fic: #bbhlokal
Karena Rasi dan Bintang sama-sama tahu bahwa ada yang gak bisa diubah meski keadaan udah berubah.
Karena Rasi dan Bintang sama-sama tahu bahwa waktu bisa membuat beberapa aspek hidup mengubah perasaan tapi gak dengan kenangan.
Dan Ras...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Padahal udah jam setengah satu pagi tapi suasana kosan gak kalah rame dari jalanan diluar komplek. Apalagi kalo bukan gara-gara ada acara sepak bola. Dedengkotnya udah jelas Langit, Dion sama Albi. Itu cowok betiga udah kayak kesurupan kalo liat bola, bawaannya pengen ikut nendang aja.
"Ehh bego, berisik banget lo pada." Bintang ngelempar tiga kantong penuh berisi snack beserta minuman pesenan sambil ngomel. "Orang salam sampe gak dijawab."
Dion yang dateng dari dapur spontan ngeplak kepala Bintang. "Waalaikum salam."
Langit liatin Rasi yang langsung ngacir ke kamar tanpa liat dia. Sontak aja pandangannya beralih ke Bintang yang ikut mau masuk ke kamar. Muka dua orang itu keliatan kuyu, dan Langit tau, bukan Bintang banget sok-sok an gak rese kalo ada acara bola. Dugaan pertama jelas ada yang gak beres sama adek dan temennya itu.
Dugaan kedua, Bintang kebelet boker. Tapi, Langit yakin kalo dugaan pertamalah penyebabnya. Cuma gak tau alasan jelasnya aja.
"Bi." Langit manggil Bintang yang udah nyampe tangga.
"Paan?" jawab Bintang gak selera. Karena gak segera mendapat respon, cowok itu ngelanjutin langkah ke kamarnya.
Dion yang ngeliat langsung nyenggol pundak Langit. "Kenapa tuh Binti?"
"Lo tanya gue, trus gue nanya siapa?"
Karena gak mendapat jawaban, Dion cuma lanjut bukain kulit kacang sambil liatin televisi. Dia mah yang penting MU menang, ngepoin Bintang belakangan.
Gak diduga, ternyata Bintang balik ke ruang tengah. Keliatannya habis mandi, udah ganti pake singlet sama sarung. Rambutnya juga basah, tapi ekspresi wajahnya masih sepet.
Dia gak perduli lagi diliatin, langsung aja duduk sambil ngebuka tutup botol aqua kayak gak kejadian apa-apa. Tapi Langit yang duduk gak jauh dari dia sengaja tetep fokus, minta jawaban jelas atas pertanyaannya tadi.
"Tadi gue sama Rasi ketemu Mika di mall."
Suara Bintang bikin semua noleh, kecuali Dion yang asik sama dunianya sendiri.
"Terus?" tanya Langit penasaran.
"Ada tragedi," jawab Bintang ngelirik pintu kamar dia dilantai atas. Meski gak bener-bener terlihat dari ruang tengah, tapi semua paham kalo pasti ada hubungannya sama sikap murung Rasi.
"Rasi gak diapa-apain kan?" tanya Galen menolak suudzon.
"Dikatain, sempet nangis. Dia tadinya gak mau pulang, takut abangnya." lanjut Bintang noleh ke Langit. "Gue ajakin jalan bentar. Ya gitu."
"Dikatain apaan emang?" tanya Langit tenang. Dia mah udah menduga kalau Mika bisa jadi kayak gini ke adeknya.
"Gue nanti bakal ngomong sama Mika. Dia urusannya sama gue." jawab Bintang gak lengkap tapi nyelipin ketegasan dia disana.
