"Tenang aja, Allah melihat segala usahamu, Allah juga mendengar segala doa mu, dan Allah pun tahu apa yang kamu butuhkan, apa yang terbaik untukmu."
-----------
Baru saja aku ingin menyuapkan batagor ke dalam mulutku, tiba-tiba tanganku dicekat oleh Fatur. Kemudian, lelaki itu memasukkan sendok ke dalam mulutnya."Fatur!" Kesalku.
"Apa?" Tanyanya tanpa bersalah.
"Kalau mau beli sendiri."
"Malas ngatrinya, ramai. Nanti banyak yang bersentuhan sama aku, terus aku jadi nggak suci lagi deh. Terus nanti kamu nggak mau sama aku lagi, kan aku jadi sedih."
Aku memukul lengan Fatur pelan, "Jadi cowok lebay banget deh!"
"Aku nggak lebay, aku cuma lagi menjaga kesucian aku aja."
"Ooo bulat."
"O emang bulat."
"Kamu nyebelin."
"Kan udah aku bilang, sikap nyebelin aku cuma aku tunjukin ke orang yang aku sayang doang."
"Ciee ciee, prikitiw." Karin yang melihat tingkahku dan Fatur tertawa dan selanjutnya mengejekku. "Anisa 'si cewek dingin' sebentar lagi udah milik orang lain. Padahal sebelumnya aku ga nyangka loh, Fatur bisa luluhin hatinya Anisa yang sekeras batu ini. Aku aja yang gombalin dia setiap hari ga luluh-luluh tuh. Eh kalau Fatur cukup sekali aja udah luluh. Asikkk deh."
"Kamu kan cewek, Rin. Ya iyalah aku nggak luluh, kalau aku luluh berarti aku udah nggak waras." Kataku.
"Oh iya ya." Karin menepuk dahinya.
"Emang Anisa sedingin apa?" Tanya Fatur polos.
"Kamu nggak tau? Anisa itu di Fakultas Sastra terkenal dengan sikap dinginnya, makanya banyak yang bilang dia itu 'princess hijab ice'. Tapi menurutku Anisa sama gesreknya kayak aku, cuma cover nya doang dingin, kalau udah kenal deket mah beda banget." Jelas Karin panjang lebar.
"Princess hijab ice? Kok aku ngakak ya." Fatur menahan tawanya.
"Dilarang ketawa!" Aku menatap sangar Fatur.
"Disini nggak ada larangan ketawa, Nis. Jadi aku boleh dong ketawa." Kata Fatur yang masih menahan tawanya.
"Terserah kalian aja, aku duluan ke kelas. Assalamualaikum." Aku berdiri dan berjalan menjauh dari kedua manusia itu.
"Anisa tunggu, jangan ngambek dong." Karin berteriak.
"Ceritain lagi dong." Fatur yang tidak peduli aku sudah pergi masih berkutat pada cerita Karin mengenai diriku.
"Kamu tuh ya, Anisa udah ngambek juga."
"Bentar lagi juga baikan."
"Iya sih, tapi aku nggak enak sama Anisa."
"Udah nggak apa-apa nanti saya yang rayu dia supaya ga ngambek lagi. Sekarang lanjutin cerita lagi."
"Haduh, kamu pikir aku lagi nyeritain dongeng apa? Calon kamu lagi ngambek juga bukannya dikejar."
"Saya lagi males bangun, udah nempel dibangku ini."
"Terserahlah."
"Cepet ceritain lagi, Anisa itu gimana orangnya."
"Satu pertanyaan lima ribu." Karin tertawa.
"Kok perhitungan sih."
"Haha, becanda. Anisa itu orangnya ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dia Ta'aruf?!✔
Fiksi Umum[SELESAI✔] . . . Satu kata yang ada dibenakku sekarang, yaitu bingung. Aku bingung harus bagaimana. Kedua orang tuaku menjodohkanku dengan anak teman ayahku. Yaa, aku merupakan salah satu dari segelintir gadis yang 'dingin' terhadap lawan jenis, ja...