27 - Mencairkan Suasana

330 31 0
                                    

Mereka pun shalat dengan khusyuk, ya setidaknya Raka tetap mencoba fokus dengan shalatnya karena ini pertama kalinya ia menjadi imam untuk seorang gadis, apalagi itu Alea. Setelah mengucapkan salam, mereka memanjatkan doa masing-masing. Alea baru saja selesai berdoa saat tiba-tiba Raka menoleh dan menjulurkan tangan padanya. Alea mengerutkan alisnya.

"Sini, salim sama gue!"

"Ogah! Buat apa, huh?" Alea pun melepas mukena putih bermotif bunga milik Mira. Sebelum shalat tadi Raka terkejut dengan keberadaan Mira yang baru saja masuk ke kamarnya ketika Raka mengambil mukena mamanya, ternyata mamanya yang sok sibuk itu sudah pulang. Ia pun mengabaikan gengsinya pada Mira demi meminjam mukena untuk Alea.

"Heh, lo harus sopan sama orang yang lebih tua! Cepat salim sama gue!"

"Dasar tua!"

"Heh" Raka mendelik.

Alea menatapnya jengkel, ia pun menyambut tangan Raka sampai menempel di dahinya. Raka tersenyum puas lalu mengacak rambut Alea. Alea menepis tangan Raka dari kepalanya.

"Kenapa sih lo sering banget ngacak-ngacakin rambut gue?!" Semburat jengkel terlihat di wajah Alea.

"Abisnya lo gemasin sih! Daripada gue cium lagi, lebih pilih mana mending gue acak rambutnya atau gue cium?"

"Enggak dua-duanya!" Ucap Alea lalu bangkit untuk melipat sajadah.

"Apa? Iya dua-duanya?"

Alea menatap Raka dengan tajam. Raka pun tertawa melihat respon Alea itu.

"Bercanda, Lea. Ya itu gue lakuin biar gue gak cium lo lagi aja karena gue emang benar-benar gemas sama lo, lagian gue udah janji ke elo, bokap lo dan diri gue sendiri buat gak bakal cium lo lagi, tapi yah semoga aja gak bakal keulang lagi sih" Ucapnya santai.

Alea langsung menyambit Raka berkali-kali dengan sajadah yang dipegangnya.

"Gue hajar kalau sampai elo lakuin itu lagi ke gue! Sialan!"

"Aduh! Udah dong, sakit tahu!"

"Bodo amat!"

Raka pun meraih kedua pergelangan tangan Alea.

"Udah, oke? Mending kita nikmatin lagunya lagi" Raka pun langsung menarik Alea kembali duduk di atas karpet berbulu. Raka kembali menekan tombol remot DVD playernya yang sempat dimatikan agar tidak mengganggu shalat, lagu Ari Lasso berjudul Penjaga Hati pun kembali mengisi keheningan di kamar yang luas itu.

Mereka hanya menikmati lagu-lagu milik Ari Lasso dengan santainya di sofa, sesekali mereka bersenandung layaknya pasangan duet penyanyi profesional dan itu membuat suasana hati mereka menjadi lebih baik. Lagu berjudul Hampa mulai terputar, mereka pun ikut menyanyikan lagu itu. Seketika Raka teringat dengan perpisahannya dengan Alea beberapa bulan lalu. Kini lagu yang terputar pun telah berganti dengan judul Perbedaan dan Raka ikut menyanyikannya. Alea hanya diam menikmatinya seraya menggerakkan tangan layaknya pemandu orkestra. Raka menatap Alea, andai gadis itu sadar bahwa ada penekanan di setiap lirik yang Raka nyanyikan.

"Alea" Ucap Raka yang sudah berhenti bernyanyi di tengah-tengah lagu itu. Alea menoleh padanya.

"Kangen sama gue gak?"

"Hah?" Seketika Alea terbelalak dan langsung menghentikan aksinya.

"Selama gak ketemu, lo kangen sama gue atau enggak?"

"Ck. Kepo" Alea memutar bola matanya.

Raka pun terkekeh. "Oke, berarti gue anggap 'iya'"

Seketika alis Alea saling bertaut. "Enak aja! Gak bisa gitu dong!"

"Ya elo aja jawabnya kayak gitu, itu sama aja lo ngeles, Lea"

Alea pun membuang pandangannya ke arah lain. Sebenarnya, memang begitulah kenyataannya. Hari-harinya terasa sepi karena tidak ada yang merecokinya lagi.

"Terciduk kan lo!" Raka tertawa melihat respon Alea yang tampak jengkel.

"Enggak! Dasar sok tahu!"

"Uwuuu, ada yang terciduk nih yeee. Unyu banget sih, neng Alea" Raka mengerlingi Alea dan itu membuat Alea mendorong kasar tubuh kurus Raka.

"Jijik tahu!"

Raka pun terbahak sampai berguling-guling, ia sangat senang ketika mengerjai Alea. Respon yang diberikan Alea selalu saja lucu baginya.

Tanpa mereka sadari, Mira, Dimas, dan bi Inem mengintip mereka dari pintu kamar yang terbuka. Ketiga orang tua itu pun saling pandang, Mira dan bi Inem tersenyum jahil, sedangkan Dimas hanya memandangi anak sulungnya yang sedang tertawa terpingkal-pingkal begitu keras dan Alea yang terus-menerus mengomel meminta Raka berhenti tertawa.

.

.

*****


Ririn Irin. 

Bogor, 14 April 2019

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang