BAB 17 : Rahasia Devandra

511 82 0
                                    

Pov Devandra

Kenapa perempuan mahluk halus itu kaget banget pas liat kalung Pentagram gue?? Ada apa dengan kalung ini? mata abu - abu Devandra memandangi kalung Pentagram yang melilit pergelangan tangan kirinya dengan penasaran.

Devandra duduk dalam ruang kelas yang sudah setengah jam yang lalu kosong setelah jam pelajaran terakhir usai dan semua siswa pulang. Dengan kaki menopang pada meja di depannya, Devandra mengerutkan kening masih memandangi kalung Pentagram itu.

Selama ini gak pernah ada yang peduli dengan kalung Pentagram. Kenapa justru perempuan mahluk halus kayak dia yang peduli dan terkejut ngeliat kalung ini? Devandra bertanya–tanya di dalam hati. Mungkinkah gue dan Anzu ada hubungannya dengan perempuan mahluk halus itu? Oh shit! Atau jangan - jangan dia itu adalah ... Oh, gak...Gak mungkin..

Devandra mengusap rambutnya dengan gugup. Gue gak boleh mikir yang bukan–bukan dulu sebelum semuanya jelas.

“Eh?" Tiba - tiba terdengar suara terpekik tertahan membuat Devandra terjengah dan mengangkat wajahnya.

"Kanaya?" Mata abu - abu itu melebar melihat siapa yang datang. "Katanya lo ekskul...,"

"Iy- iya. Ini gue cuma mo ngambil tumbler gue yang ketinggalan di laci meja," sahut Kanaya tertunduk tak berani membalas tatapan Devandra.

Sejak Tasya dan Milly yang menyerang Devandra tempo hari, Kanaya merasa canggung berbicara dengan Devandra. Tapi Devandra tampaknya tidak canggung dengan Kanaya. Pemuda bermata abu - abu itu bangkit dari kursi dan menyandang ranselnya.

"Oke, gue tunggu lo ekskul, abis itu kita ke pantai, makan Seafood," katanya.

"Ha?"

*****

Pov Kanaya

Kanaya benar - benar tercengang dan tak habis pikir. Ekskul Seni Tari yang diikutinya berlangsung selama dua jam lebih di aula sekolah, tapi Devandra ternyata bersungguh - sungguh dengan ucapannya. Pemuda yang berwajah tampan bagai dewa  - dewa mitos Yunani  itu  duduk menunggunya hingga selesai ekskul di bangku -- bangku kosong yang berjejer di pojok aula sekolah. Bahkan sampai tertidur di sana.

"Ya Tuhan, lama - lama gue gemes deh dengan Devandra," komentar Milly yang mengikuti ekskul yang sama dengan Kanaya, juga Tasya. "Dia bisa nyakitin tapi juga paling pinter bikin gemes!"

Tasya tertawa datar mendengarnya.

"Apaan sih lo, Mil?" Tukasnya setengah protes.

"Liat tuh, segitu betahnya nungguin  Aya, sampe tidur tersandar kayak pasrah gitu. Sadar gak sih kalo dia tuh cakep banget kalo lagi tidur,"

"Halah, otak lo tuh cogan mulu," rutuk Tasya. "Gue masih gak percaya ama dia, gimana sih dia?  Kadang bucin kadang nyakitin. Aya jangan kebujuk deh, masa kemaren bilang gak boleh deket, kok sekarang ngajak Kanaya makan Seafood di pantai? Aneh kan?"

"Iya, gue..Anu...," Kanaya sesungguhnya goyah karena ajakan Devandra tadi. Gadis itu ragu apakah harus percaya dengan Devandra atau menuruti nasehat Tasya untuk tidak usah peduli dengan Devandra.

Kanaya melirik Devandra yang masih tertidur. Sepertinya nyenyak,  gimana nih? Sementara Tasya dan Milly sudah heboh menarik - nariknya agar pergi meninggalkan Devandra. Kasihan kan dia ditinggalin tidur, padahal aula udah mulai kosong karena ekskul seni tari sudah selesai, dan satu per satu siswa - siswi yang mengikuti ekskul pulang.

"Ayo dong, ngapain sih lo masih ngeliatin Devandra," Tasya mendecak tak sabar melihat Kanaya masih juga menoleh pada Devandra."Yuk?"

"Anu..Setidaknya kita bangunin dulu Devandra, gimana? Ntar dia ke kunci di aula...," Kanaya masih ragu.

02.00 ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang