16 - Perubahan Sikap

418 36 0
                                    


Air muka Raka mendadak berubah kaget sekaligus bingung ketika seseorang muncul dari balik pintu kamarnya.

"Angel?"

Angel tersenyum seraya menghampiri Raka.

"Kok kamu gak ketuk pintu dulu?"

"Lupa, kak"

"Lain kali ketuk dulu, gak sopan" Ucapnya seraya membenarkan sandarannya di kepala ranjang. Angel mengangguk.

"Ada apa datang ke sini?" Lanjutnya.

"Cuma mau jenguk aja. Chat dan teleponku gak kamu balas dari kemarin, terus kata manager kamu, kamu gak bisa hadir di meeting buat promosi selanjutnya karena sakit. Jadi aku ke sini deh. Gimana? Udah baikan?"

Raka terdiam. Ia tidak menyimak sama sekali ucapan Angel sebab pikirannya pun seolah padat dipenuhi Alea.

"Kak Raka"

Angel memberengut kesal karena Raka seolah mengabaikannya. "Kak Raka!"

"Hah? Apa?" Tanya Raka dengan polosnya.

"Ish! Tahu ah, kesel!"

"Kenapa? Maaf, aku lagi gak fokus. Kepalaku tiba-tiba aja pusing tadi"

Angel menghela napasnya. "Intinya tadi aku tanya, kamu udah baikan belum? Kepala kamu masih pusing?"

Raka tersenyum. "Cuma alergi sama demam doang ini. Udah baikan kok sekarang"

Angel pun membalas senyum Raka dengan perasaan lega. "Bagus deh kalau gitu"

Di sisi lain. Alea duduk termenung di meja makan hanya seorang diri. Tadi saat Alea melangkah hendak kembali ke kamar, Alea melihat sosok Angel sedang membuka pintu kamar Raka. Alea menghelakan napasnya. Ia merasa bodoh karena melupakan fakta hubungan antara Raka dengan cewek itu. Alea tersadar dari lamunannya saat tiba-tiba merasa tepukan di pundaknya. "Eh? Bi Inem. Bikin saya kaget aja"

Bi Inem pun terkekeh. "Kok duduk di sini? Gak ke kamar den Raka? Nanti dia marah loh, non"

Alea menggeleng.

"Loh? Kok begitu?"

"Di kamar Raka ada Angel, saya gak berani masuk. Gak enak"

"Gak enak atau cemburu nih maksudnya?" Goda bi Inem. Alea terkekeh.

"Gak enaklah, bi. Mereka kan pacaran. Yang ada nanti saya malah ganggu"

"Ya selama janur kuning belum melengkung sih, gak apa-apa, non"

Alea mendengus. "Saya bukan PHO, bi"

Bi Inem menatap Alea bingung. "PHO itu apa ya, non?"

"PHO itu–"

"Alea!!! Lea!!! Alea!!!" Teriakan Raka memenuhi rumah mewah yang hening itu hingga terdengar jelas di telinga Bi Inem dan Alea yang tengah berada di lantai satu. Alea pun berdecak.

"Mau apa lagi sih tuh orang?"

"Lealea!!!" Teriak Raka lagi.

"Tuh kan, den Raka nyariin. Ayo non, cepat samperin"

"Enggak deh, saya masih mau di sini. Mending sendirian daripada jadi kambing congek di sana"

"Alea!!! Ale–" Gelegar suara batuk menggantikan teriakannya.

"Kalau lo gak balik, gue bakal sekap lo seminggu di sini!!! Alea!!!" Lanjutnya.

"Ah, elah. Bawel banget!" Alea berdiri dengan kesal. Wajahnya pun sudah menekuk.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang