"Apa aku punya hak untuk merasa marah dan cemburu padamu?"
-Anisa------------
Aku duduk seorang diri dalam keramaian suasana kampus ini di kursi yang mengelilingi meja bundar dengan payung bulat yang menaungiku di atasnya. Sebuah minuman pun turut menemani kesendirianku saat ini.
Aku mengecek jam di tanganku. Masih dua puluh menit lagi sebelum kelas dimulai. Aku mengambil buku-buku yang berisi materi untuk hari ini dari dalam tas. Kemudian membuka buku itu dan membacanya. Tidak butuh waktu lama sampai aku larut dalam materi dari buku itu.
Tiba-tiba sebuah kepala muncul di hadapanku. Dengan kepala dimiringkan dan menunduk, orang itu menatapku sambil tersenyum. Lalu ia duduk di sampingku. Aku sendiri masih tetap fokus pada bacaan.
"Aku di diemin nih?" Kata orang itu.
Aku menoleh. Dan balik membaca buku tanpa berkata apa-apa.
"Kamu jauhin aku," ucapnya tiba-tiba.
Aku hanya diam. Pura-pura tidak mendengar apa yang di katakan orang itu.
"Aku salah apa?" Tanyanya. "Aku minta maaf."
Aku menghela napas, "Kamu nggak salah apa-apa."
"Terus kemarin kenapa kamu langsung pulang tanpa tungguin aku?" Fatur melipat tangannya di atas meja sambil terus menatapku.
"Kan udah aku bilang, kemarin ada teman aku yang ajak makan," jawabku jujur. "Lagian kamu bisa pulang sendiri atau pulang bareng temanmu yang lain."
Hening sebentar sampai Fatur berkata yang sebelumnya tidak pernah kusangka-sangka.
"Teman kamu laki-laki, iya kan?"
Aku diam.
"Kayaknya aku pernah liat laki-laki itu, tapi aku lupa dimana," katanya. "Siapa dia?"
"Teman," aku masih terus menatap buku yang ada di hadapanku.
"Teman kah? Kayaknya kamu dekat banget sama dia," nada bicara Fatur terdengar seperti sindiran bagiku.
Aku menatapnya, "Apa aku salah dekat sama dia? Emang apa hak kamu buat larang-larang aku?"
Rahang Fatur mengeras. Sepertinya ia marah karena ucapanku barusan.
"Apa kamu berhak buat dekat-dekat dengan laki-laki lain, sedangkan kamu udah punya aku?" Tanya Fatur sambil menaikkan sebelah alisnya.
Aku kembali diam. Kupikir pertanyaan itu cocok juga untuknya. Dia pikir, apa dia berhak untuk dekat-dekart dengan perempuan lain sedangkan dia sudah punya aku? Oh tidak, aku tidak mungkin mengatakan itu kepada Fatur.
"Kenapa akhir-akhir ini aku merasa kalau kamu itu jauhin aku?" Fatur bersuara lagi.
"Aku biasa aja, kamu aja mungkin yang merasa kayak gitu," kataku.
"Kalau ada yang salah sama aku, bilang, Anisa."
"Nggak ada yang salah."
"Kalau ada apa-apa bilang sama aku, aku akan berusaha bantu," Fatur tersenyum.
"Iya," mataku masih terus menatap buku.
Lagipula kamu nggak akan ngerti
Kami kembali diam. Kudengar Fatur menghela napas.
"Maaf," ujarnya lirih. "Aku nggak tau kamu kenapa akhir-akhir ini. Mungkin ini juga salah aku, jadi aku minta maaf."
Aku menoleh. Kulihat Fatur menundukkan kepalanya dalam-dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
General Fiction[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...