06 - Tamu Dadakan

593 47 0
                                    

Alea menghempaskan tubuhnya ke ranjang setelah menekan tombol play pada DVD player yang ada di kamarnya. Hentakan musik milik BTS yang berjudul Boys in Luv pun mulai memenuhi setiap sudut kamarnya. Alea menggulingkan tubuhnya guna mengambil ponsel kemudian mengeceknya. Ada beberapa chat dari grup sekolahnya dan chat dari teman sekelasnya, Alea pun mulai menggerakkan kedua jempolnya untuk membalas chat dari teman-temannya itu. Sesekali Alea tertawa membaca chat yang masuk. Sore ini ia putuskan untuk bermalas-malasan hanya dengan chating-chatingan saja, ia begitu malas hari ini. Biasanya Alea menghabiskan waktu liburan yang baru dimulai satu minggu ini dengan menonton drama Korea dan membaca novel saja, kadang ia menulis cerita juga tetapi tidak rutin setiap hari ia kerjakan.

Lagu BTS yang berjudul Spine Breaker pun kini terdengar di telinga Alea. Lagu favorit Alea di Album Skool Luv Affair milik BTS selain lagu Boys In Luv dan Cypher Triptych. Pergerakan jempol Alea terhenti sejenak. Mendadak Alea teringat pada seseorang yang telah membelikannya novel, mentraktirnya makan dan memaksa dirinya untuk berteman dengannya. Setelah bertukar nomor telepon lima hari yang lalu, Alea tidak mendapatkan pesan atau panggilan masuk dari Raka. Alea menggelengkan kepalanya. Ia tidak ingin ambil pusing, tidak ingin peduli, toh hal itu tidaklah penting baginya. Lagi pula orang seperti cowok itu pasti sedang sibuk dengan urusannya bersama kamera dan acara lainnya. Terbukti tadi pagi Alea melihat cowok itu muncul di acara musik lalalala yeyeyeye di salah satu stasiun TV guna mempromosikan film terbarunya. Alea menghembuskan napasnya. Ia harus mengeyahkan pikirannya untuk berhenti mengingat orang yang tidak jelas seperti Raka.

Ting~

Rupanya pesan chat kali ini bukan dari teman Alea.Ia menelan salivanya dengan susah payah sebelum membuka pesan chat itu. Alea mendelik kaget.    

From: Si Kambing

Gue ada di depan rumah lo nih, bukain pintunya dong.    

Sedetik kemudian Alea langsung melompat dari kasurnya dan mengintip dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Mulut Alea kini terbuka lebar. Raka yang saat ini sedang berdiri santai menyandarkan tubuh di sisi mobilnya seraya memainkan ponsel di tengah kepungan beberapa anak tetangganya yang sedang mengagumi mobil sport cowok itu. Gila! Ngapain dia ke sini segala sih!

Alea berlarian keluar kamar dan turun ke lantai bawah dengan langkah lebar dan dihentak-hentakkan, mengabaikan ponselnya yang terus bergetar menampilkan nama 'Si Kambing' di layar touch screen-nya.

Alea membuka pagar rumahnya. Terlihat Raka sedang bercengkrama dengan anak-anak kecil di depannya seraya menempelkan ponsel ber-case hitamnya di telinga. Alea menarik tangan Raka keluar dari kerumunan anak-anak itu, termasuk adiknya yang masih kelas 2 SD.

Alea menggiring Raka ke ruang tamu. Ia melepaskan genggamannya pada Raka lalu menatap tajam cowok yang kini ada di hadapannya.

"Ada perlu apa lo datang ke sini segala?"

Raka menaikkan kedua alisnya.

"Ya ampun, gue kira bakalan disuruh duduk atau ditanyain mau minum apaan"

Alea menaikan sebelah alisnya.

"Iya, iyaaa. Maaf gak kasih tahu dulu kalau mau ke sini. Tadi gue abis dari acara promosi film di Botani Square, jadi ya mumpung gue ada di Bogor sekalian aja deh gue mampir" Raka menyengir. Alea baru saja akan mengajukan protesnya saat tiba-tiba ada suara bundanya dari belakang.

