Assalamualaikum.
Ini udah aku buat lagi, tapi sebagian besar beda sama yang chapter dulu. Tapi nggak ngilangin alur cerita di chapter ini kok, ini masih tentang makan malam.
Maaf, buat yang udah lama nunggu:)
HAPPY READING!
•DinaN•
---------------
"Semoga saja ini jalan terbaik yang diberikan-Nya padaku."
-Anisa-
---------------
Selama perjalanan, kami saling diam. Fatur fokus menyetir, sedangkan aku fokus pada pikiranku sendiri.
Tak lama, motor ini sudah sampai di depan rumahku. Aku segera turun dari sana, melepas helm, dan memberikannya pada Fatur.
"Makasih," kataku dengan wajah tertunduk.
"Sama-sama."
Aku menegup salivaku karena keheningan kembali terjadi di antara kami.
"Kamu mau mampir dulu?" tawarku sambil menunjuk ke arah rumah di belakangku.
Fatur menggeleng. "Lain kali aja. Sekarang udah hampir maghrib, aku harus pulang."
"Oh, ya udah."
Dalam hati aku senang karena Fatur menolak tawaranku. Aku belum terlalu mengenal dirinya, jadi aku tidak merasa nyaman jika bersamanya.
Grekkk.
Pintu pagar tiba-tiba terbuka, dilanjut dengan munculnya seorang wanita paruh baya yang memiliki wajah teduh.
"Eh, Fatur."
"Assalamualaikum, tante," Fatur turun dari motornya dan mencium punggung tangan bundaku.
"Waalaikumsalam. Ayo, masuk dulu," bunda tersenyum ramah. "Kita salat berjamaah bareng, habis itu makan malam."
Entah mengapa Fatur malah menatapku, lalu langsung beralih lagi saat pandangan kami saling menubruk.
"Tapi mama udah nungguin di rumah," ucap Fatur sedikit tak enak.
Bunda masih memasang senyuman khas-nya. "Udah ayo. Nanti biar tante yang bilang sama mama kamu kalau kamu ada disini."
Aku tidak tahu ini keberuntungan atau sebaliknya. Tadi aku sudah berharap Fatur akan meninggalkan pelantaran rumah ini, tetapi bunda tiba-tiba saja datang.
Bunda seperti tahu jika yang mengantarkanku itu Fatur hanya dengan mendengar melalui indra pendengarannya.
Fatur akhirnya terpaksa mengangguk. Lalu bunda kembali masuk ke dalam rumah.
Tersisa aku dan Fatur lagi disini. Kami saling diam beberapa saat, membiarkan keheningan dan kecanggungan datang.
"A-ayo masuk," ajakku. "Motornya juga masukin aja."
Aku berjalan duluan ke dalam, dan berhenti di dekat pot yang berisi pohon berukuran sedang.
Kulihat Fatur menaiki motornya, lalu memasuki area halaman rumahku. Setelah itu, ia menyimpan motornya di sebelah pos satpam rumahku.
Aku memimpin di depan saat Fatur sudah selesai dengan motornya. Harum masakan langsung tercium jelas saat kakiku semakin melangkah masuk.
"Silakan duduk," kataku sambil menunjuk sofa ruang tamu dengan ibu jariku. "Mau minum apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
General Fiction[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...