Nico dan Reno sama sama ikut mendesah ngilu di depan TV, Maria Ozawa baru saja berteriak kencang sambil tubuhnya menggelepar seiring air seninya keluar memancar kesegala arah. Ukuran penis pria yang sedang menjadi lawan mainnya kali ini memang luar biasa. Terlalu hebat untuk ukuran pria Jepang yang sama sekali tak punya tanda tanda memiliki keturunan Eropa atau Amerika.
"Nic." Reno berujar memanggil Nico, tanpa menatapnya.
"Hmm.." Nico pun membalas tanpa menoleh.Keduanya sama-sama sedang berkonsentrasi pasa gerakan naik turun jemari mereka pada alat kelamin masing-masing.
"I think i need it, now. Friend, please. I'm sick with this jerking." Tiba-tiba saja, Reno sudah merengkuh Nico dalam dekapnya sambil lidahnya memagut perlahan leher.
"Oh come on, no buddy." Nico berusaha menghindar. Bukan kali pertama memang ia melakukan aktifitas seksual dengan Reno, tapi memikirkannya saja masih membuat lelaki itu jengah sampai saat ini.
"Nina baru akan balik bulan depan dari Sydney. Aku bisa gila kalau cuma coli terus. Please." Tanpa mendengar jawaban Reno, Nico bergerak memposisikan tubuhnya menindih sahabatnya itu. Jemarinya pun kini mengambil alih penis Reno yang sudah keras bak kayu."Nic..." Reno masih berusaha menghindar saat Nico berusaha membuat kontak antara bibir mereka.
Untuk kesekian kalinya, Reno merasakan sensasi yang memusingkan kepalanya. Jengah dan tak nyaman bersanding dengan nikmat yang sama sekali tak bisa dibohonginya. Ia benci mengakui menikmati cara sahabat lelakinya itu menyentuhnya. Seberapa yakin ia bahwa dirinya adalah lelaki normal, sekeras itu pula tubuhnya mengakui tergila-gila pada cara bercinta seorang Reno. Seperti saat ini. Dan Nico tau jelas semua itu.
Seringai senyumnya melebar ketika mendapati Reno mendesah terengah-engah tak kuat menahan gejolak yang muncul akibat sentuhan-sentuhannya. Jelas tak menyia-nyiakan kesempatan untuk membungkam mulut sahabatnya itu dengan pagutannya.
Reno berhasil melerai bibir mereka bermenit kenudian, ia nyaris kehabisan nafas.
"Kamu gila, Nic! Hah... Hah..."
"So, shall i stop now?"
"If you want to be killed by me after that."Kali ini Reno yang menyerang duluan, menarik leher Nico lalu memagut bibir Nico lebih ganas lagi. Sesaat kemudian tubuh keduanya sudah polos dengan kejantanan yang sama-sama tegak mengacung keras. Reno sudah siap menduduki penis Nico sebelum Nico menahannya dan menanyakan sesuatu yang membuat Reno tercengang.
"Ren, i want to try it too."
Reno beringsut duduk di depan Nico yang terbaring setengah mengangkang di depannya. Sangat mengerti apa yang dimaksud sahabatnya itu.
"Kamu yakin?"
"Yup! Aku penasaran."Reno diam saja saat Nico duduk dan memasangkan kondom ke penisnya lalu mengoleskan lubricant ke anusnya sendiri. Reno tak peduli apapun lagi, hasratnya sedang membuncah parah saat ini.
Persis seperti yang dirasakan Reno pertama kali, Nico merasakan dinding anusnya seperti terbakar saat Reno berusaha memasukan kejantanannya disana. Reno sudah akan berhenti melihat Nico yang kesakitan, namun Nico mencegahnya."Kamu aja, Nic."
"No, just... Do it..."Reno terdiam memikirkan sesuatu. Entah kenapa ia tak ingin melakukannya jika Nico tersiksa seperti itu. Ia lalu mendapat ide. Sambil terengah-engah menahan hasratnya, ia melangkah menuju lemari. Mengambil sesuatu. Nico tertawa mendapati apa yang diambil sahabatnya itu.
"Aku kok nggak tau kamu punya itu."
"Nina sangat menyukai ini."
"Damn..."
"I'm gonna prepare you with this."Nico terdiam beberapa saat, Reno kembali mengoleskan pelicin ke anusnya juga dildo ditangannya. Bukan yang berbentuk penis sempurna, hanya sebesar jari telunjuk namun terbuat dari silikon yang agak keras. Tubuh Nico mengejang saat Reno menekan tombol kendali alat itu. Benda panjang di dalam anus Nico itu berputar dengan kecepatan yang diinginkan Reno.
"Ahhh... What... Is... That... Ren?"
Nico menggeliat kegelian akibat aktifitas benda itu yang semakin cepat. Reno amat menikmati sesi siksaan ini, ia baru akan memelankan laju dildo itu saat Reno mengeluh sakit. Dalam beberapa kali aktifitas seksual mereka berdua, Reno tak pernah merasa sebergairah saat ini.
"Ahhh... Ahhh... Please, master... Hahh... Just finish me, now."
Nico yang kian tak kuat menahan sesuatu yang makin mendesak dibagian bawah tubuhnya, seketika mencabut benda penyiksa itu dari anusnya, lalu memohon Reno untuk menyetubuhinya seorang slave kepada masternya. Reno mengiyakan dengan senang hati.
"Ahhhhhh..." Reno memasukkan kejantannya dengan satu sentakan, menyebabkan tubuh Nico mengejang lagi lebih keras dari sebelumnya. Nico berhasil menyentuh prostatnya. Nico memeluk Reno sekeras yang ia bisa. Jiwanya seperti mau terlempar keluar dari tubuhnya tiap kali Reno menghujamnya.
Nico benar-benar menjadi seorang receiver malam ini, Reno yang memegang kendali penuh permainan. Jemarinya kini menambah level siksaan yang mendera Nico dengan gerakan naik turun teratur di penis Nico. Makin mempercepat lajunya melihat reaksi Nico yang kian tak kuasa menahan ejakulasinya.
"Ahhhh Ren... Aku... Ren...! Ahhhhh... Ahhhh..."
Nico meraung seperti kesetanan saat cairan spermanya memancar keras melalui ujung penisnya, sebagai bahkan mencapai dagu Reno di atasnya. Tubuhnya bahkan masih mengejang-ngejang selama beberapa saat. Reno pernah melihat itu di satu seks dengan Nadya sang mantan sekali dulu.
Penderitaan Nico belum selesai. Ia masih harus merasakan ngilu yang teramat sangat saat Reno menghujamkan penisnya dengan laju massif. Ia berusaha mencapai orgasmenya. Lima menit saja, sampai Reno meledak didalamnya. Dengan kondom yang masih terpasang tentunya."Ahhhhhhh..." Reno mengerang keras sambil masih menghentakkan pinggangnya menghantam Nico beberapa kali sebelum akhirnya terkapar lemas di atas tubuh sahabatnya itu.
"You're crazy, master. Oh god... Hahh..."
"I know, haha. Hhh, we are crazy actually."
"Yup, anjir... Gila pegel."
"Sama."*
Butuh beberapa menit untuk Reno kembali mengumpulkan tenaganya beringsut menyingkir dari tubuh Nico.
Ia mengambil beberapa lembar tissue untuk membersihkan bagian depan tubuhnya yang penuh keringat dan cairan sperma Nico yang tadi ditimpanya. Ia kemudian menyodorkan kotak tissue tersebut pada Nico. Tapi pemuda itu malah menatap mohon pada Reno, "Please?" Ujarnya manja.
Reno hanya bergeleng sambil tertawa kecil. "Sok imut lo."Dengan gerakan pelan ia kemudian membersihkan leher, dada, hingga perut Nico dengan tissue.
"Beres. Now... Ayo mandi."
"Mandi? Ah besok aja lah, Ren."
Reno memaksa mengangkat tubuh Nico.
"Kamu mau tidur dengan keadaan bawahmu macam itu?"Nico membelalak sendiri melihat area penis hingga anusnya. Ia baru teringat seberapa banyak pelumas yang harus dipakainya tadi untuk Reno berhasil memasukinya.
"Quite a mess down there." Ujarnya sendiri.
"Ayo!"
![](https://img.wattpad.com/cover/167127486-288-k765695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I Love You, Buddy (END)
RomanceFriend to Lover §§§ A bittersweet and (sometimes) naughty story about friends and (or to) lovers. §§§