BAB 28 : Masa Lalu Yang Tragis

386 79 0
                                    

Nayla melahirkan bayinya di rumah kontrak Yuura. Beruntung Yuura adalah seorang mahasiswi Kedokteran dari negeri seberang yang sedang mengikuti Program Pertukaran Mahasiswa di negeri ini, sehingga semua proses kelahiran itu dapat berlangsung aman dan tanpa diketahui siapapun juga. Raheeq khawatir kalau Nayla harus melahirkan di Rumah Sakit, bayi mereka akan menimbulkan kehebohan dan tanda tanya.

Bayi itu terlahir kembar. Laki-laki. Satu terlahir sebagai manusia, dan satu lagi terlahir dalam sosok mahluk halus. Begitu lucu dan menggemaskan, mereka memiliki mata abu-abu seperti milik Raheeq. Dan wajah mereka sangat mirip dengan wajah Nayla yang peranakan Yunani.

Nayla begitu bahagia akan kelahiran bayi kembarnya, dia memendekkan rantai kalung Pentagram pemberian Raheeq sedemikian rupa sehingga pas untuk dipakaikan pada salah satu bayinya dan meminta Yuura untuk memotret kedua bayi kembarnya. Karena Nayla tau, bayinya yang seorang lagi tidak bisa bertahan lama dalam cahaya matahari, jadi akan sulit menyaksikan keduanya bersama-sama seperti itu.

“Bayi kita sangat lucu, Nayla,” kata Raheeq pada Nayla pada suatu malam, saat mereka sedang duduk bersantai di sofa ruang tamu rumah kontrak Yuura. “Kita harus berterima kasih pada Yuura yang sudah membantu kelahiran mereka.”

Nayla seolah tak mendengar kata-kata Raheeq, dia justru sedang sibuk mengira-ngira nama apa yang pantas untuk kedua bayinya itu.

NEHAN DAN NEYZAR
NEHAN DAN NEYZAR
NEHAN DAN NEYZAR

Nayla menulis dua nama itu berulang-ulang pada kertas.

“Kamu yakin ini nama yang bagus?” Raheeq akhirnya memperhatikan kertas itu. Nayla menggangguk pasti, wajahnya tampak begitu berseri-seri seolah baru saja menemukan sesuatu yang sangat indah. Raheeq tertawa dan mencium kening Nayla.

“Baiklah, baiklah, ini nama anak-anak kita. Nehan dan Neyzar. Oke, bagus.”

Nayla mengambil sebuah kotak kayu yang ada di meja kecil di dekatnya, dan menunjukkan isinya kepada Raheeq. Buku Hariannya dan foto kedua bayinya yang sudah dicetak Yuura kemarin siang.

Kotak ini akan diberikan kepada anak-anak kita kelak jika mereka sudah besar, begitu tulis Nayla di atas kertas, agar mereka tidak bertanya-tanya kenapa mereka berbeda dari orang-orang lainnya.

Raheeq membelai rambut Nayla dengan lembut. Dia tersenyum, tapi senyumnya terlihat sedih.

“Maafkan aku, Nayla. Seharusnya aku bisa membawamu ke Istanaku, di sana tidak akan ada yang menganggap kedua bayi kita aneh,” kata Raheeq dengan suara berat. “Tapi ... Tapi aku tidak bisa. Karena Ayah dan ibuku menentang hubungan kita. Dan mereka ingin...”

Nayla memegang tangan Raheeq, raut wajahnya seolah bertanya, ‘Mereka ingin apa?’

“Mereka ingin....Yah, Mereka ingin membinasakan bayi-bayi kita,” kata Raheeq tersendat.

Nayla tiba-tiba berdiri. Jam dinding di rumah kontrak Yuura berdentang keras, dua belas kali.

“Ada apa, Nayla?” Raheeq terperangah.

Nayla tampak ketakutan dan menunjuk ke arah pintu depan rumah. Setelah itu, seolah ada angin yang begitu kencang, tiba-tiba pintu itu terhentak terbuka lebar.

Tiga sosok berwajah dingin berdiri di depan pintu. Satu di antara mereka, berpakaian paling berkilau, dengan benang - benang  emas pada kain Samping Songket yang melilit pinggangnya.  Selendang emas tersampir di bahu. Begitu wibawa, dengan Tanjak - topi adat - berhiasan permata, kalung emas Dukuh Papan melingkar, serta  lencana - lencana emas dan perak berlambang aneh tersemat di bagian dada. Tangan kanannya memegang tongkat emas bertatahkan berlian dan permata. Lambang ular bertaring sangat jelas terukir di tongkat itu.  Sementara sosok yang lain berpakaian hitam - hitam, dengan model senada, cuma lebih sederhana.

02.00 ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang