“Deva, kenapa sih lo selalu ngindarin gue? Ih, emang susah ya buat orang yang gak mau tanggung jawab?” sindir Talitha ketika usai jam sekolah, melihat Devandra buru-buru mengemasi buku-bukunya saat dia masuk ke dalam kelas Devandra. Mata abu - abu bening Devandra mendelik saat Talitha menahan langkahnya.
"Deva Sayang, denger ya? Lo udah terikat ama gue," nada suara Talitha mulai berubah. "Kemanapun lo, gue tetap bakal tuntut tanggung jawab lo, dan kalo lo gak mau....,"
"Kalo gue gak mau kenapa??" Devandra bertanya dingin.
"Kanaya..,"
"Kenapa Kanaya?!"
Tailtha menggedikkan kepalanya ke arah luar kelas 11.
"Kanaya bakal sengsara jika lo gak mau tanggung -jawab,"
Devandra terperangah. Di luar kelas, Kanaya yang sedari tadi memang sedang menunggu Devandra, tampak sudah dikelilingi teman - teman satu genk Talitha. Mereka merampas tas Kanaya dan melempar - lemparnya, kesana - kemari, membuat Kanaya kebingungan berusaha mengambil kembali tasnya.
Talitha cepat menarik tangan Devandra karena pemuda itu terlihat hendak menerjang keluar.
"Eeh mo kemana Sayang? Lo tuh paham gak sih? Itu belum semua," Talitha tertawa melihat Devandra gusar. Gadis itu mengeluarkan sepucuk surat beramplop putih dari tasnya, dan mengacungkannya pada Devandra. "Surat ini, jika jatuh ke tangan Pak Kepsek? Kanaya bisa berhenti sekolah!"
Devandra berusaha mengambil surat itu dari tangan Talitha, tapi gadis itu cuma tertawa.
"Silahkan kalo mau ngambil, aku punya banyak copy-an surat ini kok,"
Devandra mengertakkan giginya berusaha menahan amarah saat Talitha melingkarkan kedua tangan pada leher Devandra dengan gaya manja. Raut wajah gadis cantik itu terlihat berbinar, penuh kemenangan.
"Makanya, nurut ya Sayang?" Katanya. "Lo sih belom tau sapa gue, Talitha Priyanka Tsaqif, most wanted girl yang paling berkuasa di sekolah ini,"
*******
Pov KanayaDevandra berhasil melepaskan tangan Talitha dari lehernya bertepatan saat Kanaya menyusul masuk karena dirasa Devandra sudah terlalu lama di dalam kelas.
"Dev?" Kanaya yang berdiri di depan pintu hanya bisa tertegun melihat Devandra melewatinya begitu saja, saat keluar kelas, pemuda itu bagai tak melihat Kanaya, menolehpun tidak. Di belakang Devandra tampak Talitha mengikuti.
"Deva Sayang!" Terdengar Talitha memekik jengkel, berusaha mengejar langkah panjang Devandra. Kakak Chicco itu bahkan tak peduli sudah menabrak bahu Kanaya saat hendak melewati pintu, seolah Kanaya cuma tunggul kayu yang sedang menghalangi jalannya.
Ke - kenapa Devandra? Sedang apa dia berdua Kak Talitha di kelas? Darah Kanaya serasa mendesir. Padahal tadinya pulang sekolah, sudah janji dengan Devandra, mau pergi bareng ke toko buku, nyari kamus Biologi...
“Daar!!"
Tiba - tiba ada yang mengagetkan Kanaya dari belakang. Milly.
"Ih, Milly, gue lagi gak mood untuk kaget, tauk!" Rutuk Kanaya lesu. Milly bagai tau tau perasaan Kanaya yang sedang begitu galau, justru tergelak mendengar kata - kata kesal Kanaya yang dianggapnya lucu. Kaget pakai mood.
"Kok lo masih di sini? Kirain lo udah pergi bareng Devandra?" Tanya Milly masih tergelak, dipeluknya bahu Kanaya.
"Hmm, Devandra pasti mainin lo lagi, iya kan?" Tasya memutar bola matanya, bisa menebak penyebab raut galau Kanaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
02.00 ( Tamat )
TerrorKanaya yang sedang berduka, menghadiri pemakaman orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, tak sengaja bertemu dengan Devandra Sosok Devandra yang begitu memukau bagai dewa - dewa legenda Yunani yang tampan, seorang pemuda yang bercita cita me...