Pov Kanaya
Malam itu Kanaya terbangun dari tidurnya, karena merasa haus. Dilihatnya Tasya dan Milly masih nyenyak tidur bertumpang - tindih di sebelahnya.
Ya, Tasya, Milly dan Chicco memang menginap di rumah Kanaya sejak dari pemakaman orang tua Kanaya, menemani Kanaya yang sedang berduka. Chicco tidur di kamar sebelah, sementara Tasya dan Milly tidur di kamar Kanaya.
Sebetulnya Paman dan Bibi Kanaya, Om Arfan dan Tante Rita sudah membujuk Kanaya agar tinggal bersama mereka, tapi rumah mereka di luar kota, Kanaya tidak ingin pindah sekolah dan berpisah dari Chicco, Tasya dan Milly sahabat terbaiknya. Gadis itu berkeras untuk tetap tinggal di rumah orang tuanya, walau harus sendiri, hanya bertemankan Mbok Inayah, Asisten Rumah Tangga yang bekerja Part - Time di rumahnya selama ini. Kekerasan hati Kanaya membuat Om Arfan dan Tante Rita mengalah, harus bersabar menunggu Kanaya merubah keputusannya dan mau tinggal bersama mereka, seperti permintaan Mama Kanaya sebelum menghembuskan napas terakhir.
"Pukul 2...," gumam Kanaya saat melirik jam dinding.
Gadis itu turun dari tempat tidur. Dilihatnya gelas minumnya kosong, gadis itu mengeluh. Dengan perlahan, takut membangunkan sahabat - sahabatnya, Kanaya berjinjit keluar kamar, menuju dapur.
“Kanaya..,”
"Ha?" Kanaya tersentak, merasa ada yang memanggil. Spontan gadis itu menoleh. Tapi tidak ada siapa - siapa.
"Kanaya...,"
Suara itu terdengar lagi. Suara laki - laki.
"Heh, Chicco ya? Gak lucu deh lo," tuduh Kanaya langsung, walau batinnya bertanya - tanya kenapa suara Chicco terdengar tidak seperti biasanya. Suara itu terdengar aneh, begitu lirih, seperti Chicco sedang berbisik - bisik padanya.
"Cepat tunjukin diri lo, Chicco bego. Kalo lo mo nge-prank gue, kayaknya gak berhasil deh,"
"Kanaya...Kembalikan...,"
"Ha? Kembaliin apa sih? Udah deh main - mainnya," Kanaya mulai risih, meraba - raba mencari saklar lampu dapur. "Chicco, ntar gue teriak nih,"
Kanaya hampir terlonjak sendiri, ketika sekilas terpandang olehnya sudut dapur yang gelap, seperti ada bayangan seseorang yang berdiri di sana, sedang memandangnya, tapi saat dipandang baik - baik, bayangan itu hilang. Tak jelas itu siapa.
"Chi - Chicco? Plis deh, jangan nakutin...,"
"Daaarr!!" Teriakan seseorang nyaris membuat Kanaya mati berdiri. Tapi sejurus kemudian, terdengar suara tawa jeleknya Chicco. Ketika Kanaya akhirnya berhasil menghidupkan lampu dapur, terlihat olehnya Chicco yang sedang terbungkuk - bungkuk karena ngakak berlebihan, menertawai dirinya.
"Ih Chicco, sebel deh lo!! Gak ada kerjaan lain apa? Tega lo nge - prank gue!" sungut Kanaya sambil memukuli tubuh sahabatnya itu. "Ngapain sih lo bisik - bisik gitu? Pake acara minta kembaliin, kembaliin apa? Kembaliin dudul lo?!"
"Ha?" Chicco justru tampak tercengang mendengar Kanaya bersungut - sungut.
"Apa Ha - ha? Jahat lo,"
"Siapa yang bisik - bisik? Gue aja baru masuk dapur, kebangun karena mo ke toilet, trus liat lo celingak - celinguk dalam gelap, ngomong sendiri,"
"Gue ngomong sendiri? Gue ngomong ama lo tauk?"
"Ama gue? Gue aja baru nongol, ngomong gimana?"
Kanaya memandang Chicco dan menyadari jika sahabatnya benar - benar tidak mengerti ceritanya tentang suara bisik - bisik minta dikembalikan sesuatu. Lalu? Siapa yang berbisik - bisik padanya tadi? Dan bayangan yang dilihatnya itu....Tiba - tiba Kanaya merasa bulu kuduknya berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
02.00 ( Tamat )
HorrorKanaya yang sedang berduka, menghadiri pemakaman orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, tak sengaja bertemu dengan Devandra Sosok Devandra yang begitu memukau bagai dewa - dewa legenda Yunani yang tampan, seorang pemuda yang bercita cita me...