11th Chapter

4.2K 558 21
                                    

Jennie dan Jisoo kini tengah berada di luar pintu kamar Lisa yang masih dikunci oleh pemiliknya sejak kemarin.

Entah kenapa Lisa mengurung diri dan sama sekali tak mau keluar dari kamar, membuat Jennie dan Jisoo khawatir apalagi mereka sayup-sayup mendengar suara isakan gadis itu dari dalam.

“Ish. Dia kenapa sih?!” Tanya Jisoo. “Lama-lama ku dobrak juga pintu kamarnya ini”

Jennie menggeleng pelan. Ia menghela nafas lalu mengetuk pintu kamar Lisa untuk yang kesekian kalinya.

“Lisa, kalau kau ada masalah ceritakan pada kami. Jangan dipendam sendiri, ayo keluar. Jika kau tak ingin menceritakannya, tidak papa. Tapi kau harus makan Lisa. Keluarlah.” Bujuk Jennie

Jisoo mencebik kesal sambil mendekati pintu kamar Lisa, ia mengulurkan tangannya untuk menggedor pintu kamar Lisa sekuat mungkin berharap Maknae usil itu keluar.

Duk! Duk! Duk!

“Lisa! Oi! Pabo-ya! Keluar! Lisa! Kalau kau tak keluar juga akan aku dobrak pintunya!!”

Duk! Duk! Duk!

“Lisa!!!” Jisoo kembali berteriak, membuat Jennie meringis.

Eonni jangan digedor, nanti pintunya rusak”

Jisoo menggeram. “Aku tak peduli dengan pintunya! Aku hanya ingin gadis itu keluar! Lisa!!! Keluar!!!”

•••

Setelah pesta yang diadakan oleh Ibunya selesai, Rosé langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, sambil memijat pelipisnya yang berdenyut.

Sangat melelahkan. Dan di lain waktu sebisa mungkin Rosé akan menolak menghadiri acara membosankan itu meski Ibunya yang memintanya datang.

Rosé menatap lampu yang tergantung di langit-langit kamarnya. Pikirannya kembali teralihkan pada Jennie, Jisoo dan juga Lisa. Rosé berdecak sambil meraba ponselnya yang ada di dalam tas, lalu menghidupkannya. Keningnya mengerut menatap notifikasi. Ratusan panggilan tak terjawab dari Jennie dan Lisa, dan puluhan chat yang belum terbaca dari Jisoo.

Drrt! Drrt!

Rosé sedikit terkesiap saat ponsel yang ia pegang tiba-tiba bergetar. Baru saja ia berniat menghubungi Jennie, Jisoo dan Lisa, salah satu dari mereka sudah menghubunginya terlebih dahulu.

Rosé menggeser ikon hijau.
“Halo—”

ROSÉ!! MAAF!!”

Sapaan Rosé terputus saat di sebrang sana, Lisa tiba-tiba berteriak dengan sangat kencang membuat Rosé reflek menjauhkan ponselnya dari telinganya sambil meringis pelan karena gendang telinganya berdengung.

“Hiks! Rosé! Aku minta maaf! Aku sungguh menyesal”

Rosé mengernyit bingung. Minta maaf untuk apa?

“Aku sangat menyesal! Aku sangat menyesal mengatakan itu semua! Aku tahu kau marah! Tapi jangan seperti ini, kembalilah”

Dahi Rosé mengerut, apa yang gadis ini bicarakan?

“Rosé, aku tak bermaksud menyakitimu dengan perkataanku. Aku minta maaf, pulanglah Rosé..”

Perkataan? Oh, Rosé paham sekarang. Ia tahu kemana arah pembicaraan Lisa. Sudut bibir Rosé membentuk seringai nakal. Menjahili gadis ini pasti seru. Hohoho.

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang