41th Chapter

1.4K 222 27
                                    

Hyeyeon membuka matanya dengan perlahan, lalu meringis kecil saat merasakan pegal dan nyeri di sekujur tubuhnya. Ia menghela nafas saat ia ingat apa yang sedang terjadi padanya sekarang.

Sua. Gadis sialan itu mendobrak pintu apartemen-nya, mendorongnya, menyayat kedua lengannya lalu memukul kepalanya dengan sebalok kayu.

Dan berakhirlah ia disini. Di suatu tempat kotor, dengan kepala berdenyut-denyut, penuh luka dan terikat dikursi.

Sendirian—

“—Anyeong! Sudah puas tidurnya?”

“Oh. Aku tak sendirian ternyata” Hyeyeon bergumam pelan saat suara gadis sialan itu melengking di telinganya.

“Kau tidur selama dua hari, lama sekali. Padahalkan aku hanya memukul kepalamu, ternyata kau sangat payah.” Sua kembali berujar seraya tersenyum remeh, membuat Hyeyeon menggeram kesal. Dengan susah payah ia berusaha menegakkan tubuhnya namun terhenti karena luka sayatan di lengannya terasa ngilu saat bergesekan dengan tali yang mengikat erat tubuhnya.

“Jangan bergerak. Nanti sayatannya berdarah lagi.”

Hyeyeon mendongak, menatap sengit gadis di hadapannya.

“Kau gila!!”

Sua cemberut. “Aku tidak gila!”

Hyeyeon mengernyit jijik mendengar nada polos Sua saat gadis itu berbicara.
“Kau sakit! Sakit jiwa! Kau perlu Dokter! Kau gila—”

—Duk!

Ucapan Hyeyeon terhenti saat Sua membanting kepalanya dengan papan kayu.

“Aku tidak gila.” Tukas Sua dengan nada dingin.

Hyeyeon mengerjap seraya menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menghilangkan pening luar biasa di kepalanya.
“Sial, kalau begini aku bisa mati” Gerutunya dalam hati.

“Masih mau bilang aku gila?” Tanya Sua. “Ayo, katakan saja. Akan kupukul kepalamu itu dengan tongkat bisbol sampai pecah.” Sambungnya.

Hyeyeon kembali meringis. Setelah pening di kepalanya berkurang, ia mendongak menatap Sua.
“Kenapa kau melakukan ini? Apa salah Chaeng padamu?”

Sua mengangkat bahu, seraya menjatuhkan papan kayu yang ia pegang ke lantai lalu duduk di kursi kosong yang berada di dihadapan Hyeyeon.

“Padahal ini rahasia, tapi tidak papa. Aku akan mengatakannya padamu, lagipula sebentar lagi Miyeon akan mengirimmu ke akhirat bersama sahabat kesayanganmu itu.” Jawabnya.

Kedua tangan Hyeyeon mengepal erat. Ingin sekali ia mencabik-cabik wajah Sua sampai tak berbentuk lagi.

“Sebenarnya aku tak ada masalah apapun dengan Rosé.” Sua kembali bersuara.

Alis Hyeyeon menukik.
“Lalu apa maksudmu melakukan semua ini? Apa yang kau inginkan? Kenapa kau dan Miyeon tega berbuat jahat pada Chaeng?”

Sua terkekeh pelan.
“Ya, aku memang tak ada masalah apapun dengan Rosé. Tapi aku tetap tak menyukainya, aku benci padanya. Dan kebetulan Miyeon punya masalah dengannya. Miyeon sedang dalam kesulitan dan dia meminta bantuanku, jadi aku membantunya.. Itu saja, aku hanya berniat membantu Miyeon. Bukankah membantu itu adalah suatu kewajiban?”

“Membantu? Membantu apanya?!” Ulang Hyeyeon dengan nada sarkas.
“Aku tahu itu bukan niatmu yang sebenarnya.”

Sua terkekeh. “Kalau iya, memangnya kenapa? Lagipula kau juga tak akan bisa berbuat apa-apa meski aku mengatakan yang sebenarnya.”

Hyeyeon mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Kalau saja ia tak diikat seperti ini, sudah dari tadi ia menghajar Sua habis-habisan.

“Kau sialan,”

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang