34th Chapter

1.4K 255 7
                                    

“Sudah merasa baikan?”

Hyeyeon mengangguk.
“Terima kasih. Maaf ya, aku merepotkanmu.”

Rosé memutar matanya.
“Dari dulu kau itu memang selalu merepotkan.” Celetuknya seraya mengeringkan rambutnya yang basah dengan hairdryer milik Jennie.

Jennie terkikik geli, sementara Hyeyeon mendelik tak terima.

“Aku begini gara-gara kau, Chaeng. Kan aku sudah bilang jangan ngebut! Aku kan jadi masuk angin.”

“Kau saja yang lebay.” Cibir Rosé

“Sudah, sudah. Hentikan” Lerai Jennie “Lain kali jangan seperti itu, Rosie. Kasihan kan Hyeyeon muntah terus” Sambungnya

Rosé menghela nafas.
“Iya, iya. Maaf”

Jennie tersenyum, seraya mengusak rambut Rosé dengan gemas. “Tunggu sebentar ya Rosie. Aku akan kembali nanti.” Ujarnya seraya berdiri lalu meninggalkan Rosé dan Hyeyeon berdua di kamarnya.

Setelah Jennie tak terlihat dari pandangannya, Hyeyeon langsung menoleh ke arah Rosé.

“Chaeng..” Panggilnya

“Hn.” Rosé menyahut dengan gumaman.

“Katakan semuanya pada Jennie. Setidaknya, jika Jennie menjauhi Miyeon, hal seperti tadi tak 'kan lagi terjadi.” Titah Hyeyeon

Rosé terdiam. “Tidak bisa.”

Hyeyeon mendecakkan lidahnya. “Tapi kenapa Chaeng? Apa kau ingin aku yang mengatakannya?”

“Sudahlah, tak usah bahas hal ini lagi. Aku malas.” Ujar Rosé jengkel.

“Tapi setidaknya lakukan sesuatu.” Balas Hyeyeon

“Lakukan apa?” Rosé bertanya dengan nada tinggi.
“Kalau aku membalas dia akan semakin menjadi-jadi nanti. Tak ada gunanya juga meladeni-nya. Terserah dia mau melakukan apa.”

“Kau tak mengerti apa yang aku khawatirkan, Chaeng. Pertama sasarannya itu Keluargamu, kedua Atasanmu, ketiga aku sendiri, dan sekarang dia menargetkan Jennie pula. Apa kau tak takut jika nanti Jisoo dan Lisa di seret-seret juga?” Ujar Hyeyeon

Rosé bungkam. Bukannya ia tak takut, bukannya ia tak khawatir. Tapi pasti ada cara lain tanpa mengharuskan kekerasan, karena ia tahu jika mental Miyeon itu sudah semakin buruk. Dan ia tak mungkin membuat keadaan Miyeon semakin tak terkendali.

“Yeon, aku—”

“—Sudahlah. Aku tahu kau masih menganggapnya teman, kan?” Sela Hyeyeon sarkas. “Kebodohanmu sungguh telah melampaui batas..”

“Bukan begitu. Tapi mana mungkin aku membalasnya, dia itu masih labil.” Ucap Rosé

“Dari dulu aku sudah bilang kalau dia itu setengah Psikopat. Tapi kau selalu saja mengabaikannya. Mungkin kalau dia berhasil membunuhku kau baru akan membalas.” Celetuk Hyeyeon

“Yeon! Tutup mulutmu!” Pekik Rosé

Hyeyeon mengendikkan bahu.
“Kalau begitu katakan saja, pada Jennie.”

Rosé menggelengkan kepalanya. Tidak bisa. Keadaan akan semakin buruk jika Jennie tahu segalanya.

“Tidak bisa, Yeon.”

“Jadi kau akan diam saja? Kau mau seperti ini terus?” Tanya Hyeyeon

“Kau tak mengerti—”

“—Iya, aku tak mengerti. Makanya, katakan semuanya sekarang setelah itu kita pikirkan sama-sama bagaimana cara mengakhiri masalahnya. Sampai kiamat-pun masalahmu ini tak akan selesai-selesai jika kau diam terus.” Hyeyeon memotong ucapan Rosé seraya berdiri dari duduknya.

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang