13th Chapter

4.4K 550 35
                                    

Rosé mengikat rambutnya asal sambil berjalan gontai menuju dapur, berniat membuat sarapan untuk memberi makan cacing-cacing yang sedang berdemo ria di dalam perutnya. Setelah sampai di dapur, ia mengernyit melihat Lisa yang nampaknya sedang terisak di meja makan. Dengan perlahan ia duduk di kursi yang kosong lalu menatap gadis berponi itu dengan alis menyatu.

“Hiks. Mae, aku rindu—”

“—Lisa?”

Lisa mengangkat wajahnya lalu tersentak kaget saat tiba-tiba Rosé sudah berada di sampingnya. Dengan cepat ia menyeka air mata dan ingusnya.

“Ya? Ada apa?”

Rosé menyilangkan kedua tangannya sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Bukannya aku yang harusnya bertanya. Ada apa? Kau kenapa?”

Lisa menundukkan kepalanya dalam-dalam, lalu terisak samar.
“Hiks. Aku merindukan Orang tuaku, Rosé”

Hati Rosé sedikit tercubit mendengar kata ‘Orang tua’ dari bibir Lisa. Ia tersenyum kecut, lalu menyeret kursinya untuk mendekat kearah Lisa.

Sajangnim tak memberimu izin untuk pulang?” Tanya Rosé

Lisa menganggukkan kepalanya.
Sajangnim bilang tidak boleh, karena sebentar lagi kita akan comeback.

“Kenapa tak kau menelpon Orang tuamu? Kau kan punya ponsel”

“Kemarin ponselku tercebur ke air dan mati.”

Rosé menghela nafas, lalu merangkul bahu Lisa. Menempatkan kepalanya yang berambut coklat itu di bahunya.

“Tak apa. Menangislah. Menangislah sepuasmu.” Ucap Rosé sambil terkekeh pelan saat menyadari bajunya telah basah dan lengket oleh air mata dan ingus Lisa.

‘Kau tahu Lisa? Aku sangat iri padamu. Pada Jennie, Jisoo.. Pada kalian semua’ Batin Rosé.

•••

Untuk yang kesekian kalinya Sang pelatih dance BLACKPINK itu menghembuskan nafas kasar, sambil menatap sengit pada Lisa yang sedang menundukkan kepalanya.

“Lisa. Ada apa denganmu? Aku akan memaklumi jika kesalahanmu hanya dua atau tiga kali. Tapi ini?! Apa kau tahu berapa kali kita mengulangi gerakan yang sama karena kau terus melakukan kesalahan? Biasanya kau yang paling aku andalkan! Jika kau punya masalah, profesional sedikit Lisa. Kau tak boleh memikirkan masalahmu saat kau sedang bekerja. Beginikan jadinya!”

Lisa menggigit bibirnya, menahan isakannya yang hampir keluar. Sementara Jennie dan Jisoo ikut menundukkan kepala, memejamkan mata sambil menggenggam tangan satu sama lain, tak berani menatap pelatih mereka yang sedang murka itu berbeda dengan Rosé yang sedang duduk dengan tenang, seraya menatap wanita yang tengah menceramahi Lisa itu dengan ekspresi datar.

“Rosé. Kau sudah hafal seluruh koreografinya kan?” Tanya Sang pelatih.

Rosé menenggak habis minumannya, lalu mengangguk.
“Iya, Ssaem

“Baiklah. Tolong ajari anak ini sampai dia bisa. Jisoo, Jennie, kalian berdua boleh pulang” Ucap Sang pelatih sambil mengemas barangnya lalu pergi dan menutup pintu practice room dengan kasar.

Blam!

Setelah wanita itu pergi, Jisoo dan Jennie langsung menghambur kearah Lisa yang kini tengah terduduk di lantai sambil terisak.

Jennie mengusap punggung Lisa dengan lembut.
“Sstt.. Lisa, uljima~”

“Lisa jangan menangis..” Pinta Jisoo

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang