BAB 12 : Si Kembar

590 103 0
                                    

Pov Devandra

Jam besar yang ada di dalam lobi sekolah berdentang 2 kali, tanda waktu sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Di dalam keremangan ruang ekskul musik, alunan biola Devandra mendayu - dayu lirih mengusik keheningan sekolah yang seharusnya sudah lama terlelap.

Pak Rosyid, Satpam Sekolah, bahkan sudah bosan melarang Devandra bermain biola di ruangan itu pada tengah malam buta begini. Karena percuma, dilarang pun, Devandra tetap saja bisa menerobos masuk ke dalam ruang ekskul musik. Pak Rosyid tidak habis pikir bagaimana cara Devandra bisa masuk, padahal jangankan dalam ruang ekskul musik, bahkan gerbang sekolah pun, sudah dia kunci rapat–rapat sejak siswa atau guru  terakhir pulang. Tak ada kunci ganda pada Devandra, tak ada tanda–tanda Devandra merusak atau mendobrak pintu ruang eksul musik.

“Anak aneh,” komentar  Pak Rosyid bingung.

Setiap malam pada pukul 2 datang ke ruang ekskul musik sekolah hanya untuk bermain biola. Di antara temaram cahaya lampu-lampu taman sekolah yang menerobos dari celah - celah gorden jendela ruang eksul musik yang terbuka, si mata abu–abu itu bisa berjam–jam memainkan biolanya, seolah tak peduli apapun yang ada di sekitar, seolah tak peduli akan keangkeran malam pukul 2 dini hari, yang konon adalah waktu bertemunya gelombang dunia gaib dan dunia kasat mata, saat mahluk-mahluk kubur bangkit dari tidur abadinya menjenguk manusia-manusia di alam fana. Entah, mungkin kesunyian itu yang sangat dibutuhkan Devandra, atau memang Devandra adalah bagian dari kegelapan malam dini hari.

“Yah elah, lo udah ngulang nada itu berkali–kali, Bro. Kenapa? Lupa dengan kelanjutan lagunya?” sebuah suara tiba–tiba membuyarkan permainan biola Devandra, yang memang malam itu terdengar sedikit berbeda dari biasanya, sepertinya Devandra sedang tidak konsentrasi memainkan biola. Ada sesuatu yang membebani pikiran Devandra. Percakapannya dengan Chicco jelas jadi beban. Menjauhi Kanaya demi terjaganya rahasia penyakitnya, Devandra begitu galau.

Suara itu tergelak, tertawa–tawa tak keruan menertawai kata–katanya sendiri. Devandra berhenti memainkan biola, menoleh kearah si pemilik suara. Itu Anzu,  saudara kembar Devandra. Pemuda itu muncul dari balik keremangan sudut ruang ekskul musik. Sorot mata abu-abu Anzu tampak begitu liar menyeramkan saat membalas pandangan Devandra.

“Anzu, jangan gangguin, ok?” pinta Devandra. Suara Anzu yang memang gemar tertawa itu terdengar lagi.

“Haha.. Kenapa? Oh, gue tau! Lo lagi jatuh cinta...Iya kan? Karena itu musik lo jadi gak keruan,"

"Set dah,"

"Dengan Kanaya kan?"

Devandra memandang Anzu dengan kedua alis mata bertaut.

“Pantas lo gak senang waktu gue ngedatangin rumah si Kanaya malam itu. Karena Kanaya jelas ngirain yang datang itu adalah lo,” Anzu nyengir sambil duduk pada salah satu meja yang ada di ruang ekskul musik. Devandra mendengus mendengar itu.

“Lo udah ngebuat mereka ketakutan," kata Devandra.

"Tapi niat gue kan baik, nolongin lo, my only one Bro. Gue kasihan liat lo kebingungan karena kehilangan kalung pentagram. So, ya udah, gue datengin deh rumah Kanaya untuk ngambilin kalung...," kilah Anzu.

"Tapi gak perlu sampe neror mereka juga kale, dengan suara - suara itu, sampe kejadian yang di toilet sekolah, muncul di rumah Kanaya dengan sosok nyeremin...,,"

"Yah, gue harus gimana?" Anzu mengangkat bahu. "Sebetulnya gue gak ingin menampakkan diri di depan mereka, tapi mereka sendiri yang menggelar permainan Jelangkung, memanggil mahluk halus..,"

"Emangnya lo mahluk halus?" Devandra meletakkan biolanya dan menatap Anzu.

"Entahlah," sesaat Anzu tampak kebingungan menjawab pertanyaan saudaranya. "Tapi gue ngerasa permainan mistis itu...Permainan itu seolah begitu kuat memanggil - manggil jiwa gue, seolah memberi begitu banyak udara untuk bernapas lega, seolah memberi begitu banyak energi untuk gue, dan pasti sangat berpengaruh untuk lo juga kan? Karena gue ngerasain kalo kita tuh kayak satu jiwa dalam  dua tubuh, apapun yang gue rasain dan butuhin...,"

02.00 ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang