40th Chapter

1.4K 232 54
                                    

Rosé menyunggingkan senyum menatap Ibunya, Alice dan juga Jennie yang tengah sibuk bergotong royong membersihkan kekacauan sehabis pesta kecil-kecilan ulang tahun Ibunya di ruang keluarga. Ia jadi teringat kejadian tadi saat ia dan Jennie baru sampai, Ibu dan Kakaknya itu malah menyerbu Jennie, bertanya itu ini sementara ia di abaikan begitu saja. Seketika pula, ia berasa anak tiri.

Tidak. Ia tak marah, ia tak kesal, hanya heran saja. Ibunya yang biasanya selalu bersikap acuh dan dingin terhadap orang asing, tapi pada Jennie Ibunya itu bersikap hangat dan baik seakan Jennie adalah anaknya sendiri.

Rosé bahagia. Setelah sekian lama, ia akhirnya dapat melihat binar kebahagiaan dimata Ibunya setelah Ibunya terpuruk karena perceraian. Ia bahagia melihat Ibunya tersenyum lagi.

“PARK CHAEYOUNG! JANGAN HANYA DUDUK SAJA! BANTU KAMI MEMBERSIHKAN INI SEMUA!!!” Alice yang melihat Rosé hanya duduk diam, langsung berseru sambil berkacak pinggang.

Rosé menatap Kakaknya itu dengan datar lalu mengendikkan bahunya. “Aku kan tak ikut-ikutan melempar kue ya. Jadi kau saja yang bersihkan.”

Alice melotot. “Sialan kau!”

“Alice.. Bahasa mu, Mommy tak suka.” Tegur Ny. Lee, sekarang marga-nya memang bukan Park lagi setelah ia resmi berpisah dengan sang suami.

Jennie terkikik. “Eonni, kalau kau lelah istirahat saja. Biar aku yang membersihkannya, Bibi juga duduklah. Tak apa, akan aku bersihkan semuanya”

“Tidak papa. Jika di kerjakan bersama-sama, lebih cepat selesai.” Sahut Ny. Lee

Alice merengut. “Kenapa Adikku tidak kau saja? Kenapa harus dia?!” Pekiknya sambil mengarahkan telunjuknya pada Rosé yang tengah leha-leha duduk di atas Sofa.

“Memangnya aku mau, punya Kakak idiot sepertimu?” Balas Rosé

“Heh, enak saja! Kau yang idiot!” Sembur Alice

Rosé memutar mata. “Terserah.”

MOM!!” Alice menatap Ny. Park dengan raut kesal.

“Bisanya ngadu. Cepu.” Cibir Rosé

Alice melemparkan kain lap yang ia pegang ke arah Rosé, namun Adiknya itu dengan sigap menghindar, membuatnya semakin kesal.

“Wlee.. Tak kena.” Rosé berujar seraya memeletkan lidahnya.

Alice menggeram kesal. Ia membuka mulutnya untuk melayangkan balasan namun terhenti karena Ny. Lee menjewer telinga kirinya.

“Aw, Mom! Sakit!”

Rosé terbahak seraya bertepuk tangan, membuat Jennie ikut tersenyum. Baru kali ini ia melihat Rosé tertawa lepas.

“Chae, jangan tertawa. Sini, bantu Mommy, Jennie dan Kakakmu ini bersih-bersih. Gantikan Jennie mengepel lantai ya, kasihan dia.” Titah Ny. Lee

Wajah Rosé seketika mendatar.
“Tapi Mom—”

“—Jangan membantah. Sini cepat!” Sela Ny. Lee

Alice yang sedang mengelus telinganya yang dijewer langsung menatap Rosé dengan wajah mengejek.

Rosé bangkit dari duduknya, lalu mendekati Jennie yang tengah mengepel lantai.

“Sini pel-nya, Eonni. Giliranku mengepel.”

“Tidak papa, biar aku saja.” Jennie menolak seraya tersenyum.

“Kau pasti lelah, Eonni. Ayo, berikan pel-nya padaku”

“Tidak papa.”

Eonni..”

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang