"Bos! Gimana sih! Katanya mau sama kita, udah enak sendiri aja."
Sapto dan Jojo tiba-tiba sudah berada di depannya. Anto yang sedang mencumbui Nico dengan beringas menengadah sebentar menatap mereka dua dengan terengah. Lalu menyengir tak jelas.
"Hehe, maap lupa. Nih bocah ranum sekali, gua kemabuk duluan. Yaudah ayo sini!"
Yang disahuti langsung tersenyum riang lalu mendekat, melihat Anto yang mulai menelanjangi diri keduanya ikut melucuti pakaian masing-masing.
Sapto dan Jojo adalah karyawan yang menjadi bawahan Anto, atau antek-antek lebih cocok menjadi sebutan mereka. Terbentuk dari lingkungan tambang sebagai buruh, ketiganya mempunyai tubuh yang besar, kekar dan keras. Ditunjang postur yang tinggi, Nico seperti dikelilingi tiga raksasa yang siap menerkamnya.
*
"Ndra, kamu harus lihat ini." Ujar Hamzah yang sedang duduk di depan monitor.
Andra hanya bergeming sejenak. Ia sedang memandang malas ke arah langit melalui jendela, rokoknya sudah habis sebatang lagi.
"Aku gak tertarik bang, cukup kamu pastikan saja semua terekam."
"Hmm, apa Anto bilang sama kamu kalau dia gak akan melakukannya sendirian?" Sahut Hamzah setelah terdiam sejenak.
Kali ini Andra menoleh. Tanpa suara ia mendekati Hamzah, lelaki itu menggeser sedikit layar monitor agak Andra bisa melihat dengan jelas apa yang ia maksudkan.
"Siapa mereka?"
"Anak buahnya Anto dari tambang."
Hening lagi. Di layar terlihat ketiga lelaki itu sedang menyesap inci demi inci dati tubuh Nico yang telah polos. Ketiga lelaki itu pun telah telanjang semuanya dengan kejantanan yang menantang tegang.
"Ndra?"
"Emh, biarkan saja." Ujar Andra setelah lama diam.
Raut resah yang dirasakan Hamzah terlihat diwajah Andra sejak tadi kali ini lebih jelas dan kentara. Hamzah diam, keduanya terus memperhatikan layar.
*
"Bos, hajar sekarang dong! Biar kita bisa ikutan, udah gak tahan nih, anjing hot banget nih anak dapat dari mana sih, bos?" Ujar Sapto yang terlihat gusar oleh nafsu.
Kejantanannya mengacung berkedut-kedut.Anto terlihat lebih parah dengan wajah dan sebagian dada yang sudah merekah merah. Dadanya naik turun meningkahi debar jantungnya yang meninggi akibat nafsu. Lelaki itu setengah loncat menaiki meja lalu segera melebarkan kedua paha Nico, menyangganya dengan kedua tungkainya. Siap memasukan penisnya yang sudah keras bagai kayu sejak tadi.
"Sial, sempit banget. Bisa robek kalau gini, anjing. Kalian ada yang punya lube gak?" Ujar Andra resah.
"Yah, bos sih manggilnya tiba-tiba ini. Jadi aja kita gak sempat beli." Sahut Jojo sambil menyegir, kepalanya segera mendapat satu jitakan dari Sapto.
"Udahlah bos, hajar aja. Udah kepalang basah ini!"
"Okeh, peduli setan deh!"
Dengan usaha yang cukup keras akhirnya Anto berhasil menjejalkan penis jumbonya ke anus Nico. Ia diam sejenak merasakan sensasi remasan di kejantanannya, Nico benar-benar membuatnya mabuk kepayang.
"Wah, sadis. Hajar bos!" Jojo berujar sambil mengocok pelan penisnya sendiri. Anto mulai menggerakan pinggangnya.
"Emh..." Terdengar dengusan kecil, ketiganya sama-sama sadar itu dari siapa.
"Wah, sadar tuh bos."
"Ah... Hah... Tenang aja, kayak dia bisa apa-apa aja."
Gerakan menghentak Anto semakin cepat. Sedikit demi sedikit kesadaran Nico semakin pulih. Dan rasa sakit adalah yang pertama menyapa begitu syaraf otak dan tubuhnya terhubung kembali.
![](https://img.wattpad.com/cover/167127486-288-k765695.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I Love You, Buddy (END)
RomanceFriend to Lover §§§ A bittersweet and (sometimes) naughty story about friends and (or to) lovers. §§§