Dunia adalah perniagaan, pasarnya ialah menyendiri, modalnya adalah takwa, dan labanya adalah surga.
__Kata mutiara islam__***
"Astagfirullah!" pekik Pangeran Kahfa terkejut mendapati Shafaq yang terduduk sambil bersandar di kepala ranjang-mata Shafaq menatap lurus kedepan dan matanya telah sayu dan berpadu warna lingkaran hitam. Shafaq menoleh pelan ke arah Pangeran Kahfa yang tengah bangun dari tidurnya dan ikut bersandar seperti dirinya.
"Kenapa tidak tidur?" tanya Pangeran Kahfa pelan. Shafaq menggeleng pelan dengan mata terkantuk-kantuk.
"Maaf, aku tidur di bawah saja," putus Pangeran Kahfa sembari mengambil bantalnya. Saat hendak turun dari ranjang, cepat-cepat Shafaq menahan lengan Pangeran-Pangeran Kahfa menoleh dan menatap Shafaq dengan raut wajah bingung-Shafaq hanya menggeleng tak mengijinkan Pangeran Kahfa tidur di bawah. Shafaq menunduk sesaat kemudian mulai bicara, "Maaf, aku hanya canggung."
"Tidak papa, mau sholat malam jamaah, udah masuk waktunya?" Shafaq ragu-ragu mengangguk.
"Tapi, wudhunya di luar. Biar aku ambilkan airnya," kata Pangeran Kahfa sambil beranjak.
"Aku ikut," cicit Shafaq pelan. Pangeran mengulum senyum kemudian mengangguk.
Pangeran Kahfa memandangi Shafaq yang tengah berjalan beriringan di sebelahnya. Wajah gadisnya itu tampak pucat karena kurang tidur.
Bruk.
Set.
Pangeran Kahfa menabrak pintu dan spontan Shafaq menariknya-tapi terlambat-setelah tertabrak baru ditarik.
"Gelap ya, hati-hati." Pangeran meringis malu mendengar penuturan istrinya itu. Sudah tidak apa-apa 'kan jika memandanginya sampai menabrak pintu?
***
Tampak seorang pimpinan kerajaan Thabrani-Raja Indra-mengepalkan tangan dengan erat. Mendengar bahwa tanah Ujung Rabbani sudah dibersihkan dari berbagai masalah penyimpangan. Amarah telah sampai diubun-ubun saat bagian mata-matanya mengabarkan pernikahan Pangeran Kahfa. "Siapa yang dia nikahi?" tanyanya lebih kepada mendesak dan nada bicaranya membentak.
"Shafaq Atifa, anak pertama Penasihat Kerajaan Froz yang kini menjadi suami dari Putri Shania," jelasnya singkat.
"Malam ini malam pengantinnya?" yang ditanyai mengangguk. "Siapkan mata-mata untuk mengawasi mereka, jangan ragu untuk mencelakai Pangeran Kahfa. Tunggu, bagaimana dengan Kahfi?"
"Pangeran Kahfi menyukai adiknya sendiri, Putri Fatonah." Senyum liciknya terbit seketika mendengar hal tersebut.
"Kita pukul pelan-pelan dari Pangeran Kahfi saja."
***
"Shafaq, apa tujuanmu menikah?" tanya Pangeran Kahfa, keduanya kini tengah duduk lesehan di atas permadani yang berada di kamar Pangeran Kahfa. Shafaq memandang sekilas Pangeran Kahfa yang kini sedang menatap lekat ke arahnya.
"Pangeran, jujur, awalnya aku berniat menjadikanmu pelarian dari ketakutanku serumah dengan abi." Tiba-tiba saja hati Pangeran Kahfa tercubit dan terasa nyeri, tapi nada suara Shafaq yang tercekat membuatnya iba, gadis itu tengah menahan tangisnya.
"Tapi, ternyata tinggal serumah dengan abi telah mengubah niat awalku," lanjut shafaq. Pangeran Kahfa masih bergeming, mendengarkan dengan seksama.
"Aku tau ummi terluka, waktu kutanya ummi Cuma menjawab; Ummi melakukan ini bukan untuk abimu, karna sejak abimu mendua, ummi sudah melepas apa itu cinta. Yang ummi lakukan bukan karna cinta untuk suaminya, tapi cinta untuk Allah dan Rasulnya. Entah kenapa, aku tidak ingin jadi tanggung jawab abi lagi, tak mau membebankan ummi lagi. Sampai lamaranmu datang." Shafaq menghembuskan nafasnya kemudian menatap lekat ke bola mata sebening kristal itu. Menyelami setiap kesenduan, ketulusan dan pancaran hangat dari mata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerajaan Rabbani
Spiritual"Aku bukan pangeran Rabbani, bahkan ayahku adalah penghianat kerajaan. Ibuku ibu suri yang kejam. Aku berada dalam hidup yang penuh kekacauan. Jadi, terimakasih telah memilihku, Shafaq."