"Ketika hatimu sedang galau, tidak usah dikhawatirkan. Cukup hadapi keadaan tersebut dengan bersabar, karena bersama kesulitan akan ada kemudahan."
-----------
Raja siang sudah dengan ceria menampakkan dirinya di antara awan-awan biru. Burung-burung pun ikut mengiringi cerahnya hari ini.
Aku sekarang sedang berdiri di depan pagar rumahku untuk menunggu ojek yang kupesan. Jadwal kuliah hari ini ada dua, jam pertama pada pukul delapan pagi dan jam kedua pada pukul satu siang.
Aku merenung sebentar. Aku ingat kalau Fatur ingin menjemputku hari ini, tapi dia belum datang juga. Semalam pun tidak ada satu chat atau telepon darinya. Aku jadi berpikir, apakah Fatur sedang bersama dengan Sabrina?
Aku tersadar dari lamunanku saat sebuah motor dengan dominan warna biru berhenti di hadapanku. Sang pemilik motor itu tampak tersenyum ramah kepadaku. Jaket berwarna orange khas Ahjek menutupi sebagian tubuh Sang pemakai. Tulisan Ahjek di bagian punggung pun menjadi poin utama jaket itu.
"Dengan Mbak Anisa?" Tanya abang ojek.
Aku mengangguk, "Iya."
"Ini helm nya," abang ojek itu memberikanku helm hitam.
Aku menerima helm itu dan langsung memakainya.
Jalanan Kota Bogor pagi ini lumayan lancar. Angin pagi pun menyambut hangat diriku.
Selang beberapa lama, akhirnya aku sampai di tujuanku. Abang ojek itu menurunkanku di dekat pintu masuk kampus. Setelah memberi ongkos dan berucap terimakasih, aku langsung masuk ke dalam. Ramainya kampus membuatku agak risih.
Seseorang yang sangat kukenal.muncul di hadapanku. Ia tersenyum hangat, menampakkan deretan giginya yang berjajar rapi.
"Assalamualaikum," kataku.
Orang itu menjawab, "Waalaikumsalam, kita ke kelas bareng ya?"
"Boleh."
Akhirnya kami berjalan bersamaan menuju kelas. Perempuan di sebelahku ini terus bercerita mengenai dunia keduanya --Kpop, yaa semacam itulah. Aku hanya mendengarkan dan menyauti saat ia bertanya. Betul, perempuan itu adalah Karin, sahabatku.
Selanjutnya fokusku berhenti pada satu titik, dimana terdapat seorang laki-laki dan perempuan sedang mengobrol. Laki-laki itu tertawa. Apa aku salah lihat?
Tanpa kusadari ternyata aku berhenti di tengah kerumunan, beberapa kali aku tertabrak dan di ucapkan sumpah serapah.
Seseorang menarik tanganku, menjauhkanku dari kerumunan.
"Anisa, kenapa?" Tanya Karin yang sudah berada tepat di depanku.
Aku mengerjap beberapa kali, "Nggak, nggak apa-apa. Udah ayo."
Setelah itu aku langsung berjalan duluan. Karin menyusulku dari belakang. Sekarang pikiranku berkecamuk. Apa yang kulihat barusan adalah nyata. Fatur dengan Sabrina. Entah apa yang sedang di lakukan Sabrina di kampus ini.
Jadi, apa aku harus benar-benar menjauhi Fatur? Dan kalau itu kulakukan, pernikahan ini akan batal? Aku batal menikah dengan Fatur?
"Anisa," Karin menarik pundakku, membuat langkahku terhenti. "Jangan melamun terus, bahaya. Kamu sampai nggak sadar kalau ada selokan di depan kamu, bisa-bisa kamu terjebak disitu."
Arah mataku menuju ke bawah. Ternyata benar. Ada selokan yang memiliki lebar kira-kira dua puluh centimeter, yang cukup untuk membuat kakiku terjebak. "Ah, m-maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Ficção Geral[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...