"Jangan menjelaskan dirimu kepada siapa pun. Karena yang menyukaimu tidak butuh itu, dan yang membencimu tidak percaya itu."
-Ali bin Abi Thalib-
----------
"Anisa,"
Aku menoleh pada seseorang yang sedang memakan roti lapis di sampingku, "Kenapa?"
"Akhir-akhir ini aku sering liat Fatur di samperin sama perempuan yang pakaiannya modis terus, setiap pulang kuliah aku liat mereka ada di pos satpam kampus," ucapnya. "Perempuan itu kayak ngedeketin Fatur terus, tapi Fatur sendiri nggak suka. Emang itu siapa, Nis?"
Aku terdiam.
"Anisa, kamu kenal itu siapa?" Tanya Karin sekali lagi.
Aku masih tetap diam. Tepukan tangan Karin di depan wajahku membuatku terpelonjak. Aku segera menoleh ke arah Karin tanpa menatapnya.
"Kamu kenal?" Tanyanya lagi.
Aku mengangguk pelan, "Kenal."
"Kok kamu malah diam aja Fatur di deketin perempuan lain? Kamu nggak marah?"
Aku tersenyum, "Aku nggak berhak buat marah."
"Kamu berhak lah buat marah, kamu itu kan bakal jadi istri nya nanti," Karin kesal sendiri. "Bilang sama perempuan itu kalau Fatur udah milik kamu. Emangnya dia siapa sih?"
"Namanya Sabrina," kataku. "Fatur bilang kalau dia teman SMA nya dulu, dan mereka pernah dekat."
"Pernah dekat? Hm," Karin menopang dagu. "Apa maksud dari kata itu? Mereka pernah saling suka?"
Aku meneguk minuman botolku, "Nggak tau."
Wajah Karin mendekat ke arahku, "Kamu nggak cemburu?"
Aku terkejut. Dan memuntahkan minuman yang baru kuteguk ke tanah.
"Eh maaf," Karin mengelus punggungku.
Aku mengelap pipiku yang basah karena minuman tadi. Lalu menutup kembali botol itu dan menaruhnya di meja depanku.
"Kamu beneran nggak cemburu?" Karin mengangkat sebelah alisnya.
Aku sedikit ragu untuk menjawab tidak. Mau bagaimanapun juga aku benar-benar cemburu melihat mereka berdua.
Akhirnya kata yang keluar dari mulutku adalah, "Nggak."
"Masa sih?"
Aku mengangguk seyakin-yakinnya, "Iya."
Sebenarnya aku tidak suka saat perasaan cemburu ini datang. Karena begitu menyiksakan bagiku. Aku hanya bisa menahan rasa ini tanpa bisa berkata apa-apa. Dan itu membuatku bingung.
"Anisa," suara berat datang dari arah depanku.
Aku mendongak. Orang yang baru saja aku pikirkan sekarang muncul di hadapanku. Aku mencoba untuk tersenyum saat melihat orang lain di belakang orang itu.
"Fatur~" rengek orang di belakang Fatur dengan suara melengking. "Ngapain kesini?"
Kulihat Sabrina berusaha memegang lengan Fatur, tapi Fatur selalu menghindar. Cara bicara Sabrina pun seperti dibuat-buat.
Aku hanya bisa memperhatikan mereka tanpa bisa berkata apa-apa. Aku bingung harus berkata apa jika situasi seperti ini datang.
"Kamu ngapain ikutin saya kesini?" Tanya Fatur kesal pada perempuan yang sedari tadi merengek. "Saya kan udah bilang, kamu pulang sendiri aja."
Perempuan itu terhenyak, "Kok kamu bisa ngomong gitu sih ke aku?"
Fatur mendengus dan menatap tajam perempuan itu. Karin yang dari tadi memperhatikan mereka pun menepuk tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Ficção Geral[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...