44 - Bukan Titik Tapi Koma

444 26 3
                                    

Holaaaa, ada yang nungguin RaLea gak? Hehehehe...

.

.

~Selamat membaca~

Angin malam menerpa kulit sepasang anak manusia saat kendaraan beroda dua itu membelah jalanan. Alea mengeratkan lingkaran tangannya di perut Raka. Air mata gadis itu pun menetes di pipi yang basah meski diterpa angin. Alea mencoba meredam emosi Raka agar tidak disalurkan pada laju kendaraannya setelah sebelumnya pria itu mengendarai motor dengan kencang dan ugal-ugalan, hingga akhirnya Alea memeluk erat tubuh kurus Raka dan berhasil membuat pria itu membawa laju motornya dengan kecepatan normal. Tidak ada yang bisa diucapkan Alea, ia masih begitu takut. Bahkan tangannya terasa kebas saking dinginnya diterpa angin malam dan adrenalin yang terpacu. Setelah menempuh perjalanan yang jauh namun terasa sebentar, kini motor sport hitam itu membawa mereka masuk ke wilayah perumahan tempat tinggal Alea.

Alea menuruni motor tepat di depan rumahnya. Matanya terlihat sembab. Ia diam menatap pria yang masih mencengkram stang motor seolah siap untuk tancap gas. Wajah pria itu tertutup helm full face, namun seolah tembus pandang Alea tahu pria itu masih marah padanya.

Raka terkekeh. "Kok sembab gitu sih mukanya? Jelek banget tahu"

"Makasih ya atas semuanya. Maafin gue karena udah terlalu sering bikin lo repot" Raka menjulurkan tangan kanannya pada Alea. Alea melirik tangan itu lalu kembali menatap wajah Raka yang masih tertutup helm.

"Gue gak tahu kapan bakal ketemu lo lagi. Atau mungkin kita gak bakal ketemu lagi" Ucapnya lagi.

Alea menyambut tangan Raka skeptis. Jantungnya berdegub kencang. Gadis itu menunduk menutup mata, hampir meringis saat Raka mengeratkan genggamannya seolah enggan melepaskan.

"Gue balik" Raka melepas jabat tangannya dengan Alea. Membuat gadis itu merasa tidak rela melepaskannya.

Raka menyalakan mesin motornya. "Titip salam buat ortu dan adik-adik lo"

"Good bye, Azalea" Raka langsung melajukan motornya dengan kencang. Meninggalkan Alea yang menatap kepergiannya dengan air mata. Tubuhnya terasa lemas. Kakinya seolah lemah untuk menopang beban tubuhnya. Ia bahkan tidak sempat membalas ucapan pria itu. Alea tidak tahu perasaan apa yang membuatnya merasa enggan berakhir dengan Raka seperti ini. Ada sesuatu yang terasa sakit dalam dirinya. Begitu sesak. Hingga sebagian dari dirinya seolah menghakimi dan meminta pria itu kembali. Ini aneh baginya. Kenapa ia jadi merasa tidak rela?

Menghapus air matanya, Alea masuk ke dalam rumah yang hangat dengan tawa yang berasal dari ruang tengah.

"Assalamu'alaikum" Ucap Alea.

"Wa'alaikumsalam" Ucap ayah, bunda, dan kedua adiknya berbarengan di tengah serunya menonton acara komedi di televisi.

"Kamu kenapa? Kok kucel gitu mukanya?" Tanya bundanya.

"Efek naik motor kali" Ucap Alea seraya berjalan ke lantai dua rumahnya. Namun di anak tangga kelima ia berbalik menghadap keluarganya.

"Dapet salam dari Raka" Ucap Alea sedikit canggung. Ia pun langsung beranjak cepat ke kamarnya.

"Alea kenapa ya? Kayak agak aneh gitu" Tanya Yati yang dijawab gelengan dari sang suami, sedangkan kedua anak lelakinya malah sibuk rebutan setoples keripik.

Sementara itu sebuah motor membelah jalanan dengan kecang. Jalan yang cukup sepi di waktu hampir tengah malam ini membuatnya semakin berani mengemdarai motornya dengan ugal-ugalan. Bahkan caci maki pengendara lain tidak ia hiraukan. Tidak peduli apakah ada polisi atau tidak yang mengejarnya karena berhasil menerobos lampu merah. Dirinya seolah mati rasa, atensinya hanya peduli pada hatinya yang kacau.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang