45th Chapter - Part. 02 [END.]

2.9K 269 53
                                    

“Bensin?”

Rosé menggumam sambil menoleh ke belakang, menatap Sua yang tengah menyeringai padanya.

“Hiks... Rosie... Aku takut..”

Rosé menghela nafas, lalu mengusap lembut punggung Jennie yang bergetar tak karuan.

Eonni.. Pergilah dari sini..” Bisiknya

Jennie mematung sesaat lalu mengeratkan pelukannya.
Andwe...” Ia balas berbisik.

“Kumohon, pergilah..”

Andwe.. Aku akan pergi jika bersamamu.”

Rosé kembali menghela nafas.
“Kau mau keluar dari sini kan?”

“Aku sudah bilang kalau aku akan pergi jika bersamamu, Rosie..” Tukas Jennie

“Apa kau mau membantuku?” Tanya Rosé

Jennie mengendurkan pelukannya lalu mendongak. “Apa?”

“Pergilah dari sini dan carilah bantuan.”

Jennie terdiam. Ia bingung, ia tak mau meninggalkan Rosé sendirian tapi ia juga sadar diri bahwa ia tak bisa berbuat apa-apa.

“Aku akan baik-baik saja. Pergilah.” Titah Rosé

“Tapi Rosie—”

“—Kumohon...” Rosé menyela dengan lirih.

Dengan tak rela Jennie menganggukkan kepala seraya mencuri pandang ke arah pintu, lalu menoleh ke arah Sua yang menatapnya dingin. Dengan perlahan ia melepaskan pelukannya pada pinggang Rosé dan langsung berlari menuju pintu yang terbuka lebar, membuat Sua memekik dan segera berancang-ancang untuk mengejarnya.

“HEI!—”

—Srak! Bugh!

Rosé menarik kerah kemeja Sua lalu melayangkan pukulannya pada pelipis gadis itu sekeras mungkin.

“Sialan! Harusnya ku gorok lehermu itu dari tadi!!” Sua menggeram seraya meraih tongkat bisbol yang ada di meja lalu membantingkannya pada Rosé.

Rosé dengan cepat menghindar dengan mundur selangkah sebelum tongkat itu menghantam kepalanya. Dia bisa mati kalau kepalanya kembali dipukul dengan benda itu.

Sua menyeringai. “Kau menyuruh Jennie pergi untuk meminta bantuan? Setakut itukah kau padaku?”

Kedua tangan Rosé mengepal saat rasa sakit di kepala dan juga di pergelangan kaki kanannya kembali menyengat.

“Hentikan semua ini.” Titahnya

Seringai dibibir Sua semakin lebar.
“Jika kau memang takut, pergilah.. Aku tak akan membunuhmu. Karena dari awal aku hanya ingin membunuh gadis sialan tadi.”

“Sua.. Pikirkan tentang masa depanmu. Apa kau mau menghabiskan sisa hidupmu di penjara?” Tanya Rosé

“Jika Jennie mati, aku rela membusuk disana.” Balas Sua

Rosé menatap bocah di hadapannya itu dengan datar.
“Kau akan menyesalinya suatu hari nanti.”

Sua terkekeh keji.
“Aku akan lebih menyesal jika aku tak membunuh gadis sialan itu. Sekarang, kau mau minggir atau kau memang ingin aku bunuh?”

Rosé terdiam seraya menatap Sua dengan ekspresi kosong. Tak lama kemudian ia terkekeh, dengan santai ia membungkuk dan meraih pisau dapur yang tadi ia jatuhkan ke lantai.

“Bagaimana kalau aku yang membunuhmu terlebih dulu?”

•••

Jennie berlari sekencang-kencangnya menyusuri lorong yang mengarah ke ruang utama tanpa menghentikan tangisannya.

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang