BAB 3 : Jelangkung

1K 142 5
                                    

Jelangkung ... Jelangkung
Di sini ada pesta kecil
Datang tak dijemput
Pulang tak diantar

Kanaya merutuk dalam hati, kenapa juga akhirnya dia mengizinkan Tasya untuk mencoba permainan mistis, Jelangkung di kamar tidurnya malam ini? Padahal sore tadi dirinya bersama Milly dan Chicco sudah mati – matian membujuk Tasya untuk membatalkan ide gilanya itu.

“Ini satu – satunya cara, paham gak sih?” begitu kata Tasya ketika mereka membujuknya.

“Tapi gak perlu sampe manggil Jelangkung kale,” tukas Milly sambil bergidik. “Lagian Kanaya baru berduka, lo gak punya perasaan ih,”

“Ya, ya gue tau, maapin gue, tapi justru niat gue ini untuk nolongin Kanaya, tauk! Apa lo mau Kanaya terus digangguin suara aneh, yang ngancam mo ngebunuh kalo kalungnya gak dikembaliin??" Tasya memandang Kanaya dan yang lainnya. “Tapi ngembaliin kemana coba? Kita udah nganterin kalung ini kemana - mana, tapi tetep aja balik, stress gak sih? Gue dapat feeling bahwa yang gangguin Kanaya bukan dari alam sini..,”

“Woaah, gue  gak ikut ya?” mendengar kata 'Bukan dari alam sini', Chicco langsung mengangkat kedua tangannya. “Gue paling gak suka hal – hal yang berkaitan dengan alam ghaib! No thanks deh! Kalian,  jangan gegabah bermain - main dengan mistis, ingat resikonya!”

"Halah penakut! Belum lupa kan, kita genk penggemar horror dan misteri, gimana seh lo?" Tasya mrncemooh, membuat Chicco terbelalak.

"Gue suka filmnya ya, bukan kejadian asli,"

"Bilang aja takut, gak usah pake ngeles,"

"Bodo, pokoknya gue gak ikut!"

Tapi begitulah, entah bagaimana jadinya, tepat pada  malam Jumat, permainan mistis itu justru berlangsung juga di kamar Kanaya. Dan dengan patuhnya Kanaya juga Milly ikut bermain bersama Tasya. Hanya Chicco yang tetap tidak tergoyahkan untuk ikut. Pemuda itu lebih memilih tidur nyenyak  di kamar sebelah kamar Kanaya, yang memang jadi kamarnya selama menginap di rumah Kanaya.

Jelangkung ... Jelangkung
Di sini ada pesta kecil
Datang tak dijemput
Pulang tak diantar

Lampu kamar pun mereka padamkan, hanya lampu – lampu tidur yang ada di kiri – kanan tempat tidur Kanaya yang masih dinyalakan. Rapal mantra masih terus berulang-ulang didengungkan Tasya dan Milly di lantai kamar, di antara temaram cahaya lilin-lilin putih dan wewangian beraroma Lavender yang sengaja dipasang untuk menambah mistis suasana. Tapi Boneka kayu berkepala tempurung kelapa yang digenggam erat oleh Tasya kelihatannya masih diam membisu. Walau rapal masih terus diucap, tapi sang boneka tetap diam sunyi membisu.

Ah, biarin deh mereka yang ngelakuin, gue  nonton aja kali ye? Kanaya sebetulnya ngeri juga dengan permainan mistis itu, tapi dia juga ingin gangguan aneh gara - gara kalung pentagram petaka itu, segera hilang dari rumahnya.

“Ah, kayaknya kita gak berhasil deh,” terdengar keluhan itu akhirnya terucap oleh Milly. “Tasya, kita udahan yuk?”

“Jangan nyerah dong, udah tanggung, tauk! Kita coba sekali lagi, ok?” bujuk Tasya.

“Gue capek, udah hampir pukul 2. Tidur yuk?” Milly meregangkan otot-otot tangannya yang terasa kaku. “ Ngantuk nih.”

Milly melirik jam dinding ‘Menyala-dalam-gelap’ yang ada di kamar Kanaya, jam itu terus berdetak menuju pukul 2 dini hari.

“Eh, Kanaya, daripada lo cuma bengong sendirian di situ, lebih baik bantuin gue kek,” ajak Tasya pada Kanaya ketika melihat Milly mulai tak bersemangat lagi. Kanaya yang sedang memandangi foto Mama dan Papanya, jadi terjengah.

“Gue?”

“Ya iya dong, say, gue ngelakuin  ini demi bestie gue  lho,” bujuk Tasya merayu. "Elo bestie gue "

02.00 ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang