31th Chapter

1.5K 273 29
                                    

“Kenapa tak kau telpon saja?”

“Dia tak mengangkatnya.. Aku ingin lacak dia dengan gps di ponselnya pun, gps-nya malah di matikan. Kalian benar-benar tak tahu Chaeng pergi kemana?”

Jisoo mengendikkan bahu, sementara Lisa hanya mendengus samar sambil bersidekap dada, menatap Hyeyeon—Tersangka yang menggedor pintu dorm tadi dengan brutal. Memang dasar si bar bar.

“Kami tak tahu. Hanya saja dia sedang mencari Jennie.” Ucap Jisoo

Hyeyeon menjepit pangkal hidungnya dengan gemas.
“Chaeng, kau itu kemana sih? Padahal kau bisa ajak aku untuk mencari Jennie..” Gumamnya.

“Ada apa sih, sebenarnya?” Lisa berseru sambil mengerutkan dahinya tak suka. “Kenapa Rosé sangat khawatir pada Jennie-eonni? Aku kan sudah memberitahu kalau Jennie-eonni sedang menemui Miyeon. Jennie-eonni pasti baik-baik saja.” Sambungnya sewot.

“Lisa, turunkan nada bicaramu.” Tegur Jisoo dan langsung dibalas delikan tak terima dari Lisa.

Hyeyeon langsung menoleh.
“A-apa?! Jennie pergi menemui Miyeon? Kemana?”

Lisa berdecak. “Aku tak tahu, dan tak mau tahu!” Ia menjawab sambil berlalu pergi.

Jisoo menghela nafas. “Maaf ya, Hyeyeon-ssi. Suasana hati Lisa sedang buruk, jadi dia agak menyebalkan.”

Hye yeon menggeleng. “Tidak papa. Sejak pertama kali kami bertemu, dia memang sudah menyebalkan” Celetuknya.

Jisoo terkekeh kecil. “Yah, dia memang begitu. Ayo duduk, jangan berdiri saja. Mau ku buatkan teh? Atau kopi?”

“Ah, tidak usah. Aku terburu-buru. Aku harus menemukan Chaeng sekarang juga. Aku takut dia kenapa-napa.” Tolak Hyeyeon

“Memangnya ada apa?” Tanya Jisoo heran. Ia-pun mulai khawatir karena ia rasa, ada yang tidak beres. Ada yang Rosé sembunyikan darinya.

Hyeyeon meringis seraya menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tak gatal itu. “Mulutku sebenarnya sudah sangat gatal, ingin membicarakan semuanya pada kalian. Tapi aku tidak berhak. Ini privasi Chaeng, dan aku tak bisa sembarangan mengatakannya pada siapapun juga.”

“Lalu? Apa hubungannya dengan Jennie? Kenapa tadi Rosé sangat mengkhawatirkannya? Apa sesuatu yang buruk terjadi?” Jisoo kembali bertanya.

“Dia tak hanya mengkhawatirkan Jennie. Dia juga khawatir pada kalian berdua, kok.” Ucap Hyeyeon.

Dahi Jisoo mengerut.
“Tidak—maksudku, aku tak masalah jika Rosé hanya peduli pada Jennie. Tapi aku ingin tahu apa yang sedang terjadi? Apa Jennie dalam masalah? Katakan padaku.”

Hyeyeon lagi-lagi tersenyum.
“Sudah aku bilang, bukan hak-ku untuk menjawab pertanyaanmu. Tapi yang pasti Jennie baik-baik saja.”

“Kau tak mengerti,” Ucap Jisoo.
“Aku punya hutang maaf pada Jennie. Dan aku juga khawatir pada Jennie, apalagi Rosé sampai sekacau itu saat tahu Jennie tak ada disini. Kau ingin pergi mencari Rosé kan? Apa aku boleh ikut? Siapa tahu Rosé sudah menemukan Jennie, siapa tahu mereka saat ini sedang bersama-sama.”

Cukup lama mereka tenggelam dalam keheningan, Hyeyeon buka suara.

“Boleh aku meminta nomor ponsel Jennie?” Pintanya mengalihkan topik pembicaraan.

Dahi Jisoo mengerut.
“Untuk apa?”

Hyeyeon tak menjawab. Ia merogoh ponselnya yang ada di dalam tas lalu memberikannya pada Jisoo setelah ia menghidupkan ponselnya.

“Aku mohon, ini sangat penting. Suatu saat nanti kau akan tahu.”

Jisoo mengangguk samar, lalu meraih ponsel Hyeyeon dan mengetikkan nomor ponsel Jennie disana.

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang