14th Chapter

4.1K 550 52
                                    

Rosé menggeram tak nyaman saat matanya kembali terbuka. Dengan malas ia melirik malas Jam dinding ruang tamu, lalu membulatkan matanya sambil berdecak kesal.

“Pukul 04.28 pagi? Ck. Yang benar saja!”

Rosé mematikan Tv yang masih menyala, lalu membanting remot-nya ke sudut sofa. Ia menghembuskan nafas berat seraya mengucek kasar kedua matanya yang memerah, tak lupa lingkaran hitam yang kini tercetak jelas di bawah matanya.

“Hah, sialan” Rosé mengumpat kesal sambil memejamkan matanya erat, berharap ia kembali terlelap. Sungguh, ia sangat lelah dan ingin tidur saat ini.

Rosé mendesah kecewa saat ia tak kunjung terlelap, walaupun ia sudah berkali-kali menguap.

Rosé beranjak dari duduknya, lalu berjalan gontai ke kamar dan langsung merebahkan dirinya di ranjang, dengan posisi terlentang. Lalu memejamkan mata.

Drrtt! Drrtt!

Alis Rosé menukik tajam, ia meraba ponselnya yang berada di saku celananya, lalu membantingnya ke tembok hingga menjadi dua bagian.

Siapa orang yang menelponnya di pagi buta seperti ini?! Hancur sudah harapannya untuk tidur nyenyak.

Rosé kembali menghela nafas, lalu bangkit dari rebahannnya di ranjang dan melangkahkan tungkainya keluar dari kamar, menuju kamar Jisoo.

Kriet~

Eonni..”

Eonni..”

Eonni, bangun..”

“Jisoo-eonni

Rosé mengguncang pelan bahu Jisoo beberapa kali, sehingga sang empu akhirnya terbangun sambil menatap Rosé kaget.

“Huh? Ada apa? Kau lapar?” Tanya Jisoo yang masih mengumpulkan kesadarannya.

Rosé menggeleng. “Tidak. Aku ingin tidur bersamamu, Eonni. Bolehkah?”

“Eoh?!” Jisoo membulatkan matanya.

Apa tadi Rosé memanggilnya Eonni?

Jisoo dengan cepat menganggukan kepala lalu menarik tangan Rosé dengan lembut agar gadis itu berbaring disampingnya.

“Boleh aku memelukmu juga?”

Jisoo terkesiap, lalu kembali membulatkan matanya saat Rosé tiba-tiba memeluknya erat.

“Terima kasih, Eonni. Aku tak bisa tidur”

Jisoo mengangguk seraya membalas pelukan Rosé tak kalah erat. Ia mencium pucuk kepala Rosé lalu mengelus rambutnya yang kini berwarna Pink ke emasan, itu sambil tersenyum hangat.

“Tak perlu berterima kasih. Kapanpun kau mau kau bisa tidur bersamaku” Ujar Jisoo sambil menatap sedih lingkaran hitam yang berada di bawah mata Rosé. Ia mengulurkan tangannya untuk membelai rambut yang lebih muda hingga tak lama kemudian, Jisoo mendengar dengkuran halus dari gadis Australia itu.

“Tidurlah yang nyenyak Pasta”

•••

Jennie membuka matanya, lalu melirik sekilas jam dinding di kamarnya seraya menguap dan menggeliat, namun sedetik kemudian ia mengerjapkan matanya bingung.

“Bukannya tadi malam aku ketiduran di sofa bersama Jisoo-eonni? Kenapa aku bisa ada disini? Apa Jisoo-eonni memindahkanku ke sini? Tapi tak mungkin. Atau Lisa? Ck. Tak mungkin juga. Aku kan berat, mana mau dia menggendongku? Eh.. Jangan-jangan?”

Our RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang