18+ scene alert...
Nico menempati kamar dilantai bawah. Satu dari dua kamar dibagian beton rumah itu. satunya lagi kamar kedua orang tuanya.
Lelaki itu segera menyambar bibir Reno dengan bibirnya begitu usai memastikan kalau pintu sudah terkunci.
Nico sangat liar, Reno sampai tak sadar kapan lelaki itu sudah berhasil melucuti seluruh kain yang menutupi tubuhnya berikut di tubuhnya sendiri. Untuk selanjutnya menggerayangi tubuh Reno bak ular.
"Nic? Ah... Apa lo yakin ini aman? Lo kan tau gua paling nggak bisa melakukan ini tanpa suara. Ah, Nic..." Tubuh Reno seketika menggeletar saat Nico memainkan jemari di puncak kemaluannya yang sudah menegang.
"Lo bisa teriak keras saat keluar nanti, nggak akan akan yang dengar. Try to see around you." Reno mengedarkan pandangan dalam posisi terlentangnya. Dia langsung mengerti, seperti apartemen Nico, kamar ini juga dibuat kedap suara.
"Ah ya, kamar anak band emang beda. Aghhh... Nic, what are... " Tubuh Reno menegang sejenak. Nico baru saja memasukan telunjuknya yang sudah dilapisi baby oil ke dalam lubang Reno.
"It's been a long time, aku ingin jadi tuanmu lagi hari ini." Nico berbisik nakal sembari jemarinya masih bergerak binal didalam anus Reno.
"Nic, kamu menyiksaku.... Ah... Tapi, Marco dan Yoyo?"
"Mereka masih akan diajak ayah ke komunitas catur habis dari pacuan kuda."Nico berujar sambil masih memainkan jemarinya di titik lemah Reno itu, sementara tangan yang lain mengocok kemaluannya sendiri yang sudah tegang siap berperang.
Reno sudah takluk. Lelaki itu nafsunya sudah diubun-ubun, begitu menikmati di dominasi Nico saat ini. Nico yang sedang dalam kadar nafsu yang sama dengan gusar membongkar isi tasnya mencari kondom. Setengah berlari ia menuju ranjang begitu benda itu ditemukannya.Ia ingin Reno mendudukinya sebagai awal. Reno menurut, memposisikan dirinya berjongkok diatas penis Nico yang mengacung. Perlahan namun pasti benda itu memasuki Reno sampai pangkal pahanya bersentukan dengan pantat Reno.
"AHHHH!" Reno refleks membekap mulutnya usai berteriak keras.
Nico baru saja menghentakkan dengan amat keras penisnya hingga memasuki lubang Reno amat dalam bahkan menyenggol prostatnya."It's ok, honey. I told you we're safe here."
"Kamu gila. Ah... oh god." Nico sudah memulai permainannya, genjotannya perlahan tapi pasti menjadi semakin cepat. Reno semakin kehilangan daya untuk mengontrol reaksi tubuhnya.Perlahan Nico sendiri mulai ragu apakah struktur kedap suara kamarnya mampu untuk meredam suara jeritan dan desahan Reno yang kian parah, ia memilih menyalakan music dari music playernya. Feeling Good dari Muse di buatnya memutar berulang untuk mengakomodir permainan mereka.
Puas membuat Reno menungganginya, Nico ingin menghajar Reno dengan posisi favoritnya. Side to side, entah dengan Reno atau para gadis teman tidurnya. Nico selalu membuat sesi ini menjadi yang terlama, bahkan sering mengakhirinya dengan posisi ini.
Reno mengerti lalu memposisikan dirinya berbaring menyamping didepan Nico yang segera memasukan penisnya. Belum setengahnya masuk, Nico berhenti lalu menanyakan sesuatu yang sudah ingin dilakukannya sejak lama.
"Ren..."
"Hmm?"
"Boleh aku, buka kondomnya nggak? Aku pengen..."
"Just do it." Reno memotong cepat kalimat Nico. Nico tersenyum senang, dengan gerakan cepat ia melepas benda itu dari kelaminnya lalu untuk kedua kali dengan satu gerakan tiba-tiba memasukannya kembali ke lubang Reno."AAARGHH!" Reno berteriak lebih keras. Tubuhnya bahkan sempat kejang sejenak. Nico baru saja membuatnya merasakan orgasme tanpa ejakulasi.
"Sorry, here I come." Nico yang sudah tidak sabar, segera melanjutkan dengan gerakan cepat.
Dipeluknya Reno sambil saling menautkan jemari tangan kanan mereka. Lalu dengan perlahan memposisikan kepala Reno berbalik untuk menerima pagutannya. Reno bagaikan dilambungkan ke tingkat langit yang belum pernah didatanginya sebelumnya. Sesekali lidah Nico berpindah ke tengguk dan bagian belakang telinga Nico. Mengendus, menjilat hingga menggigitnya pelan. Nico sudah terlalu hafal titik-titik yang sanggup membuat Reno menggelinjang keenakan hingga mengerang tak kuat menahan.
