33th Chapter

1.5K 271 72
                                    

Lisa menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang lalu menghela nafas gusar. Ia bertanya-tanya, kenapa Rosé sekhawatir itu pada Jennie. Dan apakah ia memang sangat menyebalkan sehingga Rosé tak ingin berteman dengannya?

“Kau sedang memikirkan apa sih? Serius sekali..”

Lisa tersentak, lalu menoleh ke arah pintu. “Ketuk pintu dulu, Eonni. Seenaknya saja masuk.”

Jisoo memutar matanya jengah.
“Apa kau butuh cermin, Nona? Kau juga suka sekali menyerobot masuk ke kamar orang lain.”

“Terserah.” Balas Lisa

Jisoo melangkah masuk, lalu duduk di tepi ranjang Lisa.
“Kau sedang kesal pada Jennie?”

Lisa cemberut. “Begitu deh. Aku tahu Jennie-eonni tak salah apa-apa. Mungkin Rosé hanya ingin berteman dengan Jennie-eonni saja. Mungkin karena aku menyebalkan jadi Rosé tak mau berteman denganku. Tapi tetap saja aku tak suka melihat Jennie-eonni sedekat itu dengan Rosé, sedangkan aku tidak.”

Jisoo mengangguk paham.
“Aku juga awalnya berpikir begitu.”

“Maksudnya?” Tanya Lisa bingung.

Jisoo ikut berbaring di samping Lisa, lalu menyunggingkan senyum kecut seraya menatap langit-langit kamar.
“Alasan kenapa tiga hari lalu aku tak pulang ke dorm, kenapa tiga hari lalu aku mengabaikan Jennie. Menghindarinya, bahkan aku tak pernah membaca pesan yang Jennie kirim itu karena aku iri melihat kedekatan dia dengan Rosé.”

Lisa terdiam. Jadi itu alasannya Jisoo tak pulang?

“Aku juga sangat iri, Lisa. Aku ingin sekali memiliki hubungan yang baik dengan Rosé. Aku ingin menjadi sangat akrab dengannya, seperti Jennie yang kini sudah begitu dekat dengan Rosé entah sejak kapan.” Sambung Jisoo

“Jadi kenapa kau berubah pikiran, Eonni?” Tanya Lisa

Jisoo memejamkan matanya.
“Aku tak bisa menyalahkan Jennie, ataupun Rosé. Karena aku yang salah. Aku tak bisa membuat Rosé merasa nyaman bersamaku.” Gumamnya

“Tapi kita juga sudah berusaha, Eonni. Kita ini tinggal satu atap tak hanya sebentar. Sejak kita masih trainee, kita sudah tinggal bersama-sama. Kenapa Rosé masih ragu pada kita?” Ujar Lisa

“Aku tahu.” Balas Jisoo sambil bangkit dari rebahannya lalu menunduk menatap Lisa.
“Tapi Lisa. Aku ingin kau berjanji satu hal padaku.”

Lisa menaikkan sebelah alisnya.
“Mwoya? Apa yang harus aku janjikan?”

Jisoo menyunggingkan senyum masam. “Jika Rosé belum mempercayai kita, jika dia masih ragu untuk berteman dengan kita berdua, dan Jika Rosé memang hanya ingin berteman dengan Jennie saja, kau tak boleh membenci mereka ataupun salah satu dari mereka”

Lisa mengerutkan dahinya bingung. Dengan perlahan ia bangkit, lalu duduk tegak di hadapan Eonni tertuanya itu.
Mwo? Maksudmu, Eonni

“Aku, kau dan Jennie.. Kita bertiga tumbuh dan melewati masa-masa sulit saat kita trainee bersama-sama. Hubungan kita bertiga ini tak hanya sebatas rekan kerja. Tapi kita ini teman, sahabat, dan juga saudara. Dan aku tak ingin hubungan kita yang sudah lama terjalin sejak lama ini harus hancur begitu saja hanya karena hal sepele seperti ini. Aku tak ingin itu terjadi.” Jawab Jisoo panjang lebar.

Lisa terdiam. Ia paham dengan apa yang di bicarakan Jisoo, ia juga tak ingin hubungannya dengan Jennie memburuk hanya karena rasa iri yang ia rasakan. Tapi entah kenapa ia tak bisa menghilangkan rasa iri itu di dalam hatinya.

“Aku—”

“—Berjanjilah padaku Lisa, Kumohon. Jika semua hal yang aku takuti itu terjadi, tak hanya karir kita yang hancur. Tapi hubungan kita bertiga.”

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang