Aku baru saja keluar dari kompleks apartemen yang sepi. Para penghuninya pasti sibuk bekerja, apalagi sekarang masih hari Rabu, mereka pasti lagi sibuk-sibuknya di kantor. Sudah hampir jam tiga sore, tapi sinar matahari masih cukup terik menerpa wajahku. Yah, tapi itu tidak begitu masalah karena aku sudah pakai sunblock.
Aku berdiri di pinggiran trotoar dekat pepohonan rindang di taman kompleks apartemen, mengotak-atik ponsel hendak memesan ojek online. Aku baru saja akan menekan tombol 'pesan' ketika suara klakson mobil dari arah timur sedikit mengejutkanku. Aku pun menoleh ke arah jalanan dan mendapati MPV warna hitam mendekat ke sisi trotoar.
Kenapa mobil itu berhenti di depanku? Siapa ... pengemudinya? Aku tidak bisa melihatnya karena kaca mobil yang terlalu gelap. Dilihat dari bayang-bayangnya, sepertinya seorang pria.
Beberapa saat kemudian, kaca mobilnya diturunkan menampilkan sosok pengemudi mobil itu. Dia tersenyum manis dengan sorot mata berbinar. Tangan kanannya terangkat, sedikit melambai padaku. "Hai, Rany," sapanya kemudian.
Mendadak tubuhku diam terpaku ketika mendapati wajah rupawan yang sudah kuincar sejak masa kuliah dulu. "Aditya ..." Aku memaksakan diri untuk balas tersenyum. Hatiku tersayat pilu.
Memoriku masih sangat jelas mengingat bagaimana dulu Aditya juga menyapaku dengan cara yang sama. Bedanya, dulu dia hanya memakai kemeja biasa dan tas ransel ala anak kuliahan. Di kampus, ke mana-mana dia lebih sering jalan kaki ketimbang menaiki motor sport-nya, kami jadi sering berjalan bersama dan punya lebih banyak waktu untuk mengobrol. Aku juga masih ingat, dia mahasiswa yang cukup berandalan, suka ikutan balap motor liar, mungkin karena anak musik jadi kesannya ingin selalu hidup bebas. Dia bahkan sempat jadi mahasiswa abadi selama dua tahun. Ya, tentu saja dia telat lulus, dia tidak rajin-rajin menyelesaikan skripsi karena terlalu tergila-gila pada band-nya yang sudah dirintis sejak awal kuliah. Aku tahu betul, dulu dia juga seorang playboy, tapi itu sama sekali tidak mengurangi secuil pun perasaanku padanya. Dia seniorku, terpaut dua tahun. Pada akhirnya, karena telat lulus kami pun wisuda di tahun yang sama.
Sungguh tidak kusangka, mahasiswa berandalan yang dulu seringkali mencuri perhatianku, kini sudah jadi pengacara sukses. Penampilannya pun sudah tidak ala kadarnya seperti dulu. Dia terlihat rapi, pakai setelan jas dan naik mobil mewah pula. Perubahan itu membuatku terharu, padahal dulu dia sempat mengeluh ingin berhenti kuliah karena sudah tidak tahan lagi bertengger di Fakultas Hukum Tata Negara yang membuatnya sempat stress berat. Dulu sebelum Kismaya datang, aku yang memberinya semangat dan motivasi hingga akhirnya dia sampai ke tahap ujian proposal.
Rasanya aku ingin menangis sekarang. Mengingat masa lalu yang indah sungguh menyakitkan, apalagi saat mengingat pria yang kucintai ini akan menikah minggu depan.
"Kamu sedang apa? Kenapa sendirian di sini?" tanyanya. Lamunanku pun seketika buyar dan aku berusaha menguatkan diri agar tidak menangis hanya demi seorang Aditya yang tidak peka.
"Aku mau beli ayam panggang di restoran kemarin."
"Ya sudah, ayo masuk. Kebetulan aku juga mau kesana."
"Kamu yakin? Ini, kan, sudah lewat jam makan siang? Memangnya kamu tidak kembali ke kantor?" aku bertanya ragu.
"Akan kuceritakan sesuatu kalau kamu mau ikut bersamaku. Ayo."
Aku menghela napas berat. Sebenarnya aku malas pergi dengannya, tapi tidak apalah. Hitung-hitung tumpangan gratis. Aku mengangguk singkat, dan tanpa pikir panjang aku masuk ke mobil itu dan duduk tepat di samping Aditya. Perlahan tapi pasti, Aditya semakin mempercepat laju mobilnya membelah jalanan kota yang tidak begitu padat sore ini.
"Sekarang aku masih melanjutkan S2, Ran." Tanpa kuduga dia mulai membicarakan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin kuketahui darinya.
"Oh ya? Di mana?" Aku berusaha terlihat antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Jadi Cinta (Terbit)
RomanceREADY STOCK @90k Untuk pemesanan bisa WA : 085877790464 Cover : @marudesign Genre : romance-horror Siapa bilang pembantu itu tidak berpendidikan. Tidak semuanya begitu, dan tidak semua pembantu punya kelas rendahan. Aku misalnya. Kini aku...