ADT*40 {Penyelesaian | TAMAT}

3.7K 131 8
                                    

"Jangan pernah ragu untuk setiap ujian sulit yang kau hadapi, karena Allah percaya kau mampu melaluinya."

--------------


Seminggu berlalu.

Sudah seminggu sejak kejadian itu. Dan sudah seminggu ini aku tidak bertemu dengan Fatur. Bahkan tidak ada satupun pesan atau telepon darinya.

Entahlah. Mungkin memang sudah diatur seperti ini oleh Allah.

"Kak, beliin bakso dong."

Suara menyebalkan ini. Aku menoleh tajam ke arah orang yang barusan berbicara padaku itu.

"Beli aja sendiri," tukasku.

"Beliin dong~ Hana kan lagi ngerjain tugas, nggak lihat apa?" katanya tak mau kalah.

Ya, memang, Hana sedang mengerjakan tugasnya dan itu tampak banyak.

Aku berdecak. "Ya udah, mana uangnya?"

"Pakai uang kakak dulu aja, Hana lagi nggak punya uang. Nanti kalau bunda pulang kakak tagih aja ke bunda," ucapnya dengan cengiran menyebalkan itu.

"Dasar," kesalku, namun tetap berdiri dan pergi membelikan bakso untuk Hana dan untukku diriku juga.

"Jaga rumah," teriakku ketika sudah berada di luar rumah. Sautan dari dalam rumah pun terdengar kencang.

Aku menelusuri jalanan aspal yang memanas terkena paparan sinar matahari. Beberapa siswa dengan rok atau celana berwarna merah khas anak sekolah dasar melewatiku dengan tawa yang lebar. Aku ikut tersenyum melihat tawa yang melayang tanpa beban itu.

Tak jauh dariku, sebuah taman kecil yang tidak terlalu ramai mulai terlihat. Banyak penjual makanan yang mengelilingi taman tersebut.

Aku melangkahkan kakiku menuju gerobak dengan tulisan 'bakso' pada kaca gerobaknya. Seorang pria tersenyum ramah padaku saat aku sudah sampai di dekat gerobak itu.

"Baksonya 2 ya, Mas. Dibungkus," kataku.

"Siap, Neng. Ditunggu ya."

Aku mengangguk, lalu menundukkan tubuhku pada kursi kayu panjang yang diletakkan di bawah pohon besar yang rimbun.

***

"Ini, Neng, baksonya. Jadi dua puluh ribu."

Aku mengambil alih kantung plastik hitam yang tentunya berisi 2 bungkus bakso itu. Lalu mengeluarkan uang dari saku gamisku dan memberikannya pada penjual bakso tadi.

"Makasih ya, Mas," kataku.

"Sama-sama, Neng," setelah berkata seperti itu, penjual bakso tadi kembali ke tempat dimana gerobak baksonya berada.

Aku mengecek jam di ponselku. Masih jam 2 siang. Aku berniat duduk dulu sebentar disini sambil menunggu suasana di sekitarku tidak terlalu panas. Aku kembali duduk di kursi kayu itu dan memainkan ponselku di tengah orang banyak yang sedang mengobrol.

"Anisa?"

Suara ini. Aku rindu suara ini. Sudah seminggu lebih aku tidak mendengar suara ini.

Aku mendongak, menatap seseorang yang tengah berdiri di hadapanku dengan senyuman kecil yang terbit di wajahnya.

Kenapa?

Aku membekap mulutku terkejut saat melihat apa yang terjadi dengan wajahnya, Fatur. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengannya, tetapi wajahnya itu penuh dengan lebam dan sudut bibir kanannya tampak mengeluarkan darah segar. Terlebih lagi dengan beberapa luka di lengannya yang nampak jelas dipandang mata.

Aku dan Dia Ta'aruf?!✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang