15 - Curhat

444 36 0
                                    

Dengan penuh keterpaksaan, kini Alea tengah menyuapi bayi besar sarapan. Wajahnya pun kini ibarat selembar kertas, bukan lagi menekuk tetapi kusut karena saking kesalnya. Tentu siapa lagi yang membuatnya seperti itu kalau bukan Raka Bima Arastya. Sebenarnya Raka, si bayi besar itu, mampu makan sendiri walaupun tubuhnya masih tampak lemas. Menarik tangan Alea saja tadi bisa, masa hanya untuk mengangkat sendok saja ia tidak mampu? Pikir Alea seperti itu.

"Alea..."

"Hm" Gumam Alea seraya menyendokkan nasi di piring.

"Kalau semisal lo udah nikah, lo bakal lebih pilih jadi ibu rumah tangga aja atau tetap pertahanin karir?"

"Ibu rumah tangga"

"Kenapa?"

"Fokus ngurus suami dan anak-anak"

"Tapi bukannya kalau lo kerja, lo bisa punya uang lebih? Emang lo rela ngelepas cita-cita lo gitu aja?"

Alea menggedikkan bahunya. "Bagi gue kalau gue udah ambil keputusan buat nikah, itu artinya gue udah siap buat lepasin karir gue itu. Lagian yang namanya keluarga kan punya perannya masing-masing. Suami kerja, istri ngurus rumah ngurus anak, dan anak tugasnya belajar, tentu dengan pengawasan orangtuanya juga"

Raka tertegun. Air mukanya berubah sendu. Alea menyadarinya, tetapi ia tidak ingin bertanya, ia hanya bisa menunggu Raka terbuka padanya.

"Ada rahasia yang mau gue ceritain ke elo dan lo harus ngejaga rahasia itu baik-baik"

"Kalau gue bilang gak mau jagain rahasia, lo pasti bakalan tetap nempelin gue juga kan?" Alea menyodorkan sendok dengan nasi dan lauk diatasnya pada Raka.

Raka terkekeh. "Pasrah banget sih" Ucapnya sebelum melahap sendok yang disodorkan Alea.

"Bukan pasrah, cuman gak ada pilihan aja"

"Oke, kalau gitu janji dulu sama gue" Raka mengacungkan jari kelingkingnya.

Alea memutar bola matanya. "Bocah banget deh"

"Bodo amat, cepetan janji dulu"

Alea menatap jari kelingking Raka yang terlihat lebih panjang dari kelingkingnya hingga akhirnya ia pun menaruh sendok yang tengah dipegangnya lalu mengaitkan kelingkingnya dengan jari kelingking cowok itu.

"Puas?" Tanya Alea ketus. Raka hanya membalasnya dengan senyuman. Ia pun menatap Alea dalam.

Raka menghembuskan napasnya. "Kenapa lo gak tinggal di sini aja sih? Gue kesepian di sini tahu"

Alea mendelik lalu menjejeli sesendok nasi ke mulut Raka dengan kasar. Raka pun terpaksa melahapnya hingga tersedak.

"Syukurin! Sembarangan aja sih kalau ngomong"

"Ya Allahu Rabbi. Gue kan lagi curhat, Lea" Rengek Raka.

"Ish! Manja banget sih. Jijik gue lihat lo ngerengek kayak begitu, gak ada artis-artisnya banget tahu gak" Alea gemas. Rasanya ia ingin sekali mencakar wajah tanpa celanya Raka.

Raka mendengus. "Gue juga manusia kali. Lo pikir artis ganteng kayak gue gak boleh ngerengek gitu?"

"Terserah"

"Gue serius, Lea. Gue tuh ngerasa sepi di sini"

"Terus adik lo dan bi Inem lo anggap apa?" Ucap Alea seraya menyendokan nasi dan lauk di piring. Kini Alea mengerti arah bicaranya Raka, mengingat kesibukan kedua orang tuanya. Ayah Raka adalah mantan artis yang beralih profesi menjadi pengusaha serta ibunya juga artis jaman dulu yang kepopulerannya masih belum meredup hingga sekarang.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang