Shafaq terus memacu kudanya lebih cepat saat dirasakannya sesak dalam dadanya. Ingatannya kembali berputar saat Pangeran Kahfa mengatakan; “Menikahlah dengan saya, maka surga akan lebih dekat denganmu,insya Allah. Kamu dapat mengantarku berperang nanti juga merelakan jika aku pergi nanti,”. Kuda yang ditunggangi Shafaq melompat melewati anak sungai. Merasa keadaan hatinya belum stabil, Shafaq memilih berhenti dan turun menuju anak sungai tadi.“Kenapa harus saya, Ya Allah? Kenapa dia mengusik pikiranku?” ucapnya sendu sambil menatap pantulan wajahnya di arus air yang cukup tenang.
Tiba-tiba suara rerumputan yang saling bergesekan mengalihkan perhatian Shafaq. Dari arah timur dari tampatnya berdiri, semak belukar tampak bergoyang dan terus mengeluarkan suara kebisingan. Gesekan kaki-kaki kasar mulai menembus gendang telinga Shafaq.
Rauuuuuuuuur....
Shafaq mundur selangkah dengan mata yang melotot tajam serta detak jantung yang mulai tak beraturan. Di hadapannya seekor harimau putih tengah menatapnya bengis tanda kelaparan. Nyali Shafaq menciut saat keempat kaki harimau itu melangkah menuju arahnya. Shafaq menarik pelan dan sehalus kapas pada sarung pedangnya dari punggungnya dan mulai mengarahkan pedang tersebut ke arah harimau itu.
Tampaknya harimau tadi merasa tertantang dan mulai berlari mendekati Shafaq yang justru menggigil ketakutan.
Rauuur.....
Kemudian harimau tadi mengejar Shafaq yang telah berlari menjauh dari harimau tadi. Shafaq tak punya tujuan, hanya berlari sekencang-kencangnya sambil menyeret pedang yang menggores tanah. Untungnya pakaian yang dikenakan Shafaq adalah pakaian yang dikenakannya saat menyamar menjadi seorang lelaki sehingga memudahkannya berlari dengan langkah-langkah panjang.
“Tolong!!! Tolong !!!” teriaknya sambil menoleh ke belakang pada harimau yang makin menambah kecepatannya.
Shafaq melompati bongkahan kayu yang tumbang. Namun jubahnya menyangkut dan membuat Shafaq tercekik dan padang di tangan kanannya menggores lengannya saat pedang itu terjatuh.
“Tolong!!! Siapapun tolong!” teriaknya sambil menarik jubahnya dan kemudian berlari.
Shafaq menghentikan langkahnya untuk berlari saat lima langkah di hadapannya adalah jurang. Shafaq membalikkan tubuhnya sambil menatap harimau putih itu yang semakin kencang ingin menghantam tubuhnya lalu mencakarnya.
Namun sebuah anak panah mendarat mulus dan sangat pas di tanah tepat di hadapan harimau itu. Shafaq menoleh dan mendapati pria parubaya yang tidak asing lagi baginya. Lututnya lemas dan tak menunggu lama tubuhnya tersungkur ke tanah sambil terus mengamati wajah pria yang saat ini sedang menantang harimau putih.
“A—bi,” panggilnya saat melihat harimau itu mulai merespon ancaman Abinya.
Suara hentakan kaki kuda mulai terdengar, Shafaq menoleh ke sumber suara dan mendapati Pangeran Kahfa sedang menungangi kudanya yang tadi ia tinggal dan tangan kanan Pangeran Kahfa membawa pedang Shafaq yang tadi menggores lengannya.
“Harimau putih, datanglah ke istanaku untuk meminta makananmu. Jangan lukai dia,” ucap Pangeran Kahfa setelah turun dari kudanya dan menghampiri harimau itu.
Anehnya si harimau malah menjadi tenang setelah Pangeran mengusap lembut kepalanya.
“Abi tidak apa-apa?” suara Shafaq yang terdengar khawatir membuat Pangeran mengalihkan pandangannya pada Shafaq yang tengah membantu ayahnya untuk berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerajaan Rabbani
Spiritual"Aku bukan pangeran Rabbani, bahkan ayahku adalah penghianat kerajaan. Ibuku ibu suri yang kejam. Aku berada dalam hidup yang penuh kekacauan. Jadi, terimakasih telah memilihku, Shafaq."