02. Bukan Si Tua Renta

7.7K 250 0
                                    

Sebelumnya saya minta maaf karena tulisan2 saya banyak typo bertebaran di mana2. Entah kenapa mengetik di hp itu rasanya berbeda dengan mengetik di PC/laptop, jangankan postingan, nulis chat sehari2 saja saya sering salah, hahaha ... mohon dimaklumi ya.

Saya juga minta maaf jika ada beberapa kata kasar di part sebelumnya, judulnya saja sindiran tingkat dewa hihi

Tak lupa saya ucapkan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah menyempatkan waktu membaca cerita saya. Terima kasih jugd untuk jejaknya :)

Dilihat dari judul dan part satu kemarin memang sudah mainstream dan bisa dengan mudah ditebak ke mana jalan ceritanya. Akan saya usahakan memberikan sedikit plot twist nanti.

***

Tugiyo, 65 tahun. Tua renta yang mengaku tinggal sendirian di apartemen mewahnya. Di dalam berkas juga disebutkan kalau dia membutuhkan sosok pembantu yang pintar masak dan membersihkan rumah.
.
Tapi ...
.
Orang yang ada di depanku saat ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia seorang pria tua renta seperti yang tercantum dalam dokumen yang kudapat dari biro.
.
Aha, dia ... masih muda dan tampan pula, mungkin usianya sekitar 30-an.  Kulitnya tidak begitu gelap, bahkan cenderung putih untuk seorang pria dan dia juga tinggi, sekitar 175 senti.
.
Oh, Tuhan! Dia akan jadi idolaku yang berikutnya! Kedua mataku nyaris tidak bisa berpaling dari wajahnya yang rupawan seperti Arjuna di kehidupan nyata, dan aku membayangkan senyumnya semanis Durian.
.
Tunggu! Apa jangan-jangan aku salah tempat?
.
Astaga, aku terlalu asyik melamun! Dia berhasil menghipnotisku, membuat pikiranku melambung jauh ke atas Khayangan, membayangkan yaxg tidak-tidak.
.
Ah, tapi itu tidak mungkin. Nama apartemen ini terpampang nyata di depan sana dan aku melihat jelas nomornya di samping pintu.
.
"Hai, Tamp-' Ups! Hampir saja kata-kata itu meluncur bebas dari bibirku.
.
Oh, wow! Bagus sekali! Tatapan dingin nan menusuk itu menjadi hadiah terindah bagiku karena terus berdiam diri dari tadi, tak segera menyampaikan maksud dan tujuanku.
.
"Pak Tugiyo ..." dengan ragu-ragu aku memanggilnya.
.
Tak ada senyum. Tak ada ada respons apa pun. Entah dia menunggu kata-kataku selanjutnya atau memang sengaja mendiamkanku. Lama-kelamaan ekspresi horornya membuaku takut. Ada apa dengannya? Apa penampilanku tidak begitu menarik di matanya? Apa aku harus memakai pakaian seksi untuk mexggodanya? Oh, menjijikkan!
.
"Oh, kamu," setelah beberapa lama menatapku penuh selidik, dia berucap datar, seolah dia sudah paham maksud dari panggilanku tadi.
.
Aku mulai benci dengan tatapannya yang merendahkan. Mood-ku seketika lenyap sudah.
.
"Bukan Tugiyo, namaku ..."

***

Mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama dan tempat di dalam cerita ini

Pembantu Jadi Cinta (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang