"Allah akan selalu ada bersama hamba-hamba(Nya), ingat itu!"
-----------
"Aku turun ya."
"Ya udah sana turun, ribet banget," cibir orang yang duduk di kursi belakang.
Aku menoleh sekilas. Satu sudut bibir orang itu terangkat sambil menatapku sinis.
"Makasih," aku menatap Fatur yang sedari tadi menatapku. Lalu pandanganku beralih lagi pada sosok perempuan di belakangku. "Sabrina, aku duluan. Assalamualaikum."
Yang kuterima hanya deheman singkat, "Hm."
Aku turun dari mobil Fatur sambil menjinjing tas ranselku. Setelah itu aku berdiri di samping mobil Fatur, menunggu sampai mobil itu melesat meninggalkan area rumah ini.
Tapi yang kulihat pemilik mobil itu keluar dan menghampiriku. Aku terdiam sebentar. Sosoknya membuatku terpaku, walaupun sudah berkali-kali kulihat.
Ia menggenggam tanganku, perlahan-lahan senyuman mengembang di bibirnya. "Maaf ya," ucapnya tiba-tiba.
Aku melepas genggaman tangannya, "Maaf untuk apa?" Tanyaku tak paham.
Senyum di bibirnya masih melekat, "Yaa, maaf aja."
Entah mengapa melihat senyuman itu membuatku jadi ikut tersenyum. Senyum hangat seperti biasa yang ia berikan padaku selalu sukses membuatku terpana.
"Kamu kenapa keluar lagi?" Tanyaku.
"Ah itu, um-- besok aku jemput ya?"
"Hah?" Aku melongo. Jadi alasan dia keluar mobil cuma mau bicara itu?
"Mending kamu jemput aku aja," Sabrina tiba-tiba muncul dari jendela mobil. Ia tersenyum sambil menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Fatur tidak menggubris kata-kata Sabrina. Ia malah menatapku lekat-lekat.
"Fatur, ayo antar aku pulang," rengek Sabrina dari dalam mobil.
Fatur tampak menghela napas panjang sebelum akhirnya mengangguk.
"Aku pamit ya, assalamualaikum," katanya.
"Waalaikumsalam."
Dan disini, aku melihatnya kembali memasuki mobil hitam kesayangannya. Ia di dalam mobil itu bersama perempuan lain. Ah, apa Sabrina bisa kubilang perempuan lain?
"Ssttt," desisan terdengar samar-samar. Aku mencari sumber suara itu.
Aku melihat Sabrina menatapku sinis. Ia tersenyum lagi. Bukan senyum hangat yang biasa Fatur berikan padaku.
"Kamu, jangan dekat-dekat Fatur lagi," katanya setengah berbisik. "Atau kamu akan habis" ucapannya diakhiri dengan tangan yang seperti akan siap untuk membunuhku.
Aku berusaha untuk berani menghadapi Sabrina. Aku tidak boleh takut! Aku harus berani! Tidak boleh ada yang menghalangiku untuk terus bersama Fatur.
Selanjutnya, mobil Fatur melesat meninggalkan diriku yang masih terdiam karena ucapan Sabrina tadi. Sabrina sendiri tadi melambai-lambaikan tangannya padaku, padahal mobil Fatur sudah jalan.
***
Tring!
Baru saja aku duduk di kursi balkon, ponselku berdering tanda pesan masuk.
Aku membuka pesan itu. Aku mengernyit. Pasalnya itu pesan dari nomor yang tidak dikenal.
+62812-3456-7890
Halo~
Kamu pasti kaget kalau tau ini aku
Ya, ini aku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
General Fiction[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...