Nico menyenggamai Reno dengan posisi ini sampai Muse selesai menyanyikan lagu tiga kali. Ia sendiri merasa sudah hampir mencapai batasnya. Missionary, ia ingin menatap wajah Reno saat menuntaskannya.
"Let it out inside me." Ucap Reno dengan nada bergetar. Nico agak terkejut mendengarnya, sampai menghentikan gerakan cepatnya diatas Reno.
"Kamu serius?" Reno hanya mengangguk sambil memejamkan mata.Antara senang dan enggan, namun Nico tetap melanjutkan gerakannya semakin dan semakin cepat. Tapi ia ingin sahabatnya itu mencapai puncaknya terlebih dahulu. Jemarinya mengambil alih penis Reno dari tangan pemiliknya. Lalu mengocoknya dengan cepat. Dengan tak mengurangi thrust penisnya di lubang Reno. Lebih semenit berselang, Reno mulai menunjukan tanda-tanda puncak kenikmatannya.
"Nic... ahhhh, aku... aku ahhhhhhh..."
Nico membungkam mulut Reno dengan ciumannya, sambil tak menghentikan aktifitasnya di bagian bawah tubuh Reno. Tak sampai sepuluh detik, tubuh Reno mengejang. Untuk beberapa detik kaku dengan satu dua hentakan tiap kali cairan sperma menyembur dari penisnya membasahi tubuhnya dan tubuh Nico. Teriakannya teredam oleh ciuman Nico.
Lima detik berselang Nico mendapat gilirannya, dipeluknya erat tubuh Nico sambil tetap menempelkan bibir mereka seiring tubuhnya yang mengejang-ngejang saat penisnya yang memompa cairan surganya kedalam rectum Reno beberapa kali.
Nico benar-benar merasakan kenikmatan luar biasa jauh lebih hebat dari sebelum-sebelumnya.
Setelah beberapa saat, Nico menarik dirinya dari Reno. Mereka beruntung selimut tanpa sengaja menjadi alas mereka, begitu Nico melepas penisnya cairan spermanya segera mengalur keluar, tumpah cukup banyak di selimut malang itu. Nico dengan cepat menarik beberapa lembar tissue dari kotaknya.
"Gua aja." Reno merebut lembar-lembar tissue itu dari Nico. Seketika kecanggungan berkuasa diantara mereka.
Usai membersihkan Reno beranjak dari ranjang dengan langkah sedikit limbung. Melangkah menuju kamar mandi.
Nico bermaksud ingin mandi bersama, namun Reno sudah menutup pintu kamar mandi lebih dulu.
"Hmph, kok dia marah sih. Kan dia sendiri yang minta." Nico bergumam kesal sendiri.
Lebih setengah jam kemudian keduanya sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Reno dengan sweater beige rajutan Vanya sementara Nico dengan kaos tipis lengan panjang bergambar logo band metal kenamaan Avenged Sevenfold tepat di dada.
Nico duduk di samping Reno yang sedang asyik bermain game online.
"Hey?" Nico menempatkan kepalanya di pangkuan Reno.
"Hmm." Lelaki itu hanya bergumam tak jelas sambil tetap fokus di game nya.
"Woy?" Jemarinya kini berusaha menutup layar ponsel Reno.
"Apa?" Dengan pelan Reno menggeser jemari Nico itu dari layar sambil matanya tak beranjak sedikitpun dari sana."Zzz." Nico yang putus asa dengan cepat merebut ponsel itu. Berusaha memainkannya namun terlalu susah, ia tak terbiasa menggunakan hero tipe assassin, apapun itu. kalau bukan marksman, mage adalah favoritnya.
"Mati, sorry. Gue paling nggak bisa Gusion. Gusi berdarah bisa." Lelucon garingnya tentu kian memperburuk suasana. *kalian tentu tau game apa yang kumaksud*
"Hey, I'm sorry. Tapi... kan kamu yang minta. Eh tapi tapi, kalau aku salah aku minta maaf deh, tapi jangan marah gini."
Entah sadar atau tidak, Nico berujar sambil menggenggam kedua tangan Reno. Tak ubahnya lelaki mengemis maaf wanitanya.
Reno terkekeh pelan. "Siapa yang marah, aku cuma malu aja. Penasaran pengen coba, tapi rasanya setelah selesai. Kinda weird."
"Hmph, you suddenly being so cute this whole day. Itulah kenapa aku jadi pengen perkosa kamu tadi."
"Dasar gila."Nico nyaris saja mengecup punggung tangan Reno jika saja suara gagang pintu diluar tidak terdengar. Ia sudah membuka kuncinya sejak tadi. Fanny menyeruak dari balik pintu.
"Heh, Anang Ashanty, saatnya makan malam. Dipanggil tante sama om, sekarang." Ujar gadis itu seraya langsung berlalu.
"Dasar nenek sihir, udah yuk Ren."

KAMU SEDANG MEMBACA
I Think I Love You, Buddy (END)
RomanceFriend to Lover §§§ A bittersweet and (sometimes) naughty story about friends and (or to) lovers. §§§