"Jangan pernah kau menghitung, berapa kali seseorang mengecewakanmu dan meninggalkanmu, tapi hitunglah berapa kali kau mengecewakan Allah, tapi Dia tidak pernah meninggalkanmu."
------------
Aku memegang knop pintu lalu mendorongnya agar pintu terbuka. Aku masuk ke dalam kamar dan kembali mengunci pintu. Tubuhku aku hempaskan di ranjang besar dengan seprai putih-hitam.
Yaa, aku memang suka kedua warna tersebut. Aku meletakkan ponselku diatas di nakas. Perlahan-lahan aku mulai terlelap.
"Kakak!" Teriakkan menggelegar terdengar dari balik pintu kamarku.
Aku langsung membuka mata lebar-lebar.
"Ada apa lagi sih?" Aku berdiri dengan tubuh lunglai.
"Ih lama banget buka kunci doang." Protes Hana.
"Kenapa?" Tanyaku tanpa ada semangat.
"Kuota internet Hana habis, beliin dong. Hana mau beli, uangnya juga habis." Jelas gadis remaja di depanku.
"Kan ada wifi, Hanafi." Kataku yang sedang memeluk pintu dan memejamkan mata.
"Nggak bisa, Kak. Mungkin habis juga. Hana nggak dikasih uang sama Bunda." Matanya terlihat berkaca-kaca.
"Masa sih nggak dikasih, pasti bunda ninggalin di suatu tempat. Telepon Bunda aja." Jelasku.
"Gimana mau nelfon, kan kuota habis, Kak!"
"Yaa, pake pulsa biasa lah."
"Nggak punya, hehe."
"Aish, nggak modal sekali kamu tuh."
"Cepetan beliin." Hana menarik-narik tanganku.
"Argh, coba kamu cek di bawah alas televisi." Kataku dan langsung menutup pintu.
"Kakak ih! Main tutup aja!" Hana menghentakkan kakinya dan berjalan menuju ruang televisi.
Baru saja aku menempelkan kepalaku diatas bantal, suara ketukan pintu terdengar lagi.
"Kakak!" Teriaknya.
"Astaghfirullah, ribet banget punya adik satu doang juga." Aku berjalan lemas ke arah pintu.
"Apa lagi, Hana?" Tanyaku.
"Uangnya nggak ada."
"Udah dicari?"
"Udah."
"Wifi juga beneran nggak bisa?"
"Nggak, Kak!"
"Ya udah." Aku menutup kembali pintu.
Hana menahan pintuku.
"Tunggu dulu, Kak! Temenin Hana." Katanya."Kakak ngantuk banget." Jelasku. "Ya udah ayo ikut kakak cari keberadaan uang. Bunda nggak mungkin nggak ngasih uang, bunda nggak setega itu."
Aku berjalan duluan menuju lantai satu. Aku mencari-cari mulai dari ruang tamu, ruang televisi, meja makan, sampai dapur.
Aku meraba-raba di atas kulkas. Dan aku mendapatkan sesuatu seperti kertas dilipat. Saat aku melihatnya menggunakan kursi, ternyata uang!
"Hana, ini ketemu." Teriakku membuat Hana berlari menghampiriku.
"Mana mana?" Tanyanya.
"Ini ada dua ratus ribu, mungkin di bagi dua sama kakak. Kalau kamu semua yang ambil pasti langsung dihabisin, bagi dua ya." Kataku yang segera turun dari kursi dan menaruhnya ditempatnya semula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
General Fiction[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...