"Siapa, Al? Eh? Astaghfirullah, kamu bukannya Raka yang artis itu?!" Yati selaku bundanya Alea kini tampak kegirangan karena kedatangan artis di rumahnya. Alea hanya dapat memutar bola matanya malas.

"Iya tante" Raka tersenyum pada Yati. Alea meliriknya. Sok manis banget, anjir!

"Alea, kok Rakanya gak disuruh duduk? Ambilin minum sana!"

"Tahu tuh tante. Bukannya disuruh duduk, saya malah diinterogasi dulu tadi" Adunya seraya memasang wajah memelas. Alea menatap Raka dengan sinis.

"Dasar kambing berbulu domba!" Umpat Alea dalam hati.

"Ya ampun Alea, gak boleh gitu sama tamu! Ya udah duduk dulu nak Raka, biar Alea yang ambilin minumnya. Saya mau minta foto aja sama kamu, boleh kan?" Yati segera mengambil ponselnya dan berpose selfie ala-ala anak kekinian bersama 'Si Kambing'. Tak perlu ditanya lagi kenapa Alea menyebut Raka seperti itu, salahkan saja Raka yang gemar sekali menyengir dan membiarkan Alea berimajinasi asal-asalan, bahkan mungkin setelah ini Alea akan menambahkan 'berbulu domba' di belakang nama kontak cowok itu karena perilaku menyebalkan Raka di depan bundanya. Alea melangkah ke dapur, ia tidak tahan melihat kelakuan bundanya dan cowok menyebalkan itu.

Alea sudah datang dengan dua gelas berisi sirup rasa jeruk di atas nampan. Ia menaruh gelas itu di hadapan bundanya lalu menaruh gelas yang satunya lagi di hadapan Raka dengan kasar.

"Alea, gak boleh gitu!"

Alea hanya melengos pergi.

"Kamu mau kemana, Al?"

"Kamar. Bunda puas-puasin aja ngobrol sama dia, aku mau dengerin lagu aja di kamar" Ucap Alea seraya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Raka hanya memandangi Alea dalam diam.

"Astaghfirullah, Alea! Ini tamunya kamu loh" Kemudian Yati mengalihkan pandangannya pada Raka yang masih memandangi Alea. "Raka, maafin Alea ya. Dia emang agak jutek orangnya, tapi sebenarnya dia anak yang manis kok. Kamu naik aja ke atas ya, ngobrol sama Alea. Kamarnya ada di paling ujung"

Raka tersenyum lalu mengangguk.

"Makasih tante, kalau gitu saya permisi mau susul Alea dulu"

"Iya, silahkan. Tapi awas ya, jangan macam-macam!"

Raka mengangguk.

"Tante bisa pegang janji saya kok. Saya gak akan macam-macam sama Alea. Lagian Alea galak tante, saya mana berani macam-macam sama dia"

Yati tertawa mendengar ucapan Raka itu. Setelah permisi, Raka pun menyusul Alea ke kamarnya. Kakinya memijak satu persatu anak tangga berkeramik coklat kayu. Raka menghela napasnya. Merasa ada yang aneh dengan degup jantungnya. Cukup membuatnya kesulitan menghirup udara dengan benar hingga terengah seperti habis marathon. Entah karena apa, Raka pun belum tahu benar alasan logisnya.

Raka berhenti di depan pintu kamar berwarna coklat dengan tirai manik-manik pink lembut yang tergantung manis. Suara musik dari dalam pun terdengar sampai di telinganya. Diketuknya pintu itu beberapa kali.

"Alea" Ia pun mengetuknya kembali.

"Alea buka pintunya"

"Ale-"

Raka terlonjak. Pintu kamar Alea terbuka, menampakan pemiliknya yang kini menatap Raka dengan gusar. Raka berusaha menormalkan dirinya. Memamerkan cengiran khasnya guna menutupi ketegangan atas jantungnya yang lagi-lagi berdegup tidak normal, tidak karuan. Membuat sekujur tubuhnya terasa kaku dan dingin. Gue belum mati kan?    

.

.

*****

Makasih buat yang udah baca. Jangan lupa vote dan komentar ya! ^^

Ririn Irin.

Bogor, 17 Oktober 2018

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang