[29] PERMAISURI JATUH SAKIT

890 78 3
                                    


Playlist: Say Goodbye

***

"Sungguh seburuk-buruk pemimpin adalah al-Huthamah (yang menzalimi rakyatnya dan tidak menyayangi mereka)."

***

Shafaq menyandarkan kepalanya pada bahu Pangeran Kahfa, tubuhnya sudah mulai lemas saat ini dan yang membuat Shafaq merasa baik-baik saja dalam kesakitannya saat ini adalah berada di gendongan pangeran Kahfa, di punggung laki-laki yang telah berhasil membuat hatinya menjadi lebih berperasaan.

"Shaf, jangan tidur...," peringat Pangeran Kahfa sembari membenarkan posisi Shafaq di gendongan punggungnya.

"Hmmm," jawab Shafaq dengan berguman. Udara malam saat ini terasa menggelitik tulangnya. Padahal Pangeran Kahfa sudah meminjamkan jubahnya padanya.

"Kahfa..., dingin," bisiknya. Pangeran Kahfa tak menanggapi, memilih mempercepat langkahnya menuju rumah Shafaq. Lengan Shafaq yang menggantung di dadanya sudah menjelaskan betapa dinginnya wanita itu. Mata wanita itu juga sudah memerah sebelum ia bawa ke dalam gendongan tadi.

"Kahfa...," panggil Shafaq dengan berbisik.

"Ada apa?" tanya Pangeran Kahfa.

"Masalahmu ingin meninggalkan kerajaan. Kupikir akan lebih baik kau bertahan, karena—"

"Bisakah kau diam dan memikirkan dirimu terlebih dahulu. Jangan banyak bicara, tubuhmu semakin berat rasanya," putus Kahfa sedikit ketus. Shafaq terdiam, matanya menatap pohon-pohon yang tampak berbayang dan buram.

"Suatu hari, aku ingin kembali ke tempat ini lagi...," ucap Shafaq entah tertuju pada siapa. Berjanji pada Kahfa atau berjanji pada dirinya sendiri.

"Aku harap aku tidak sendirian saat itu. Bersamamu atau buah hati kita nanti," lanjut Shafaq yang tanpa sadar menitikan air matanya.

"Allah, jangan ambil aku sebelum aku meninggalkan kenangan pada Kahfa," batin Shafaq merapalkan doanya dengan sungguh-sungguh.

Pangeran Kahfa hanya diam tidak menanggapi apapun bentuk ocehan Shafaq saat ini. Hatinya tidak ingin menebak-nebak apapun yang akan terjadi nanti. Setidaknya untuk saat ini biarkan dia bersama Shafaq dan melupakan apapun yang akan terjadi kedepannya.

"Kau ingin mendengar ceritaku, Kahfa?"

"Aku wanita kesakitan yang beruntung memiliki Pangeran yang sangat mencintaiku. Hingga kematian yang dulu aku pasrahkan menjadi yang paling aku takuti. Tapi, aku percaya bahwa ketika aku mencintai Allah dan aku mencintaimu karena Allah, Allah pasti menarikmu bersamaku nanti di surga 'kan?"

"Apa aku akan masuk surga, Kahfa? Begitu banyak dosaku dan aku masih berharap, untuk saat ini saja aku tidak sanggup meninggalkan makhluk padahal aku harus siap menemui penciptaku."

"Ketika aku menutup mataku, yang aku pikirkan justru dirimu. Tidakkah aku terlalu takut..."

"Shaf, bicaramu mulai melantur," geram Pangeran Kahfa menampilkan ekspresi marah padahal sebaliknya ia sangat ketakutan. Orang bilang, jika ingin menjemput sakaratul maut seseorang akan berbicara dengan melantur.

Shafaq membawa telapak tangannya untuk merasakan jantung Pangeran Kahfa yang berdetak jauh lebih cepat, Shafaq menyimpan irama itu baik-baik dalam ingatannya, "Kahfa, Fi amanillah, hati-hati di jalan, semoga Allah melindungimu. Selamat tinggal," ucapnya setengah sadar.

Kerajaan RabbaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang