Lisa yang baru sampai di meja makan mengerutkan dahinya sambil celingukan. Ia duduk di kursi sebelah Jisoo lalu meraih sepotong sandwich yang sudah tersedia diatas piring.
“Eonni, Rosé kemana? Apa dia masih tidur?” Ia bertanya seraya menyuapkan sandwich itu ke dalam mulutnya.
“Sebenarnya, pagi-pagi sekali Rosé sudah pergi.” Jawab Jisoo
Jennie menghentikan kegiatan mengunyah-nya lalu menoleh kearah Jisoo. “Demamnya kan baru sembuh, Eonni. Kenapa kau izinkan dia pergi?”
Lisa mengangguk setuju.
“Iya, kenapa Eonni mengizinkan dia pergi? Kalau Rosé sakit lagi bagaimana?”Jisoo menghela nafas.
“Awalnya aku juga tak mengizinkan dia pergi. Aku sudah berusaha melarangnya tapi Rosé bilang dia punya urusan yang sangat penting. Jadi mau tak mau aku harus mengizinkannya pergi. Lagipula Rosé bilang dia hanya pergi sebentar, tapi dia tak memberitahuku dia akan pergi kemana.”“Kenapa perasaanku tak enak?” Jennie bergumam pelan.
Lisa mengernyit. “Hah? Kau mengatakan sesuatu, Eonni? Aku tak dengar.”
Jennie tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.
“Bukan apa-apa. Lanjutkan saja sarapanmu”•••
“Kau yakin, Rosé?”
Rosé menelan ludahnya dengan susah payah, kedua tangannya berkeringat dingin dan suhu tubuhnya terasa sangat panas. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu balas menatap Sang atasan yang tengah duduk di hadapannya.
“Entahlah Sajangnim. Saya pikir ini satu-satunya cara agar gadis itu tak mengganggu saya, ataupun orang-orang yang dekat dengan saya. Mungkin saya memang harus berhenti dari pekerjaan ini”
Yang-sajangnim menatap salah satu anak didiknya itu dengan kecewa. Apa jadinya BLACKPINK tanpa dia? Pria paruh baya itu menghela nafas. “Tapi aku sungguh menyayangkan keputusanmu ini Rosé. Keputusanmu terlalu terburu-buru, kau gadis yang sangat berbakat. Jadi benar, kau ingin berhenti karena gadis itu masih mengganggumu meski dia sudah debut? Kau tak perlu takut, aku akan membantumu menghadapinya.”
Rosé menggelengkan kepalanya.
“Begini Sajangnim, saya bukannya takut menghadapi gadis itu sendirian. Tapi saya takut jika gadis itu semakin nekad dengan menyakiti teman-teman saya, karena sekarang dia sudah berani mengacaukan keluarga saya.”“Apa maksudmu mengacaukan keluargamu?” Tanya Yang-sajangnim bingung. Separah itukah?
Rosé menyunggingkan senyum tipis. “Saya tidak bisa memberitahu anda, Sajangnim. Ini masalah pribadi saya.”
Yang-sajangnim mengangguk maklum. “Baiklah, tapi keluargamu tak ada yang terluka kan?”
Rosé kembali menggelengkan kepala. “Tidak, Sajangnim. Keluarga saya baik-baik saja.”
“Aku sungguh merasa bersalah atas semua kejadian yang menimpamu akhir-akhir ini Rosé. Aku minta maaf.”
“Tidak apa-apa, Sajangnim. Anda tak perlu meminta maaf ataupun merasa bersalah, karena ini sebenarnya masalah pribadi antara saya dan gadis itu.”
“Jadi? Kau akan tetap berhenti? Rosé, dengarkan aku. Aku sama sekali tak ingin kau berhenti karena terpaksa apalagi karena gadis itu. Dia akan berpikir kau lemah jika kau mundur, dan aku tak yakin dia akan berhenti mengganggumu meski kau menuruti apa yang gadis itu inginkan. Kumohon pikirkan semuanya baik-baik.”
Rosé terdiam untuk sesaat. Dipikir-pikir benar juga, lagipun ucapan Miyeon tak bisa dipercaya. Bisa saja ia malah memperburuk keadaan dengan pergi begitu saja. Ia mendongak, lalu mengangguk samar.
“Baiklah Sajangnim. Saya akan memikirkannya kembali, setelah itu saya akan kemari lagi untuk memberi anda keputusan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Rosé
Fanfiction❝ A misunderstanding that ruined everything. ❞ ••• Re-publish. Semi-canon. Status : COMPLETED. Start : 29.10.2018 End : 12.11.2020 ©Dark_Cloud_02.