Part 13.1

1.7K 89 0
                                    

Third year...
OSPEK

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, mereka kini tiba di tahun ketiga perkuliahan. Fakultas Teknik salah satu Universitas ternama se-Bandung itu telah dihuni keenam sahabat karib sedemikian lama. Nico, Reno, Fanny dan Marco. Para calon arsitek itu telah masuk ke semester-semester terberat, mulai menyusun dalam benak mengenai ke arah mana bidang yang akan ditekuni lebih dalam, juga yang mungkin akan di bawa sebagai tugas akhir. Sedang para calon programmer, Netha dan Yoyo adalah sebaliknya. Masa sukar mereka adalah semester-semester awal, dan akan kembali masuk kedalamnya saat menggarap tugas akhir.
Awal semester, awal tahun ajaran baru. Nico cs kini akan menunaikan tugas mereka sebagai angkatan yang bertanggung jawab sebagai panitia kegiatan orientasi pengenalan kampus atau lebih dikenal dengan OSPEK.

04.00am

Alarm ponsel Reno berbunyi, Reno yang sensitif terhadap bunyi segera terbangun. Mengucek sebentar kedua matanya lalu bangun, kemudian memposisikan punggungnya bersandar pada puncak ranjang. Alarm dimatikannya setelah cukup nyawanya terkumpul untuk bergerak lebih. Ia menoleh kesamping lalu tersenyum. Bahkan setelah dibombardir bunyi alarm segila tadi, Nico tak bergerak sedikit pun. Reno terbahak kecil mendapati Nico tertidur dengan tampang memprihatinkan. Kedua kaki dan tangannya dibuka lebar-lebar menyusul mulutnya yang menganga dalam lelapnya. Selimutnya ditendang sampai ke ujung kaki, mengekspos tubuh nya yang nyaris polos hanya berlapiskan boxer brief tipis nan ketat. Tonjolan kejantanannya yang sedang dalam fase morning wood terlihat begitu menggoda. Kalau saja hari ini mereka tak harus berada di kampus jam 5 pagi sudah ia serang benda itu begitu tertangkap pandangan matanya.
"Hmph..."
Reno beringsut turun mendekap kepala Nico setelah menaikkan selimutnya menutupi separuh badan.
"Selamat pagiiiiii..." Dengan suara yang cukup nyaring Reno menggemakan dua kata itu sambil memegang kuping telinga kanan Nico.
"Emmmmmphhh... Ahhhh... Apa sih..."
Nico berusaha menutupi telinganya namun tak bisa karena masih terlalu lemas.
"Hahaha, ayo bangun cepat Kang Nico! Ketua Panitia OSPEK ini."
"Hmph... Bilangin aja OSPEKnya ditiadakan, atulah aku masih ngantuk..."
"Dih sok cantik! Bangun gak! Rasain nih!"
"Aaaa! Iya iya ampun yang! Ampun, aku bangun aku bangun! Nih udah bangun!" Nico langsung berdiri dari kasur menjauh dari Reno yang menggelitik dan mencubiti sekujur tubuhnya. Jurus paling manjur yang suka dilakukan Reno untuk membangunkan sang kekasih. Nico kemudian terlihat mundur sedikit kedinding ia lalu menyandarkan kepalanya.
"Awas aja kalo tidur lagi? Langsung mandi sana! Aku manasin makanan dulu."
"Nje ndoro."
"Awas aja kamu di kamar mandi tidur, ku siram air es
"Iyahhhh.. Ih." Nico dengan kesal berjalan pelan ke arah kamat mandi yang letaknya di dalam kamar.
Reno bergegas mendahului, mengambil lauk di kulkas lalu mendekat kembali ke arah Nico. Diciumnya bibir kekasihnya itu sejenak lalu melangkah keluar kamar dengan riang menuju dapur bersama.
"Egh... Dasar psikopat! Ah, siapa juga sih yang nunjuk gua jadi Panitia? Ketua pula? Sialan." Sungut Nico sambil menggaruk kepalanya.
Setengah jam kemudian Nico keluar dari kamar mandi dengan kondisi jauh lebih segar dan wangi. Keluar kamar mandi telanjang bulat sambil mengeringkan kepalanya dengan handuk. Reno yang sedang memakan sarapannya sampai terdiam beberapa saat melihatnya. Hasil street workout yang sudah dijalani Nico rutin lebih tiga bulan terakhir mulai nampak, berbanding terbalik dengannya yang masih amat kurus karena nyaris tak punya waktu untuk olahraga.
"Woi, iler nya om. Hahaha."
"Sial, hahaha. Sana pake bajumu, terus sarapan." Reno beranjak dari kursinya setelah menuang susu ke gelas Nico, lalu melangkah ke kamar mandi.
"Jangan coli yang, nanti telat ke kampus. Aku tau aku seksi, nanti aja sebentar kita heppannya. Hahahaha."
"Sialan kamu."
"Hahahaha."

05.05am

Subuh ini Nico dan Reno bersama puluhan teman seangkatan mereka telah siap menyambut para mahasiswa baru dari semua jalur masuk ke dalam fakultas dengan sambutan khas. Bentakan. Tidak semua memang, di beberapa sudut, pemandangan-pemandangan berbeda akan ditemui. Ada para maba perempuan yang berusaha tak melewati jalur 'penyiksaan' dengan merayu para senior laki-laki, ada para maba laki-laki yang diam cuek saja saat digertak atau diancam oleh para senior, ada yang nekat berusaha kabur mengambil jalan pintas dimana pun yang bisa, ada pula yang pasrah menjalani saja apapun yang di prosedurkan oleh para senior haus darah tersebut. Pemandangan sangat normal yang akan ditemui dalam OSPEK.
*
Reno menghampiri Yoyo yang sedang kewalahan menangani anak gugusnya yang ajaib-ajaib.

I Think I Love You, Buddy (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang