08 - Baikan

579 38 0
                                    

Seperti hari-hari sebelumnya, malam ini Alea hanya diam di dalam kamar, bersantai dengan segelas es coklat dan novel teenfiction bergenre fantasi yang tengah ia baca di meja belajar. Suara merdu Melly Goeslaw yang menyanyikan lagu Gantung pun memenuhi setiap sudut kamarnya seolah ikut nimbrung menemani kegiatan santai Alea.

Ting~

Alea tidak menghiraukannya, melirik ponselnya pun tidak. Ia berniat akan membalas pesan itu nanti. Tanggung masih ingin bersenang-senang dengan para tokoh novel yang sedang dibaca, katanya.

Ting~

Alea masih tampak acuh dengan ponselnya, hingga beberapa detik kemudian ponsel Alea berdering. Gadis itu pun menyerah dan meraih ponselnya.

Si Kambing Bangkotan Berbulu Domba calling...

Alea terkejut melihat nama yang tertera di ponselnya. Angkat gak ya? Ia malas dan ragu menerima telepon dari Raka. Tentu saja, jelas sekali Alea masih marah pada cowok jangkung itu. Ponselnya masih terus berdering. Dengan gusar Alea melempar asal ponselnya ke atas ranjang yang ada di belakangnya dan kembali melanjutkan kegiatan santainya tadi. Ponsel Alea sudah berhenti berdering tetapi tak lama kemudian seseorang mengetuk pintu kamarnya. Alea langsung bangkit dan berderap membukakan pintu dengan langkah yang dihentak-hentakan. Ia kesal karena lagi-lagi kegiatan santainya terganggu kembali.

Alea terlonjak kaget hingga refleks melangkah mundur saat melihat sesosok cowok yang kini tersenyum di hadapannya.

"Ngapain lo di sini?" Raut wajah Alea kini berubah kesal.

"Ketemu teman gue" Raka menyengir. Alea muak dengan cengiran itu. Ia hendak menutup kembali pintu kamarnya namun gagal, tangan kekar Raka berhasil menahannya dan bahkan Raka sudah berhasil masuk ke dalam kamarnya.

"Keluar"

"Alea, lo kenapa sih?"

"Gue bilang, keluar ya keluar!"

"Kenapa sih? Kita temanan kan? Kenapa lo usir gue? Emang gue salah apa?"

Alea mendorong-dorong tubuh Raka agar keluar dari kamarnya, namun Raka tetap menahan tubuhnya dan bersikukuh ingin bicara dengan Alea.

"Jelasin ke gue dulu, ada apa, Lea?" Raka menatap Alea bingung.

"Lo masih nanya, 'kenapa? Ada apa? Gue salah apa?' Elo beneran bego atau pura-pura bego sih sebenarnya?!"

Sejenak Raka hanya diam.

"Alea, jangan bilang lo masih marah gara-gara gue nyium pipi lo waktu itu?"

Alea menatap tajam Raka. "Elo tuh benar-benar cowok– aaarrgh! Enyah aja lo sana!" Alea memukuli bahu raka, menyalurkan emosinya pada cowok itu.

"Gue minta maaf, gue udah nyium lo. Gue baru sadar, Lea. Maafin gue"

Alea masih menatap Raka dengan tajam. Rasa kesal dan malu bercampur hingga membuat wajahnya pun memerah. "Bodo amat!"

"Udah dong, Lea. Kita baikan aja ya. Lagian itu kan cuma di pipi, bukan di bi–"

"Berengsek lo! Dengar, selama ini gue sengaja jaga baik-baik diri gue ini demi suami gue di masa depan! Dan lo barusan bilang 'cuma'? Otak lo dimana, Raka?!"

Raka terdiam. Ia pun menunduk bersalah.

"Maafin gue. Gue gak pikir panjang, gak tahu kalau ternyata bakal kayak gini jadinya. Waktu itu gue cuma kelewat gemas aja sama lo. Maaf "

"Sakit jiwa lo! Kesel gue" Ucap Alea, ketus.

"Maafin gue, please. Sekarang gue malah merasa jadi orang jahat buat lo, maafin gue ya?"

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang