Kanaya sedang mengambil bungkusan makanan pesanannya dari ojek online di depan pagar rumah saat melihat sesosok tubuh jangkung turun dari Taxi dan melangkah ragu - ragu mendekatinya.
"Kanaya?"
"Dev - Devandra??" Kanaya nyaris menjatuhkan bungkusan makanannya, melihat Devandra berdiri di hadapannya.
Oh Tuhan, Devandra...Devandra datang ke rumah gue...Setelah menghilang selama berhari – hari bagai hantu, kini tiba – tiba dia muncul begitu saja di depan pagar rumah gue...Dan matanya...Ooh!! Kanaya mendekap mulut, melihat Devandra yang sedang menatapnya. Iris mata Devandra berwarna hitam! Kemana iris mata abu – abunya yang indah itu? A-Apa yang sudah terjadi dengan Devandra??
Kanaya terjengah saat Devandra mengeluarkan sesuatu yang sedari tadi disembunyikannya di balik punggung. Setangkai bunga mungil berwarna putih. Devandra menyempatkan diri meminta supir Taxi berhenti sejenak agar pemuda itu bisa memetik bunga pertama yang dilihatnya di sepanjang jalan menuju rumah Kanaya.
“Ka - Kanaya? Gue menemukan bunga ini, mung - mungkin lo suka?" tanya Devandra sambil mengulurkan bunga itu dengan canggung pada Kanaya.
Kanaya tidak menjawab, bahkan tak sanggup bergerak dari tempatnya berdiri, hanya air matanya saja yang tiba - tiba saja sudah meleleh, menatap uluran bunga berwarna putih itu. Sikap Devandra sangat menyentuh hatinya. Masih saja lo punya cara untuk ngebuat gue iba dengan lo...
"Maukah...Maukah lo memaafkan gue?” terdengar Devandra bertanya lagi.
Maaf? Ba - bagaimana gue memaafkannya? Rintih gadis itu begitu nelangsa. Demi Tuhan, gue sebetulnya masih sayang ama lo Dev! Sangat! Ingin rasanya gue menerima bunga lo dan memeluk lo. Ta - tapi lo udah menghancurkan segalanya. Air mata Kanaya semakin berlinangan.
"Kanaya, gue akan ngejelasin semua..," Devandra memberanikan diri melangkah lebih dekat lagi, tapi Kanaya spontan mundur.
"Jangan dekatin gue!" jerit gadis itu.
"Plis?" Devandra memohon.
"Mahluk apa lo sebenarnya?"
Devandra terjengah mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Kanaya.
"Gu - gue..," pemuda itu tergagap.
"Lo pembunuh!"
"A - apa?"
"Setelah lo sakitin gue malam itu, lo..Lo bunuh Kak Talitha!" sembur Kanaya histeris.
Devandra hanya bisa terpana menatap Kanaya seolah tak percaya dengan pendengarannya.
"Kak Talitha?" Wajah Devandra memucat, kedua alisnya saling bertaut. "Kak Talitha dibunuh?"
"Ya, dengan begitu sadis, jantungnya direnggut..,"
Tubuh Devandra langsung lemah mendengarnya. Ja - jantungnya direnggut? Pemuda itu teringat jantung yang dibawa Anzu, dan dia menghisap darahnya...
Chicco, Tasya dan Milly muncul dari dalam rumah Kanaya karena mendengar suara - suara tinggi Kanaya. Mereka begitu terkejut melihat Devandra.
"Devandra?!!" Chicco bagaikan gila, langsung menerjang Devandra, membuat pemuda itu terjengkang ke belakang. “Bangsat!! Berani - beraninya lo datang! Devandra pembunuh!!”
Pukulan dan tendangan Chicco berkali – kali menghajar tubuh Devandra tanpa ampun.
"Chicco! Jangan main hakim sendiri!!”
“Plis, lebih baik kita memanggil Polisi!!"
"Iya, bukannya dia emang udah menjadi buronan polisi beberapa hari ini?”
Ketiga gadis sahabat Chicco menjerit - jerit berusaha mengingatkan Chicco, tapi pemuda imut itu bagai tak mendengar.
Devandra memejamkan matanya pasrah, darah sudah mengucur dari bibirnya, dari pelipisnya, tapi Chicco masih terus menderanya.
Devandra tidak melawan, mungkin sudah tak sanggup lagi melawan, hatinya sudah hancur, sia - sia dia mengharapkan bisa memiliki Kanaya lagi. Sia - sia dia mengharapkan kebahagiaan yang dimpikannya saat dirinya sudah menjadi manusia seutuhnya, seperti yang lain, dan tidak akan menyakiti siapa - siapa lagi. Dia tak mengira jantung yang dibawa Anzu adalah jantung Talitha. Pemuda tampan itu hanya merintih menahan segala pukulan dan tendangan Chicco, Ka - Kanaya gak mungkin memaafkan gue lagi...
Devandra menatap sendu, tak mampu bersuara, saat melihat Kanaya membuang muka, bagai tidak peduli lagi padanya saat polisi yang dipanggil Chicco datang, memborgol tangannya dan memaksanya masuk ke dalam mobil polisi.
Bahkan saat mobil polisi yang membawanya sudah bergerak, Devandra yang masih menatap Kanaya dari balik kaca jendela mobil, melihat gadis itu menangis tapi tetap tidak memandang kearahnya sedikitpun juga.
"Sampai kapanpun, cinta gue hanya buat lo, Kanaya...Plis maafkan gue yang udah ngecewain lo...,"
KAMU SEDANG MEMBACA
02.00 ( Tamat )
HorrorKanaya yang sedang berduka, menghadiri pemakaman orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan, tak sengaja bertemu dengan Devandra Sosok Devandra yang begitu memukau bagai dewa - dewa legenda Yunani yang tampan, seorang pemuda yang bercita cita me...