ikut makan malam hari ini karena sudah kembali ke luar kota. Selama makan malam berlangsung, seperti biasa Mira lah yang paling banyak bicara, sedangkan dua kakak beradik itu sibuk menikmati makan malamnya. Namun, sedikit berbeda dengan Raka, kini Vanno sudah mulai mau menanggapi maminya, walaupun hanya sekedar curi-curi pandang, menunduk dan tersenyum singkat. Alea melirik Raka, ternyata ia hanya berusaha menghabiskan makanannya di sela-sela lamunannya. Sepertinya anak itu sedang memikirkan sesuatu, batin Alea. Biarlah Raka seperti itu dulu, Alea akan membahasnya nanti.
Alea dan Raka sudah kembali ke kamar setelah makan malam, mereka terdiam sebentar di sofa dengan pikiran masing-masing. Sama-sama ingin bicara, namun entah apa yang mereka pertimbangkan hingga tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Alea yang lebih dulu bergerak, ia menggendong tas ransel di punggungnya.
"Mau pulang sekarang?" Tanya Raka.
"Sebenarnya apaan sih yang mau lo omongin?" Alea jengah.
"Gak jadi" Raka melirik jam yang menggantung di dinding kamarnya.
"Yuk, pulang. Nyokap lo pasti udah nunggu dari tadi" Lanjutnya seraya beranjak mengambil kunci mobil. Mereka keluar dari kamar bersama.
Di ruang tengah, Mira melihat Raka dan Alea turun dari tangga. Mira pun menghampiri mereka di ujung tangga.
"Udah mau pulang ya, Alea?"
"Iya, tante"
"Ya udah, hati-hati ya. Salam buat bunda dan ayah kamu" Mira menjulurkan tangannya saat Alea hendak mencium punggung tangan Mira.
"Iya, tante" Alea melirik Raka yang hanya berdiri memandangi sudut lain.
"Raka"
Raka menoleh dan memberi isyarat dengan matanya yang seakan bertanya. "Apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend For Secret
Romance"Bikin malu aja!" Gumam Alea yang ternyata sampai terdengar di telinga cowok itu. Siapa pun di dunia ini pasti akan bahagia jika bertemu dengan artis terkenal. Minta selfie, minta berjabat tangan, minta tanda tangan. Yah, minimal stalking atau seke...