06. Dia Melihatku

5.6K 213 5
                                    

Perlahan, kedua mataku terbuka, mengerjap beberapa kali berusaha menyadarkan diri dari segala apa yang terjadi, kemudian beringsut duduk.
.
Apa yang terjadi? Mataku sakit, dan posisiku berbaring tadi tidak pada tempat yang seharusnya.
.
Ah, benar. Luka di dalam hatiku kembali terbuka ketika ingatanku kembali. Sepanjang malam aku menangisi nasib burukku. Aku pasti ketiduran setelahnya.
.
Ya, aku tahu, aku cuma pembantu! Cuma pembantu dax sama sekali bukan siapa-siapa Pak Bram. Tapi bukan berarti dia bisa bebas membentakku sampai seperti itu hanya karena aku membuka pintu salah satu kamarnya. Apa dia takut aku mencuri barang-barang mewahnya? Meski aku mengagumi setiap kemewahan di tempat ini, aku tidak berminat untuk mencuri dan menghabiskan sisa umurku di dalam penjara. Aku takut, aku tidak pernah dibentak seperti itu sebelumnya.
.
Aku ingin tahu jam berapa sekarang. Ruang kamarku juga gelap, aku tidak menemukan tombol lampunya. Aku berusaha menajamkan mataku dan mulai menelisik ke sekitar.
.
23.50.
.
Ternyata masih tengah malam.
.
Tanpa sengaja, aku melihat sebuah foto di salah satu dinding. Foto itu ukurannya cukup besar, menampilkan gambar setengah badan seorang wanita dengan latar gelap di belakangnya.
.
Rambutnya tidak terlalu panjang, hanya sedikit melebihi bahunya yang telanjang karena gaun putih yang dikenakannya tanpa lengan, terlihat lusuh. Kulitnya pun pucat seperti tak terawat. Wajahnya ... entah kenapa dalam kegelapan ini, aku merasa wanita dalam foto itu agak mirip denganku.
.
Ck! Apa wajahku ini sangat pasaran? Siapa, sih, wanita itu sebenarnya? Kenapa fotonya ada di sini? Apa dia pembantu sebelumnya? Kenapa wajahku harus mirip dengan pembantu juga? Apa pemilik wajah sepertiku memang sudah ditakdirkan jadi pembantu? Huh, nenyebalkan! Tanpa sadar aku memutar mataku, sebal.
.
Ketika aku kembali menatap foto itu, aku merasa wanita itu seperti sedang menatapku. Cukup lama aku memperhatikan, entah itu hanya perasaanku saja atau apa. Tatapannya sendu, seperti menyimpan kesedihan yang teramat dalam. Meski begitu, senyuman manis yang dia torehkan, sedikit menyegarkan wajah pucatnya.
.
Ah, itu pasti ilusiku saja, apalagi ruangan ini gelap, mataku sudah tidak bisa menahan kantuk. Wanita dalam foto itu tidak mungkin menatapku dan aku hanya salah lihat!
.
Aku berusaha tak memedulikan foto itu dan memutuskan kembali berbaring dan bersiap tidur.

-oOo-

Secercah cahaya yang sangat menyilaukan membuatku tersadar dari mimpi-mimpiku, aku membuka mataku secara perlahan.
.
Sudah pagi.
.
Kamarku panas tersiram teriknya mentari pagi dari jendela besar di sudut ruangan, membuat keadaan jadi terang-benderang, aku sudah bisa mengenali seisi kamarku sekarang. Astaga, kenapa Pak Bram tidak memasang gorden?
.
Tapi tiba-tiba ...
.
Seketika aku terlonjak bangun. Ada suatu hentakan keras yang membangunkan ingatanku.
.
Jendela itu ... aku menoleh ke arahnya. Bulu kudukku meremang. Jantungku rasanya seperti berhenti berdetak, napasku pun seolah lenyap. Keringat dingin bercucuran membasahi seluruh tubuhku.
.
Bukankah ... bukankah foto wanita itu seharusnya ada di sana? Lalu apa yang kulihat semamlam? J-jadi dia ... dia benar-benar melihatku?

Pembantu Jadi Cinta (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang