10th Chapter

4.5K 569 20
                                    

Rosé merebahkan tubuhnya ke ranjang, saat ini ia sedang menunggu jawaban dari Sajangnim tentang permintaanya pulang ke Australia untuk beberapa hari saja.

Sebenarnya ia tak ingin pulang. Entah hari ini, besok ataupun selamanya.

Ia tak ingin pulang.

Karena di rumahpun ia selalu sendirian. Jadi untuk apa ia pulang?

Tapi tetap saja. Sebenci apapun Rosé pada Ibunya, ia tetap menghormatinya. Apapun yang Ibunya minta, akan selalu ia turuti. Dan apapun yang terjadi, ia akan tetap mencintai Ibunya, sampai kapanpun.

Drrt! Drrt!

Rosé tersentak, ia bangkit dari rebahannya lalu meraih ponselnya yang bergetar di laci kecil di samping ranjangnya.

' Manager Is Calling '

Rosé menggeser ikon berwarna hijau lalu menempelkan ponsel itu di telinganya.

“Halo. Oppa, bagaimana? Aku sangat berharap kau memberiku kabar baik.”

Ah tentu saja aku akan memberimu kabar baik Rosé. Sajangnim memberimu izin tapi sesuai yang kau minta, tak lebih dari tiga hari karena sebentar lagi kau dan teman-temanmu harus rekaman dan juga syuting. Aku sekarang ada di bandara, tiketnya juga sudah aku pesankan, jadi kau tinggal berangkat”

“Baiklah, terima kasih, Oppa. Aku akan berangkat sekarang. Aku segera kesana, aku akan siap-siap dulu”

Beritahu Jennie dan yang lain. Nanti mereka khawatir jika kau tiba-tiba menghilang”

Rosé menghela nafas.
“Tak usah, Oppa. Lagipula aku pulang tak akan lama, hanya tiga hari”

Kau yakin tak akan izin dulu pada mereka?

“Hn”

Baik. Terserah kau saja. Cepatlah kemari, nanti kau ketinggalan pesawat”

“Baik.”

Pip!

Setelah sambungan telpon terputus Rosé segera memesan Taksi online lalu melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Ia turun dari ranjang, lalu berjalan ke arah lemari dan meraih mantel hitam dan syal dark blue yang tergantung disana.

Dengan tergesa-gesa Rosé memasukkan ponselnya kedalam tas, tak lupa ia juga memasukkan Album WINNER yang sudah ditanda tangani oleh para member WINNER sendiri, yang Kakaknya pesan. Inilah untungnya satu agensi dengan grup besar seperti mereka. Ia tak perlu ikut fanmeeting dan berdempetan dengan fans lain hanya untuk meminta tanda tangan. Setelah memastikan bahwa tak ada satupun barang penting yang tertinggal, ia keluar dari kamar.

Kriet~

Rosé menyembulkan kepalanya, mengintip keadaan kamar Jisoo. Terlihat gadis itu tengah tertidur pulas dengan posisi menyamping. Rosé menutup pintu kamar Jisoo lalu melangkahkan kakinya menuju kamar Jennie.

Ia membuka pintu kamar Jennie dengan perlahan, tak lama kemudian ia mendapati gadis itu juga masih terlelap dengan posisi yang lucu sehingga mau tak mau, Rosé terkekeh kecil. Ia menutup pintu kamar Jennie, lalu berjalan menuju kamar Lisa dan segera meraih kenop pintu kamarnya. Namun setelah ia teringat jika gadis berponi itu tak ada di dorm, tangan kirinya yang semula menggenggam kenop pintu langsung terlepas.
Tiba-tiba ia teringat dengan perkataan, Lisa tempo hari. Sikap gadis itu yang kini aneh, tak lagi menyapanya, dan selalu menghindarinya.

Kau anggap kami apa?’

Rosé menghela nafas panjang.

“Aku minta maaf”

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang