Gimana sama part yang kemarin? Apakah cukup seram? Hehe, semoga iya karena saya cukup sulit untuk menemukan ide itu.
Saya ini seorang pengacara, alias pengangguran yang sok banyak acara. Dibilang pengangguran bukan, dibilang kerja tapi gak juga. Ya, saya cuma seorang freelancer, dan kebetulan ada bisnis di rumah yang mengharuskan saya bolak-balik keluar rumah, meski begitu, secapek-capeknya saya, saya masih sanggup nulis cerita walaupun ya ... sangat pendek. Belum lagi saya harus menulis ini-itu, entah menulis artikel, buku atau pun editing naskah, bisa dibilang saya dibayar untuk mengurus naskah orang lain. Saya hampir gak pernah mengurus naskah saya sendiri selama hampir setahun terakhir ini. Saya sengaja cari job sampingan demi mengumpulkan pundi-pundi uang jajan saya, buat shoping sebenarnya, karena saya masih ikut orang tua jadi untuk kebutuhan tersier, saya berusaha memenuhi kebutuhan sendiri.
Nah, buat teman-teman yang punya banyak ide tapi gak tahu gimana cara menuangkannya dalam tulisan, entah itu artikel atau pun buku fiksi/non fiksi, apa saja asal bukan esai dan karya ilmiah. Bisa langsung hubungi saya. Hehe, promo dikit, ya :D
***
Wanita itu ... sosok apa yang kulihat semalam? Apa itu roh, hantu atau semacamnya?
.
Tidak, sudah pasti wanita itu bukan manusia. Apartemen Pak Bram ini ada di lantai tiga puluh tiga dan tidak ada pijakan apa pun di dekat jendela kamarku yang menghadap langsung ke taman samping gedung. Jadi roh gentayangan itu ... melayang di udara? Apa dia sengaja mengintip di jendela kamarku, ingin mengajakku mati bersamanya? Ya, kalau aku tahu siapa sosok dia yang sebenarnya, saat itu juga aku pasti sudah mati ketakutan, dan sekarang aku pasti sudah tergeletak menjadi mayat.
.
Refleks aku membungkam mulutku sendiri agar tak berteriak. Aku takut. Sangat takut. Membayangkan wajah pucat wanita itu semalam membuat tubuhku gemetaran. Senyuman manis itu seperti menyimpan sesuatu yang tersirat. Aku sangat-sangat menyesal pernah memandangi wanita itu dalam waktu yang cukup lama.
.
Rupanya firasat itu bukan cuma perasaanku saja. Kenyataannya roh wanita itu benar-benar menatapku. Ingatan tentang kedua mata yang sendu itu membuat napasku memburu. Ya Tuhan, kenapa dia mendatangiku? Mau apa dia?
.
Perasaan takut mendorongku melompat turun dari ranjang. Cepat-cepat kubuka pintu dan berlari keluar. Aku jadi semakin takut ketika mendapati ruang-ruang gelap lainnya. Mendadak aku kesal pada Pak Bram yang tidak menyalakan lampu. Aku trauma sekali, takut salah melihat lagi dan bertemu dengan roh wanita itu lagi di tengah kegelapan.
.
Aku terus berlari, ingin sekali rasanya segera keluar dan menemukan cahaya terang di luar sana. Tapi ...
.
Bruukk!
.
Ya ampun! Apa itu yang kutabrak? Hantu yang mana lagi? Jangan-jangan roh wanita itu!
.
Aku merasakan dua buah tangan hendak merangkul tubuhku, tapi terlepas karena aku terlanjur jatuh terduduk di lantai.
.
"Kamu tidak apa-apa?"
.
Suara itu ... mendadak perasaan lega menyelimuti jiwa ragaku. Aku tahu pasti suara berat itu milik Pak Bram.
.
Aku belum sempat bergerak untuk kembali berdiri ketika Pak Bram mengulurkan tangan padaku.
.
Tentu saja aku langsung melongo, membuat kedua mataku fokus pada tangan pria itu. Apa aku tidak salah lihat? Benarkah Pak Bram mengulurkan tangannya? Untukku? Untuk membantuku? Dalam hati aku tertawa, aku mulai tahu trik melumpuhkan pria dingin itu. Rupanya Pak Bram akan berbaik hati kalau aku tersiksa.
.
Kakiku terasa sakit dan sepertinya aku memang butuh bantuan untuk berdiri. Meski begitu, aku tak punya niat untuk menerima uluran tangan Pak Bram. Sadar akan posisi. Aku hanya bisa tertunduk.
.
"Maaf, Pak, saya tidak berani."
.
Ya, aku akan berusaha bangun setelah Pak Bram pergi. Tapi, apa yang terjadi sungguh di luar ekspektasiku. Bukannya pergi, Pak Bram justru melangkah mendekat dan meraih tanganku secara paksa, membantuku untuk berdiri. Gerakannya memang sedikit kasar, tapi itu tidak menyakitiku.
.
"Apa yang terjadi?" Pak Bram terlihat santai. Sambil bersedekap dia menatapku dengan sorot mata serius penuh selidik.
.
"I-itu, Pak, semalam ada ... ada—"
.
"Ada apa?" Pak Bram langsung menyahut tak sabaran.
.
"Ada roh w-wanita di kamar saya, Pak," aku menjawabnya dengan sedikit gemetar.
.
"Jadi kamu bisa melihatnya?"
.
"Maksud Bapak apa bertanya seperti itu?" Aku benar-benar tidak mengerti. Entah dia terkejut atau bagaimana, yang jelas ada sorot berbinar di dalam matanya setelah tahu aku bisa melihat roh wanita itu.
.
"Bukan apa-apa." Dia memberi jeda sejenak. "Kamu baik-baik saja? Apa ada yang terluka? Masih bisa bekerja? Kalau tidak kamu boleh istirahat dulu sementara waktu," katanya dengan nada enteng.
.
Pak Bram mengalihkan pertanyaanku, entah kenapa. Aku sungguh dibuat penasaran, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya.
.
"Saya baik-baik saja, Pak."
.
"Kamu yakin?"
.
Aku mengangguk singkat. "Bapak tidak perlu khawatir. Sekalipun saya sakit, saya akan berusaha tetap bekerja. Karena saya memang dibayar untuk bekerja."
.
"Tapi saya tidak sejahat itu. Saya paling tidak suka melihat wanita sakit di depan saya. Selama kamu bekerja di sini, kamu adalah tanggung jawab saya. Bilang saja kalau kamu sedang tidak enak badan. Saya juga bersedia mengantar ke rumah sakit kalau sakitmu parah."
.
Oh, Pak Bram! Perhatian sekali dia. Ternyata dia tidak seburuk yang kukira. Astaga, semoga saja pipiku tidak memerah di depannya.
.
"I-iya, Pak." Aku hanya tertunduk berusaha menyembunyikan senyumku darinya.
.
"Ya sudah kalau begitu."
.
"Oh ya, Pak. Apa saya boleh meminta tambahan fasilitas?" Sebenarnya aku ragu, tapi aku memilih tetap mengatakannya.
.
"Apa?"
.
"Saya butuh tambahan gorden untuk menutup jendela kamar saya, Pak. Saya takut."
.
"Oh, masalah itu. Baiklah tidak masalah."
.
"Terima kasih, Pak."
.
"Hm," dia hanya bergumam pelan dan pergi.
.
Aku berjingkat senang. Wow, amazing! Akhirnya aku dapat perhatian juga darinya. Nah, kalau terus seperti ini, kan, aku jadi semangat kerjanya.
.
Aw!
.
Oh, astaga! Aku lupa kalau kakiku sakit. Tapi tidak apa-apa, sedikit perhatian dari Pak Bram sudah cukup mampu membuatku tidak begitu merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Jadi Cinta (Terbit)
RomansaREADY STOCK @90k Untuk pemesanan bisa WA : 085877790464 Cover : @marudesign Genre : romance-horror Siapa bilang pembantu itu tidak berpendidikan. Tidak semuanya begitu, dan tidak semua pembantu punya kelas rendahan. Aku misalnya. Kini aku...