Part 23

1.9K 69 24
                                    

A Plus Café

06.41 AM

"Kang... Ayolah, jangan gitu. Kang Yoyo kan harus ke Jakarta buat penelitian ulang. Tinggal tahap akhir loh..."

"Masih bisa di tunda. Aku mau ikut pokoknya."

Yoyo tiba-tiba beranjak dari tempat mereka, meninggalkan Ilham bersama Nico yang sedang memainkan keyboard, Reno menggebuk drum sedang Andra dengan electric guitar nya.

"Hih, dasar bocah." Desis Nico sambil tetap asik bermain.

Ilham tersenyum. "Urusin tuh, Ham." Ujar Reno seraya menepuk pundak Ilham.

Ilham mengangguk resah lalu segera bergegas mengejar kekasihnya itu. Sesi music jam ketiga pemuda tampan yang tertinggal di dalam ruangan itu setelahnya tak berlangsung lama. Nico mengeluh lapar, Andra segera memerintahkan beberapa stafnya untuk menyiapkan menu sarapan untuk mereka.

"Icip dong... Emh... Enak banget ni chicken tempura, yang... aku mau pesan!"

"Nico ih... Kamu udah makan segitu banyak gorengean semua, gak bagus ah." omel Reno, Nico mendengus kesal.

"Iya betul Nic... Nih... punyaku buat kamu aja, aku udah kenyang."

"Bener nih? Asik!" Nico segera mengambil beberapa potong chicken tempura besar pemberian Andra, Reno cuma bisa menggeleng kepala.

"Eh guys, itu si Yoyo sama Ilham. Udah cabut?"

"Gak lah... masih di belakang itu. Biarin aja, ntar juga balik lagi." Andra mengangguk-angguk.

"Ehm, Nic, Ren... maaf nih... mereka berdua itu..."

Hening sejenak, ketiga pemuda tampan itu saling bertatapan. Nico dan Reno tersadar kemudian. Nico tersenyum "Iya, Ndra. Persis seperti yang di pikiran lo." Ucap Nico.

Andra menutup mulutnya sejenak seraya tersenyum kecil, "I know... Bro, kinda shocking. Anyway... Kang Hamzah mana Ndra? Kok udah lama gak keliatan." Desis Reno, duduk Andra berubah membelakangi Reno dan Nico di atas couch. Naluri sepertinya menuntun Reno menarik-narik pelan rambut ikal Andra yang sekarang sedang panjang. Dari duduknya, Nico memperhatikan diam-diam.

"Hmph, jangan tanya." Ucapnya pelan.

"Ada apa lagi gerangan kah?"

Reno terdiam sejenak lalu menganggur paham, "Huh, dia ikut perjalanan bisnis sama papa ke Helsinki."

"Terus? Bukannya udah biasa yah?" Nico mengernyit heran, Reno sepertinya paham sesuatu.

"Beda, Nic. Beda, hahaha."

"Beda apanya? Kalian mah, ayo cerita!"

"Ahhhh, bete... Itu tuh perusahaan Om Hendro. Jadi Om Hendro itu... punya anak cewek. Dia itu, mantannya... Ah, kalian jadi ngingetin. Aku belum nelpon dia hari ini."

"Hihi, si maung lagi esmosi. Helsinki... Ndra, di sana tengah malem buta. Kasian..."

"Bodo."

*

Hamzah terbangun menyedihkan oleh bunyi dering ponselnya. Jam digital di samping ranjangnya menunjukkan angka 00.41. Belum genap sejam sejak ia berhasil menggapai waktu tidurnya. Nama Andra terpampang di layar ponselnya. Sebuah video call.

*

"Astaga... Ndra udah ah kasian, lagi tidur itu. Bisa jadi baru tidur sebentar." Desis Nico setelah melihat kondisi Hamzah dari layar.

"Iya ih, Ndra. Kasian."

"Halo tuan muda... ada apa yah?" Hamzah terlihat tersenyum kecil seraya menguap beberapa kali.

I Think I Love You, Buddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang