[21] SURAT DARI SEBRANG

846 82 9
                                    


Dunia adalah penjara mukmin dan surga bagi kaum kafir

__Kata Mutiara Islam__

***

Pembakaran—pertempuran—bahkan beberapa orang ditawan oleh Kerajaan Thabrani. Sengaja dilakukannya, agar Kerajaan menfokuskan pada penyelamatan warga dan melupakan menantu kerajaan yang sudah ditawan sejak kemarin bahkan belum sadarkan diri. Thabrani benar-benar merealisasikan ucapannya tentang akan merebut tanah Rabbani dan menyetir orang-orangnya.

Kehilangan satu panglima perang, Pangeran Kahfi—yang biasanya mengatur strategi dengan kuat—membuat kerajaan benar-benar kewalahan. Bahkan Sultan Sulaiman sampai turut turun tangan. Beberapa remaja dan orang-orang berpendidikan serta ulama-ulama dikirim ke meja perundingan. Tapi Thabrani masih keukeh dengan keinginannya.

Seperti saat ini, Pangeran Kahfa dan Rendra harus mengatur strategi. Menggunakan teknik menghindar kemudian melawan saat lengah. Dua hari ini beberapa tentara Rabbani banyak yang terluka bahkan beberapa nyawa sudah melayang. Keadaan rakyatnya benar-benar camuh karena rumah yang terbakar. Pangeran Kahfa sangat tidak menyukai ini, jika memang menginginkan pertempuran seharusnya memilih tanah lapang yang tidak ada bebangunan. Sebagaimana Rasulullah ajarkan, Rasulullah sangat menjaga sekitarnya. Bahkan pohon sekalipun.

Pangeran menghembuskan nafasnya pelan, keadaan sudah membaik karena pasukan Thabrani kehabisan prajurit—akibat terluka.

“Pangeran, ada surat dari sebrang,” kata Rendra menyerahkan sepucuk surat tersebut.

Pengeran Kahfa menerimanya dengan hati berdebar-debar, setelah ia tiba ke Rabbani, ia sempat mengirim surat pada Shafaq untuk mengabarkan keselamatannya dan menanyakan keadaan Shafa—bayi mungil yang dirindukannya.

Pangeran Kahfa segera membuka surat tersebut, kehadiran surat ini seolah menjadi obat lelahnya.

Assalamu’alaikum warrahmatullah, suamiku tersayang.

Baru kalimat pertama, dahi Pangeran Kahfa sudah mengeyit. Ini bukan seperti Shafaq-nya. Tapi, bukankah akhir-akhir ini istrinya menunjukkan kenyamanannya? Pangeran tak ingin berprasangka buruk saat ini.

Alhamdulillah, kau sampai dengan selamat. Kabarku baik di sini, dan... aku merindukanmu. Anak kita juga sama rindunya. Aku baik-baik saja di sini. Banyak yang menjaga di sini. Keadaan juga sudah aman, hanya beberapa kali keributan.

Jangan khawatir, aku di sini baik-baik saja.

Lekas kembali karena aku tak mampu berlama-lama jauh darimu.

Aku mencintaimu melebihi cintamu padaku.

Sampai bertemu, Pangeranku.

Shafaq—istrimu tercinta.

Seandainya, Shafaq memang selalu bermanis-manis padanya, mungkin Pangeran akan melayang saat ini. Tapi saat ini yang dirasakannya justru aneh dan gamang. Meskipun tidak pernah melihat tulisan tangan Shafaq—setidaknya tulisan ini sangat tidak mencerminkan Shafaq yang biasanya.

“Rendra, bisakah kita mengirim orang ke Ujung Rabbani?” tanya Pangeran pada Rendra yang tengah diobati oleh Putri Fatonah di depannya.

Rendra menyudahi acara kemesraannya kemudian menoleh pada Pangeran, “Melihat keadaan yang seperti ini, sepertinya tidak bisa kita lakukan. Ada apa?”

“Kau masih bertanya ada apa? Sudah pasti Kak Kahfa iri melihat kita,” sahut Putri Fatonah sambil mengerling pada Pangeran Kahfa yang hanya tersenyum sekilas—untuk tersenyum saja susah karena mangkhawatirkan Shafaq.

Kerajaan RabbaniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang