17 - Kecewa

417 35 0
                                    


Alea melangkah menuruni anak tangga seraya melihat Raka yang tengah duduk di sofa ruang tengah. Raka refleks berdiri saat melihat Alea berdiri di hadapannya dengan menenteng paper bag yang ia yakini berisi baju kotor Alea. Alea yang kini memakai dress coklat selutut milik mamanya di masa muda pun membuat Raka hanya bisa menatapnya pangling, padahal Alea hanya melapisi wajahnya dengan bedak bayi yang ia bawa dan rambut panjangnya yang lurus pun ia gerai biasa. Yah, mungkin karena Raka terbiasa melihat Alea menggunakan pakaian santai seperti saat di rumahnya atau pakaian kasual seperti jeans dan kaos seperti yang terakhir kali Raka melihatnya sebelum beranjak dari kamar.

"Kayaknya ini terlalu berlebihan deh" Ucap Alea agak risih dengan dressnya itu. Bukannya apa-apa, masalahnya Alea tidak menggunakan celana double, mengingat Alea sering duduk sembarangan jadi sungguh itu lah yang membuatnya merasa tidak nyaman.

Raka yang sejak tadi hanya diam seribu bahasa pun berlalu mendahuluinya. Alea menatapnya heran, namun tetap mengekorinya juga.

Selama di perjalanan Alea dan Raka tidak saling bicara. Alea hanya melamun, memikirkan kesalahan yang membuatnya merasa begitu bersalah pada Raka, sampai tiba-tiba Alea mengerutkan keningnya saat mobil sport Raka berhenti di halaman berumput dengan sebuah bangunan setengah jadi yang tampak sudah lama tidak diurus hingga berlumut.

"Ini dimana?"

"Turun" Ucap Raka dingin, sebelum keluar dari mobilnya. Alea tidak menghiraukannya, ia tetap diam di dalam mobil. Merasa Alea tidak mengikutinya, Raka yang sudah berdiri tak jauh dari mobilnya pun memutar tubuhnya ke belakang dan menatap Alea dari kaca depan mobilnya. Alea yang mengerti tatapan itu pun akhirnya keluar dari mobil dan menghampiri Raka seraya memperhatikan tempat yang terlihat menyeramkan itu. Raka sudah kembali melangkah memasuki gedung itu, membiarkan Alea mengekorinya dan terus bertanya apa yang akan dilakukannya di tempat seperti ini.

"Kita pulang aja! Gue gak mau ikut masuk ke dalam"

Ucapan Alea itu sukses membuat langkah Raka kembali terhenti dan membalikkan tubuhnya.

"Kita pulang! Kalau lo gak mau, ya udah gue pulang sendiri! Bye!" Alea membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat dengan perasaan kesal. Mau pulang naik taksi atau jalan kaki Alea sudah tidak peduli lagi. Sebab dirinya pun sudah berkecamuk dengan pikiran-pikiran yang berbau tidak baik. Namun tiba-tiba sebuah tangan menarik paksa tangannya untuk kembali menghampiri gedung itu.

"Gue mau pulang, brengsek! Lo mau ngapain bawa gue kesini, hah?! Sialan!!" Sumpah serapah pun dilontarkan Alea pada cowok itu. Ia takut. Ketahuilah bahwa Alea tidak pernah pergi berdua dengan seorang cowok, apalagi berpikir akan pergi ke tempat sepi seperti ini dengan cowok tersebut, hal itu tidak pernah terlintas di pikiran Alea sedikit pun. Alea terus berontak namun Raka jauh lebih kuat darinya.

"Please, trust me, Alea!" Ucap Raka dengan lembut namun penuh penekanan.

Alea pun pasrah dengan Raka yang terus membawanya naik ke lantai atas yang entah Raka akan membawanya ke lantai berapa. Air matanya sudah menetes. Di dalam hatinya, ia terus memanjatkan doa dan meminta maaf kepada kedua orang tuanya karena gagal menjadi anak yang baik.

Raka melepas genggaman tangannya pada Alea tanpa menghentikan langkahnya hingga beberapa langkah lebih maju dari gadis itu. Pandangannya mengarah ke depan, membelakangi Alea. Mereka telah sampai, ternyata Raka membawa Alea ke lantai paling atas gedung itu.

"Maafin gue, gue tahu gue salah tapi tolong jangan lakuin itu ke gue!! Kalau marah, marahin aja gue, bentak gue, tapi jangan lakuin macam-macam ke gue!" Ucap Alea dengan sesegukkan, tangisnya pun lebih kencang dari sebelumnya. Raka berbalik, menatap Alea dalam diam. Andai Raka sedang dalam suasana hati dan pikiran yang baik, mungkin ia akan terpingkal-pingkal mentertawai gadis galak yang menangis di hadapannya ini. Namun untuk saat ini jangankan membuat hati dan pikirannya membaik, kedua sudut bibir Raka bahkan tidak mampu naik membentuk simpul sedikit pun.

Friend For SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang