41 - Jemput Alea

406 20 0
                                    

~Selamat membaca~

Raka menyusuri koridor fakultas Alea. Ia tersenyum kala mulai mendekati Alea yang duduk di bangku kayu memanjang di hadapannya. Alea mendongak dan langsung memicingkan mata.

"Ngapain lo cengar cengir begitu?"

"Baru keluar kelas?"

Alea mengangguk.

"Ya udah yuk, pulang!" Raka menarik tangan Alea dengan lembut, namun Alea langsung menarik tangan Raka.

"Tunggu, elo gak nyamar?"

Raka menggeleng. "Gak nyaman. Gue udah gak peduli soal nyamar-menyamar. Kenapa emangnya? Lo risih ya dilihatin banyak orang?"

Alea mengedarkan pandangannya, suasana di fakultasnya memang sedang sepi, namun tetap saja ada beberapa orang yang sedang memperhatikan mereka.

"Justru gue pikir elo yang gak bakal mau diperhatiin banyak orang, apalagi lo jemput gue segala, gimana kalau sampai ada yang mikir macam-macam? Dan yang lebih parahnya lagi, gimana kalau sampai kita diomongin lagi sama netizen dan masuk berita gosip?"

"Lo takut itu terjadi?"

Alea menaikkan kedua alisnya.

"Enggak, bukan gue. Ah, udahlah toh yang karirnya bakal makin ancur lo ini. Gue udah ingetin" Ucap Alea dengan ketus kemudian berjalan mendahului Raka yang masih diam ditempatnya seraya menatap punggung Alea yang menjauh. Seketika senyum Raka pun merekah, ia langsung menyusul Alea agar dapat melangkah berdampingan.

"Lo khawatir sama gue?"

Alea tidak menjawab. Ia terus melangkah dengan pandangan lurus ke depan. Ia tahu di setiap sisi ada saja yang memperhatikannya dan Raka.

"Lo takut gue kenapa-kenapa ya?"

Alea masih tidak menjawab.

"Kalau begitu berarti lo sayang sama gue, iya kan?"

Alea menghentikan langkahnya. "Naon sih?!" Ucapnya dengan tatapan kesal.

"Buktinya, lo ingetin karir gue bisa aja hancur. Itu kan sama aja lo perhatian, ada rasa khawatir yang nyempil di situ, berarti apa lagi dong kalau bukan karena sayang?"

Alea tergugu.

"Tuh kan diem" Raka tertawa.

"Diem deh! Jangan kepedean!" Ucap Alea ketus.

"Halah, bilang aja 'iya'! Jujur itu baik, Lea" Raka mencolek dagu Alea.

"Enggak, ih!" Seru Alea risih. Raka pun tertawa seraya merangkul bahu gadis itu. Alea menepisnya dengan perasaan kesal.

Kini mereka menyusuri selasar lantai satu. Alea masih menatap lurus jalanan di hadapannya, ada lebih banyak orang di selasar ini yang memperhatikannya dan juga Raka. Raka melirik Alea, kemudian mendekatkan wajahnya ke telinga gadis itu.

"Mau tahu gimana caranya biar mereka gak perhatiin kita lagi?" Bisiknya.

"Jawabannya.......lari!!" Pria berlesung pipi itu langsung menarik tangan Alea dan berlari kencang dengan tawa dan kegirangannya. Alea yang tidak siap pun hanya pasrah dirinya dibawa lari seperti itu oleh Raka. Ia bahkan tidak bisa menahan untuk tidak tertawa.

Kini mereka sudah duduk di dalam mobil. Mengatur napas dan menyeka sedikit keringat. Bayangkan saja berlari dari selasar sampai ke tempat parkir itu jaraknya lumayan bisa membuat tenggorokan dilanda kekeringan.

"Gila lo ya, kalau mereka pada mikir yang macam-macam gimana?"

"Tapi seru kan?" Raka menyengir seraya menaik turunkan alisnya dan menyenggol bahu Alea.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang